Para korban Amoi tidak saja dilecehkan atau diperkosa, tapi ada pula yang dicekik dan dibunuh, bahkan dimutilasi dan dibakar. Sebagian korban mengalami gangguan jiwa sangat serius. Mengingat para korban sangat trauma dan ketakutan untuk mengungkapkan peristiwa yang menimpa mereka, maka para relawan bersikap pro aktif, dengan mencari para korban, mengunjungi rumah sakit dan membuka hotline. Sejauh ini, tim sudah mengidentifikasi sekitar 50 kasus.
Ketika para pegawai pulang naik bis didalam bis, penumpang di pilah-pilah. Para penumpang bis yang kebanyakan perempuan Tionghoa disuruh turun, disuruh membuka baju, dan kemudian disuruh jalan berbaris. Mereka digiring ke padang ilalang dipinggir jalan dan di pilah-pilah lagi. Yang berparas cantik diperkosa. Sedangkan yang berparas tidak begitu cantik disuruh berjalan telanjang. Kasus berikutnya, perempuan-perempuan Tionghoa secara ramai-ramai ditelanjangi dijalan raya, kemudian tubuhnya digerayangi. Kami menemukan putingnya ada yang sobek dan seluruh badan memar.
Ada lagi kasus lain, seperti insiden pemerkosaan pegawai bank swasta. Sebanyak sepuluh orang memasuki bank dan menutup bank tersebut. Para pegawai perempuan yang Tionghoa disuruh menari-nari dengan telanjang. Kemudian kasus lain, ada tiga anak gadis dari keluarga Tionghoa miskin yang diperkosa. Mereka berumur sepuluh sampai delapan belas tahun, diperkosa oleh tujuh orang disebuah tempat di Jakarta Utara.
Yang berikutnya, adalah sebuah keluarga Tionghoa yang kebetulan kakak perempuan para korban mengaku kepada Ita Nadia bahwa dua adik perempuannya diperkosa di lantai tiga rumah mereka oleh tujuh orang pula. Setelah diperkosa, dua adik perempuan itu didorong ke lantai dua dan satu dimana api telah berkobar, sehingga dua adik tersebut meninggal. Itu beberapa kasus. Pada kasus-kasus lain, mereka biasanya diperkosa kemudian dicekik.
Tim relawan untuk kemanusian Divisi Perempuan sesungguhnya adalah tim relawan untuk kemanusiaan yang lebih besar, yang dipimpin Romo Sandyawan. “Tim sudah melakukan identifikasi korban-korban kerusuhan yang jumlahnya mencapai 1333 orang, hampir sebagian besar adalah orang Tionghoa. Sekarang, kami sungguh-sungguh sangat marah karena perempuan dijadikan target atau obyek untuk mengintimidasi masyarakat lewat kekerasans3ksu@l. Ini adalah state vi0lence.” demikian kata Sandyawan.
0 komentar:
Posting Komentar