Selasa, 08 Maret 2016

Penampakan Gerhana Matahari di Jakarta


- Gerhana Matahari mulai tampak di langit Jakarta, Rabu (9/3/2016).

Pantauan Kompas.com, gerhana mulai terjadi di Jakarta pukul 06.19 WIB. Tampak matahari mulai tertutup bayangan bulan.

Sebagian matahari terlihat berwana hitam. Melihat fenomena alam ini, warga tampak antusias.

"Wah liat itu gerhananya dari mulai ada dari atas," kata salah satu warga yang menyaksikan dengan kacamata khusus di Planetarium, Jakarta, Rabu.

Warga tampak sumringah melihat gerhana yang sebelumnya terjadi di Indonesia pada 1983 itu.

Salah seorang pemandu dari Planetarium mengungkapkan, gerhana yang dilihat dari kacamata khusus ini tampak teriris dari atas.

Sementara itu, jika melihat melalui teleskop lensa, irisan tampak muncul di bawah.

Pantauan Kompas.com, warga mulai menggunakan kacamata khusus untuk menyaksikan gerhana. Selain itu, tampak antrean panjang warga yang ingin menyaksikan gerhana lewat teleskop.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Psikolog Menanggapi TemanAhok: Ini So Wow Movement


Pergerakan TemanAhok memang luar biasa. Mereka telah berhasil mengumpulkan 750 ribu KTP yang mendukung Ahok maju sebagai gubernur DKI kembali di 2017.

TemanAhok pun bersedia diberi tugas berat untuk memverifikasi ulang nama calon wakil gubernur kepada warga yang telah menyerahkan fotokopi KTP mereka. Ahok dan TemanAhok setuju ia didampingi Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono di Pilkada DKI 2017 nanti.

Menanggapi semangat dari pergerakan yang dilakukan TemanAhok, psikolog senior Ratih Ibrahim komentar positif. "Saya lihat anak muda ini sampai berani melakukan hal ini. Iniso wow movement," tutur Ratih.

Menurut Ratih, karakter Ahok-lah yang membuat para relawan yang terdiri dari anak muda berusia sekitar 20-an tahun itu maju bergerak mendukung Ahok ke periode selanjutnya.

"Saya mengembalikan dengan karakter Ahok. Buat mereka (TemanAhok) ketika Ahok marah-marah itu enggak penting. Di mata mereka sosok Ahok yang bekerja transparan dan pemberani, bisa menjelaskan, argumentasi dengan valid, tidak omong kosong membuat mereka berpikir `Kenapa kita enggak dukung Ahok?`" jelas Ratih.

Lalu, keberanian TemanAhok ini pun tak lepas dari karakter generasi milenium yakni anak-anak yang lahir pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Mereka dididik dengan gaya pengasuhan yang demokratis serta diajari oleh orangtua untuk berani bertindak.

"Kalau ngomongin anak-anak muda zaman sekarang ketika mereka melakukan sesuatu, mereka sangat rasional, kritis, sangat evidence based. Mereka tidak buta informasi," tutur wanita yang juga Direktur Personal Growth, Counselling & Development Center.

Namun menurut Ratih, relawan pendukung Ahok ini tidak fanatisme buta. Sehingga ketika Ahok melakukan hal-hal yang tidak sesuai track, mereka berani memberi kontrol.

Dalam website resminya temanahok.com, mereka mendeskripsikan TemanAhok merupakan sebuah perkumpulan relawan yang didirikan sekelompok anak muda yang bertujuan untuk membantu dan 'menemani' Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam mewujudkan Jakarta Baru yang lebih bersih, maju, dan manusiawi.

Di website resmi, mereka selalu memperbarui informasi terbaru. Salah satunya kepastian Ahok maju di jalur independen berpasangan dengan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono yang berjudul 'Teman Ahok Usung Ahok - Heru Jalur Independen'.

Begini isinya:

Minggu malam (6/3) sekitar pukul 19.00 kami seluruh pendiri Teman Ahok menyambangi kediaman Pak Ahok di Pantai Mutiara. Kami diterima dengan baik sekali dan dapat hidangan empek-empek yang sangat enak.

Tujuan kami malam kemaren hanya satu, yaitu meminta Pak Ahok segera memutuskan nama calon wakil beliau di Pilkada nanti. Kami menyampaikan bahwa waktu sudah semakin sempit sehingga mau tidak mau kami harus dapat nama calon wakil malam itu juga. Kami sadar dari awal bahwa proses ini bukan hanya mengumpulkan dukungan, tetapi juga menginput formulir ke database agar bisa direkap dengan rapi ke form KPU, filing berdasarkan kelurahan, dan penggandaan dukungan. Kami ingin semuanya rapi dan tidak terburu-buru supaya KPU juga lebih mudah melakukan verifikasi terhadap dukungan ini.

Dalam pembicaraan semalam Pak Ahok menyatakan bahwa idealnya beliau tetap berpasangan dengan Pak Djarot Saiful Hidayat, wakil beliau saat ini. Sebab Pak Djarot sudah teruji sebagai Wakil Gubernur dan sejauh ini dinilai cocok dengan Pak Ahok. Namun kami tentu tidak ingin berjudi terlalu banyak. Kami bersedia memasukkan nama Pak Djarot dalam form dukungan KTP jika beliau bersedia maju melalui Independen sekalipun nanti tidak didukung oleh PDIP. Jika tidak, tentu pekerjaan kami akan sia-sia. Karena tidak mendapatkan kepastian soal itu dan Pak Ahok, kami meminta nama lain yang lebih pasti. Pak Ahok menyodorkan nama Pak Heru Budi Hartono, kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemda DKI.

Pak Ahok bercerita tentang pribadi dan karakter Pak Heru yang sengat sejalan dengan Pak Ahok. Beliau adalah satu Pegawai Negri sipil yang berani pasang badan untuk memperjuangkan transparansi perencanaan dan penggunaan anggaran di DKI. Dengan memasukkan nama Pak Heru, Pak Ahok juga ingin memperlihatkan bahwa di DKI ada birokrat yang baik dan terpuji. Dan orang-orang seperti inilah yang perlu dipromosikan agar menjadi contoh.

Pak Heru akhirnya dihadirkan semalam di Rumah Pak Ahok meski terlambat beberapa jam. Kami secara langsung berbicara kepada beliau dan menanyakan kesediaan untuk dicalonkan sebagai wakil Pak Ahok. Jika tidak mendapatkan kepastian kami akan terus meminta nama lain. Kami tidak bisa lagi menunggu karena sudah meminta nama wakil jauh-jauh hari. Pak Heru menyatakan bersedia, dan sekaligus nanti bersedia untuk mundur dari posisinya sebagai PNS DKI menjelang didaftarkan ke KPUD.

Jadi minggu malam sekitar pukul 21.30 adalah detik-detik bersejarah bagi kami. Satu langkah lagi kami mendekati pembuktian sejarah di negeri ini. Bahwa jika anak-anak muda bergerak dengan satu cita-cita bersama, maka insya allah tidak ada yang bisa membendungnya. Kami belajar dari para pemuda tahun 1945 yang menculik dan memaksa para tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera menyatakan kemerdekaan. Tanpa nyali dan kegilaan seperti itu, 17 Agustus 1945 tidak akan pernah ada. Kami tentu tidak bisa sehebat mereka. Tapi kami sedang belajar mewujudkan sebuah cita-cita untuk kebaikan Indonesia di masa depan. Semoga anak-anak muda di berbagai penjuru negeri bangkit danmelakukan hal yang sama.

Kami sadar Pak Ahok sedang mempertaruhkan banyak hal jika memilih bersama kami. Bagaimana pun tentu lebih enak mau melalui partai politik. Kendaraan tersedia, dan dukungan politik pun bisa didapatkan. Sebaliknya memilih jalur independen bersama kami penuh risiko. Data kami harus betul-betul siap dan rapi agar bias lolos verifikasi KPUD nanti. Dan yang terberat bagi Pak Ahok tentu ini membuka front perseteruan dengan seluruh partai politik. Kami sadar bahwa partai politik punya jaringan di seluruh level pemerintahan dan lembaga negara. Sebuah kekuatan yang bisa saja digunakan untuk menekan bahkan menghadang pencalonan Pak Ahok. Tapi akhirnya beliau memilih bersama kami dengan segala risiko karena tidak mau mengecewakan Teman Ahok. Buat kami itu suatu kehormatan tetapi juga beban berat agar tidak mengecewakan beliau.

Dengan kesediaan itu, maka mulai hari ini, dalam formulir dukungan Teman Ahok akan tercantum nama Pak Heru Budi Hartono sebagai calon wakil untuk Basuki Tjahaja Purnama. Teman-teman, mari kita wujudkan impian ini. Ahok sebagai calon gubernur independen selangkah lagi di depan mata kitaa.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Ahok: Maju Independen, Saya Pertaruhkan Posisi


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memilih jalur independen atau non-parpol untuk maju kembali dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 mendatang. Hal tersebut, karena ia lebih mementingkan para relawannya yang disebut 'Teman Ahok' itu tengah menggalang dukukungan lewat KTP.

‎"Saya pertaruhkan posisi saya. Saya bersama-sama dengan mereka 'Teman Ahok', saya bisa mempertaruhkan dengan mereka. Kasihan lho anak-anak muda ini‎," kata Ahok di Jalan Saharjo, Jakarta Selatan, Selasa (8/3/2016).

Meski demikian, Ahok mengaku masih terbuka dengan partai politik jika ingin mendukungnya di Pilkada DKI.‎ "Kalau partai mau mendukung kami, kita terbuka. Seperti Nasdem, misalkan PPP dukung, Hanura dukung, atau Golkar dukung, ya kita terbuka," ujar dia.

Namun, mantan Bupati Belitung Timur ini menuturkan, jika dukungan partai itu ditujukan untuk mengusung dirinya‎ maka ia harus berpikir 2 kali.

"Diusung parpol itu ya Teman Ahok khawatir. Sebetulnya Teman Ahok juga rela kalau saya diusung partai, rela tapi kan mereka khawatir kalau partai nggak usung gimana? Dia enggak keburu isi formulir. Jadi temen Ahok ini ngisi formulir kawatir saya enggak bisa maju. Nah kalau bulan Juli baru ketahuan partai bilang enggak mau ngusung, bisa nggak Teman Ahok ngejar KTP? Enggak ke kejar," papar Ahok.

Petinggi Parpol Marah

Ahok menyebut banyak politikus dari berbagai partai geram atas putusannya maju secara independen di Pilgub DKI 2017 nanti.

"Banyak orang partai juga marah. Ya Ibu (Megawati) sih enggak marah sama saya tapi yang lain marah," kata Ahok.

Hal itu dikatakan Ahok setelah bertemu langsung dengan Megawati. Ahok mengklaim Megawati hanya berpesan agar tetap menjaga silaturahmi meskipun menolak untuk didukung PDIP.

"Saya mengerti PDIP itu partai butuh mekanisme, saya khawatir partai enggak calonin saya," ujar Ahok.

Lebih lanjut, selain bertemu Megawati di Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Kelima Organisasi Kerja Sama Islam di Jakarta pada Senin 7 Maret 2016 kemarin, Ahok juga mengaku sering bertemu dengan Megawati di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.

"Saya ketemu, saya sering kok ketemu ajak makan bakso. Saya sama Ibu Mega deket banget. Jujur saja, saya sama Ibu Mega deket dari dulu," tandas Ahok.

Untuk mendampinginya maju lewat jalur independen di Pilkada DKI nanti, Ahok memilih Heru Budi Hartono. Heru merupakan anak buah Ahok dan menjabat Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888


Kisah Mereka yang Menelan Matahari


Dikisahkan, pada suatu ketika, para dewa berhasil menemukan tirta amerta setelah mencarinya ke lautan susu. Tirta amerta begitu penting karena dengan meminum air itu, seseorang akan hidup abadi.

Para dewa yang bersukacita kemudian berkumpul di kahyangan dan berbaris untuk meneguk tirta amerta. Namun, di antara mereka ada raksasa bernama Kala Rahu yang menyamar sebagai dewa demi mendapatkan keabadian.

Tepat saat dia mendapat giliran untuk minum air abadi, penyamarannya diketahui Dewa Surya dan Dewa Candra.

Kedua dewa yang mewakili matahari dan bulan itu kemudian berteriak. Dewa Wisnu, yang membagikan air itu, segera menarik cawan dari mulut Kala Rahu dan mencabut senjata cakra. Roda cakra berputar, dan menebas leher Kala Rahu.

Namun, raksasa Rahu telah meminum sedikit tirta amerta. Air abadi itu mengalir hingga tenggorokannya. Akibatnya, kepala Rahu tetap hidup, sedangkan badannya mati. Rahu kemudian melayang-layang tanpa badan sepanjang hayatnya.

Rahu menyimpan dendam kepada Dewa Surya dan Dewa Candra. Oleh karenanya, raksasa itu bersumpah, ia selamanya akan mengejar dan menelan kedua dewa itu. Kadang-kadang, Kala Rahu berhasil mencaplok Surya dan Candra. Saat itulah, gerhana matahari atau gerhana bulan terjadi.

Dalam kebudayaan Jawa, Bali, dan budaya lain yang dipengaruhi Hindu, Kala Rahu dikenal sebagai Batara Kala. Setiap kali ia berhasil menelan matahari, orang-orang segera memukul lesung, kentongan, dan membuat suara-suara nyaring agar Kala pergi dan memuntahkan matahari.

Cerita Batara Kala menelan matahari itu tercatat di Candi Belahan di Gempol, Pasuruan, Jawa Timur. Kompas edisi 7 Maret 2016, di halaman 16 dengan judul "10 Abad Jejak Gerhana di Nusantara", menuliskan, relief di candi peninggalan Kerajaan Mataram tersebut menggambarkan sosok raksasa Batara Kala hendak menelan medalion atau bulatan.

Di bawah bulatan itu, ada dua sosok yang ditafsirkan sebagai Dewa Surya atau Dewa Matahari dan Dewi Candra atau Dewi Bulan. Bulatan itu diduga sebagai matahari atau bulan.

Cerita serupa dengan alur berbeda dengan Rahu sebagai tokohnya juga beredar di masyarakat Bangka. Rau, begitu dia disebut, adalah raksasa yang ingin mempersunting dewi dari kahyangan. Cintanya ditolak, amarahnya memuncak.

Mitos soal gerhana ketika matahari hilang ditelan makhluk lain bukan hanya ditemukan di kebudayaan yang dipengaruhi Hindu.

Dalam keyakinan kuno Tiongkok, gerhana diyakini sebagai peristiwa ketika seekor naga raksasa menelan matahari. Cerita naga ini serupa dengan legenda masyarakat Ternate yang menganggap gerhana terjadi karena ada naga menelan sang surya.

Dalam artikel Kompas pada 10 Februari 2016, mitos naga menelan matahari Tiongkok ini ternyata tercatat sejak sekitar 4.000 tahun silam. Pada 22 Oktober tahun 2134 sebelum Masehi, gerhana matahari total terjadi di daratan Tiongkok.

Akibat peristiwa tersebut, berkembanglah mitos adanya naga murka dan berupaya melahap matahari. Masyarakat membunyikan suara-suara keras seperti petasan.

Para prajurit Tiongkok kuno dikerahkan untuk menembakkan meriam ke arah matahari pada saat gerhana matahari berlangsung. Tindakan itu dilakukan agar matahari kembali bersinar.

Menurut Henky Honggoh, pemerhati budaya Tionghoa di Palembang, Jumat (5/2/2016), naga merupakan simbol suci bagi masyarakat Tionghoa. Naga memiliki makna kehidupan dan keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Beragam simbol naga ada di segala aspek kehidupan masyarakat Tionghoa.

"Di dalam mitos naga memakan matahari itu terkandung makna yang buruk karena sinar matahari menghilang yang diartikan menjadi sebuah bencana. Namun, membunyikan petasan dan bebunyian lainnya menjadikan simbol kekuatan lain dari manusia yang mampu mengusir kekuatan yang jahat itu," ujarnya.

Sementara itu, di Skandinavia, masyarakat di Denmark, Swedia, dan Norwegia meyakini bahwa makhluk penelan matahari adalah serigala bernama Skoll. Sedikit berbeda, di Korea, makhluk yang mengejar-ngejar surya adalah anjing, sedangkan di Vietnam adalah kodok.

Hampir semua kebudayaan di dunia memiliki kisah soal gerhana. Kisah-kisah itu muncul karena manusia selalu mencari jawaban atas fenomena yang tidak diketahuinya.

Manusia berusaha memahami gerhana sesuai dengan kemampuan pikir dan zamannya. Usaha manusia memahami semesta dan dinamikanya itu melahirkan mitos.

"Mitos berkembang atau dikembangkan untuk menjawab pertanyaan mendasar manusia tentang diri dan lingkungannya," kata ahli mitologi Universitas Indonesia, Dwi Woro Retno Mastuti, Kamis (28/1/2016). "Mitos terlahir salah satunya sebagai usaha manusia memahami peristiwa semesta."

Kisah kuno raksasa dan naga menelan matahari yang kini terkesan jauh dari rasionalitas itu dibingkai sesuai zaman untuk memahami keadaan semesta yang sangat jauh dari jangkauan kemampuan pikiran manusia saat itu.

Namun, dalam perkembangannya, manusia kemudian menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan dan mendapati jawaban-jawaban yang semakin rasional.

Sebelum Masehi, ilmuwan Babilonia bahkan sudah bisa meramalkan terjadinya gerhana dengan mengamati gerakan bulan dan matahari.

Kini, gerhana adalah peristiwa alam yang bisa dijelaskan dengan gamblang oleh ilmu pengetahuan. Peneliti sudah dapat meramalkan terjadinya gerhana dan durasinya, hingga hitungan detik. Ilmuwan bahkan memanfaatkan gerhana untuk membuktikan teori-teori lain di alam semesta.

Lalu, apakah cerita soal raksasa dan naga menjadi tidak relevan? Jawabannya tentu tergantung pandangan tiap-tiap orang dan dari sudut mana jawaban akan ditarik.

Secara budaya, cerita naga dan raksasa kini hadir dalam bentuk seni dan festival. Beragam pesta di seputaran momentum gerhana pun digelar di beberapa daerah.

Di Palembang, Sumatera Selatan, misalnya, gerhana bakal disambut dengan tari-tarian dan melibatkan lampion naga sepanjang 18 meter.

Sebanyak 20 siswa SMKN 7 Palembang membuat lampion naga sebagai bagian dari tarian kolosal Naga Memakan Matahari saat puncak gerhana matahari total.

Masyarakat dayak di Kalimantan Tengah menyambut gerhana dengan menabuh aneka alat musik. Saat kegelapan total terjadi, 55 kentongan atau disebutsalakatok akan ditabuh agar kegelapan berakhir, dan hal negatif dijauhkan.

Selain itu, masih banyak kegiatan budaya lain terkait gerhana yang disajikan berdasarkan mitos dan cerita rakyat. Artinya, secara budaya, mitos itu masih relevan.

Mengenai hal itu, budayawan Sujiwo Tejo dalam akun Twitter-nya, @sudjiwotedjo, menuliskan, "Fenomena geometris gerhana matahari diterima, tetapi lakon matahari dimakan Batara Kala tetap diperlukan sebagai bumbu."

Rupanya, pada era modern, kisah dan simbol itu masih memiliki daya pikat untuk menjadi sumber inspirasi dan kreasi hiburan terkini. Mitos tidak akan lekang oleh waktu.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888