Rabu, 16 Maret 2016

“Ohh, Mas, Enak Mas, Enjot terus mas”


http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

 Suatu hari pak Beni mengajak ke 2 balitanya berlibur kerumah neneknya diluar kota untuk beberapa hari. aku tidak diajak. Tahu bahwa abangnya tidak mengajak aku ikut berlibur, mas Budi senyum2 saja kepadaku, “Nes, ada kesempatan nih. Mas Beni pergi dengan anak2 dan kamu gak ikut. Kita juga liburan yuk”, ajaknya. “Mau kemana mas”, tanyaku. “Temenku, Adi, ngajak ke villanya. Dia mau ajak ceweknya, Santi. Kamu ikut ya. Kita have fun lah disana. Mau kan”, katanya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum dan mengganggukkan kepala.

Sorenya, mas Adi datang menjemput. Aku diperkenalkan ke mas mas Adi dan dia memperkenalkan Santi ke mas Budi dan aku. Mas mas Adi ganteng juga. Santi, montok banget. Masih abg banget, kayanya lebih muda dari aku. Manis juga anaknya, mengenakan jeans ketat dan tank top yang juga ketat sehingga menonjolkan lekuk liku badannya yang merangsang. Tangannya berbulu panjang dan terlihat ada kumis tipis diatas bibir cewek itu. Pasti jembutnya lebat sekali dan cewek yang kaya begini yang disukai cowok2. Aku mengenakan blus dan rok mini. mas Adi tampak mengagumi keseksianku walaupun ada cewek yang gak kalah montok disebelahnya. Memang aku mengenakan blus yang belahan dadanya rendah sehingga belahan toketku menyembul keluar. “Berangkat yuk”, kata mas mas Adi. “Nes, mas Adi dari tadi ngeliatin kamu terus tuh” kata mas Budi berbisik.”Ah.. Masa sih” jawabku tertawa. “Iya tuh.. Lihat aja di kaca spion”. Memang terkadang mas Adi melirik kaca untuk melihatku yang duduk di kursi belakang bersama mas Budi.Villanya tidak terlalu jauh. Karena sudah malem, kita mengisi perut dulu. Mas Adi membawa juga makanan dan minuman untuk camilan di vila. Sesampai di vila, hari sudah gelap. Langsung berbagi kamar, masing2 dengan pasangannya. Setelah memasukkan barang bawaan ke kamar masing2, kita ngobrol ber 4 di ruang tamu. Mas Budi kayanya udah horny berat. Dia memelukku, mengelus2 rambutku dan pahaku yang tidak tertutup rok miniku yang tersingkap. Dia berbisik ngajak aku masuk kamar. Aku ngikuti aja. “Duluan ya”, kata mas Budi kepada temannya.

Di kamar, dengan ganas mas Budi segera memelukku dan mencium bibirku dan menjilati leherku. Belahan toketku diusap2nya, blusku dibukanya, sehingga aku hanya mengenakan bra yang tipis. Pentilku tampak menonjol, sudah mengeras. Perlahan dia menciumi toketku. Aku mulai mendesah perlahan ketika pentilku dihisapnya dari balik braku. Setelah puas menikmati toketku, dia menciumku kembali. “Kamu gantian dong, hisap kontolku” katanya lagi. Kubuka retsleting celananya sekaligus dengan CDnya, sehingga kontolnya yang sudah tegang membengkak mencuat keluar. Kontolnya mulai kukocok-kocok perlahan. Dia mendorong kepalaku ke arah kontolnya. “Isep Nes”, desahnya ketika mulutku mulai mengulum kepala kontolnya. Kontolnya kukocok2 perlahan. “Nikmat Nes” erangnya. Dia menyibakkan rambut yang menutupi wajahku. “Terus Nes, enak banget, ” katanya lagi. Akupun mengeluarkan kontolnya dari mulut dan mulai menjilatinya. Kemudian kontolnya kujejalkan dalam mulutku. Dia mengelus-elus rambutku, ketika mulutku memompa kontolnya. Dia sudah sangat bernapsu sekali. Rok dan cd ku dilepasnya sehiongga aku telah bertelanjang bulat. Dia duduk dikursi dan aku disuruhnya duduk di atas pangkuannya sambil menghadap memunggunginya. Dia melepaskani baju yang tersisa. Dia menciumi pundakku, dan mengarahkan kontolnya yang sudah berdiri tegak ke nonokku. “Ohhmas, besarnya. Enak, ahh, entotin Ines mas”, desahku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku, gerakannya terbatas karena aku ada pangkuannya. Toketku yang berayun-ayun seirama enjotannya diremasnya. “Ohh, Mas, Enak Mas, Enjot terus mas” kataku sambil melingkarkan tanganku ke belakang merengkuh kepalanya. Dia menciumku bibirku sebentar dan kemudian menghisap toketku sambil terus mengenjot nonokku. “Ohh mas, enak banget, besar banget” eranganku semakin menjmas Adi, dan tak lama aku pun menjerit. Tubuhku menggelinjang-gelinjang dalam dekapannya. Tak lama, diapun mengerang nikmat ketika ngecret dalam nonokku. Kamipun melepas lelah sejenak sambil berciuman kembali. “Enak ya Mas” kataku.

Aku masuk kekamar mandi yang menjadi satu dengan kamar tidur. Selang beberapa saat aku keluar lagi hanya mengenakan lilitan handuk dibadanku tanpa pakaian lainnya lagi. “Udah siap lagi ya Nes”, mas Budi menggangguku. “Iyalah mas, kan kita kesini untuk ngentot. Kata mas mau ngentotin Ines sampe 4 kali”, jawabku. Belahan dadaku sedikit tersembul dibalik handuk yang menutup dada serta pahaku. Melihat itu sepertinya dia napsu lagi. Luar biasa juga staminanya, gak puas2nya dia ngentoti aku. Kontolnya sudah berdiri tegang. Dia berbaring di ranjang. “Mas, ngelihatnya kok begitu amat sih ?” kataku. “Nes, sudah malam nih, kita tidur saja” katanya.”Mau tidur atau nidurin Ines mas”, godaku. “Tidur setelah nidurin kamu lagi dong”, jawabnya. Aku berbaring disebelahnya, segera lilitan handukku dilepaskannya sehingga telanjang bulatlah aku. Toketku dielus2nya. “Nes, kamu seksi sekali, mana binal lagi kalo lagi dientot. Kalo mas Beni dan anak2 pergi melulu, aku bisa ngentotin kamu tiap malem”, katanya merayu. Aku hanya tersenyum, tidak menjawab rayuannya. Elusan tangannya di toketku berubah menjadi remasan remasan halus. “Mas “, aku memeluknya. Dia memelukku juga serta mencium bibirku. Dia begitu menggebu gebu melumat bibirku, kujulurkan lidahku kedalam mulutnya. Nafasku menjadi cepat serta tidak beraturan. Setelah beberapa saat kami berciuman, aku menggeser badanku sehingga sekarang sudah berada di atas badannya. Dia semakin ganas saja dalam berciuman. Dia memeluk badanku rapat2 sambil menciumiku.

Kemudian aku menciumi lehernya dan terus turun kearah dadanya. Dia berdesis “Nes, sshh”. Aku terus menciumi badannya, turun ke bawah dan ketika sampai disekitar pusarnya, kucium sambil menjilatinya sehingga terasa sekali kontolnya kian menegang. “Nes, aduuh” dan aku secara perlahan terus turun dan ketika sampai disekitar kontolnya, kucium dan kuhisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. “Sshh, Nes” katanya lagi. Kontolnya sudah ngaceng keras sekali, mengacung ke atas. Kupegang kontolnya dan kukocok pelan pelan. Kontolnya kumasukkan kemulutku. “Aahh”, teriaknya keenakan. Aku segera menaik turunkan mulutku pelan2 dan sesekali kusedot dengan keras. “Nes, enaak. Ayo dong Nes. Sini, aku juga kepingin” , katanya sambil menarik badanku. Aku mengerti kemauannya dan kuputar badanku tanpa melepas kontolnya dari mulutku. Posisi nya sekarang 69 dan aku berada diatas badannya. Nonokku yang dipenuhi jembut yang lebat dijilatinya. Aku menggelinjang setiap kali bibir nonokku dihisapnya. Dengan mulut yang masih tersumpal kontolnya aku bergumam. Dia membuka belahan nonokku pelan2 dan dijulurkannya lidahnya untuk menjilati dan menghisap hisap seluruh bagian dalam nonokku. Kulepas kontolnya dari mulutku sambil mengerang, “mas, ooh”, sambil berusaha menggerak gerakkan pantatku naik turun sehingga sepertinya mulut dan hidungnya masuk semuanya kedalam nonokku. “Maas, terus maas” Apalagi ketika itilku dihisap, aku mengerang lebih keras “maas, teeruuss”. Itilku terus dihisap hisapnya dan sesekali lidahnya dijulurkan masuk kedalam nonokku. Gerakan pantatku semakin menggila dan cepat, semakin cepat dan akhirnya Mas, aku nyampee”, sambil menekan pantatku kuat sekali kewajahnya. Aku terengah engah. Perlahan lahan dia menggeser badanku kesamping sehingga aku tergeletak di tempat tidur. Dengan masih terengah2 aku memanggilnya, “Mas peluk Ines, maas” dan segera saja dia memutar posisi badannya lalu memelukku dan mencium bibirku. Mulutnya masih basah oleh cairan nonokku. “Maas”,kataku dengan nafas nya sudah mulai agak teratur. “Apa Nes”sahutnya sambil mencium pipiku. “Maas, nikmat banget ya dengan mas, baru dijilat saja Ines sudah nyampe”, kataku manja. “Nes sekarang boleh gak aku… “, sahutnya sambil meregangkan kedua kakiku.

Mas Budi mengambil ancang2 diatasku sambil memegang kontolnya yang dipaskan pada belahan nonokku. Perlahan terasa kepala kontolnya menerobos masuk nonokku. Dia mengulum bibirku sambil menjulurkan lidahnya kedalam mulutku. Aku menghisap dan mempermainkan lidahnya, sementara dia mulai menekan pantatnya pelan2 sehinggga kontolnya makin dalam memasuki nonokku dan blees, kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku. Aku berteriak pelan “aahh maass”sambil mencengkeram kuat di punggungnya. Kedua kakiku segera kulingkarkan ke punggungnya, sehingga kontolnya sekarang masuk seluruhnya kedalam nonokku. Dia belum menggerakkan kontolnya karena aku sedang mempermainkan otot2 nonokku sehingga dia merasa kontolnya seperti dihisap hisap dengan agak kuat. “Nes, terus.Nes, enaak sekalii, Nes”, katanya sambil menggerakkan kontolnya naik turun secara pelan dan teratur. Aku secara perlahan juga mulai memutar mutar pinggulku. Setiap kali kontolnya ditekan masuk kedalam nonokku, aku melenguh “sshh maass”, karena kurasakan kontolnya menyentuh bagian nonokku yang paling dalam. Karena lenguhanku, dia semakin terangsang dan gerakan kontolnya keluar masuk nonokku semakin cepat. Aku semakin keras berteriak2, serta gerakan pinggulku semakin cepat juga. Dia semakin mempercepat gerakan kontolnya keluar masuk nonokku. Aku melepaskan jepitan kakiku di pinggangnya dan mengangkatnya lebar2, dan posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan terasa kontolnya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian kurasakan rasa nikmat yang menggebu2, kupeluk dia semakin kencang dan akhirnya “ayo mass, Ines mau keluar maas”. “Tunggu Nes, kita sama sama”, sahutnya sambil mempercepat lagi gerakan kontolnya. “Aduhh maas, Ines nggak tahaan, maaas, ayoo sekarang”, sambil melingkarkan kembali kakiku di punggungnya kuat2. “Nes, aku jugaa”, dan terasa creeeeeeet…creeeeeet… crrreeettt..pejunya muncrat keluar dari kontolnya dan tumpah didalam nonokku. Terasa dia menekan kuat2 kontolnya ke nonokku. Dengan nafas yang terengah engah dan badannya penuh dengan keringat, dia terkapar diatasku dengan kontolnya masih tetap ada didalam nonokku. Setelah nafasku agak teratur, kukatakan didekat telinganya “Mas, terima kasih ya. Ines puas banget barusan,” sambil kukecup telinganya. Dia tidak menjawab atau berkata apapun dan hanya menciumi wajahku. Setelah diam beberapa lama lalu aku diajaknya membersihkan badan di kamar mandi dan terus tidur sambil berpelukan.

Paginya aku terbangun kesiangan. Mungkin karena cape dientot aku tidur dengan pulas. Ketika terbangun dia sudah tidak ada disebelahku. Aku ke kemar mandi, membasuh muka dan sikat gigi, kemudian dengan bertelanjang bulat aku keluar kamar. Mas Budi sedang ngobrol dengan mas Adi dan Santi. Aku segera masuk ke kamar lagi, walaupun mas Adi sempat ternganga melihat kemolekan badanku yang telanjang. Aku mengenakan kimono punya mas Budi, sehingga kebesaran. Aku bergabung dengan mereka dimeja makan. Aku mengambil roti dan membuat kopi, yang lainnya kelihatannya sudah selesai sarapan. Mereka menemaniku sarapan sambil ngobrol santai. Kayanya Santi centil banget ngobrolnya dengan mas Budi. Setelah aku selesai sarapan, mas Adi mengajak berenang. Segera aku mengenakan daleman bikiniku. Mas Adi makin menganga melihat jembutku yang nongol dari balik CD minimku. “Nes, jembutnya lebat sekali”, katanya. “Suka kan mas ngeliatnya”, jawabku. “Jembut Santi juga pasti lebat, lebih lebat dari jembutku”. Santi sudah memakai bikininya juga. toketnya yang montok tidak tertutup oleh bra bikininya yang kekecilan, dan jembutnya benar lebih lebat dari jembutku, nongol dari samping dan atas CD bikininya yang sangat minim, lebih minim dari CDku. Mas Budi kayanya napsu banget lihat bodinya Santi. Aku mengerti sekarang skenarionya, kayanya mas Budi mau ngentot dengan Santi dan aku akan dientot mas Adi. Kulihat mas Adi menelan ludahnya memandangi bodiku. Mas Budi hanya memakai celana pendek dan kelihatan sekali kontol besarnya sudah ngaceng dengan keras. Mas Adi melepaskan pakaiannya sehingga hanya mengenakan CD saja. kontolnya juga sudah ngaceng, kelihatannya besar juga walaupun tidak sebesar kontol mas Budi. Kami menuju ke kolam renang di kebun belakang. Ada 2 dipan, dan letaknya berjauhan, di masing2 sisi kolam. Aku memilih salah satu dipan. Mas Budi sudah mulai menggeluti Santi di dipan satunya. mas Adi duduk disebelahku yang sudah berbaring di dipan. Dia mulai mengelus2 pundakku. Aku tau, dia pasti sudah napsu sekali. Segera saja kuelus2 kontol mas Adi dari luar CDnya, kemudian kuremas perlahan. “Kontol mas besar juga ya”, kataku sambil makin keras meremas kontolnya. Tanganku menyusup kedalam CDnya dan langsung mengocok2 kontolnya. ngacengnya sudah keras banget. “Aku lepas ya CD nya”, kataku sambil memelorotkan CDnya. Kontolnya yang lumayan besar langsung ngacung keatas. Aku udah gak sabar pengen merasakan kontolnya keluar masuk nonokku. Aku duduk dan memeluknya serta mencium bibirnya. Mas Adi langsung memelukku kembali, bibirnya pun menghisap2 bibirku sedang tangannya mulai meremas2 toketku yang sudah mengeras. Tangannya nyelip kedalam bra ku dan memlintir pentilku yang juga sudah mengeras. “Nes sudah napsu ya, pentilnya sudah keras. Nonoknya pasti udah basah ya Nes”, katanya lagi. Sepertinya dia sudah pengalaman juga dalam urusan perngentotan. Aku mulai menyentuh dan mengelus kontolnya “ya, pegang Nes” desisnya. Mas Adi sekarang yang berbaring sedang aku menelungkup diatasnya. Kontolnya mulai kujilat, kukocok sambil meremas biji pelernya. “Aku isep ya kontol mas, gede juga” kataku sambil menurunkan kepalaku dan memasukkan kontolnya ke mulutku. “Ohh sshh, nikmat banget Nes” erangnya. Aku menjilati kepala kontolnya, kuisep sambil terus kukocok2. Sesekali kumasukan semua kedalam mulutku sambil kukenyot. “Oohh, enak banget Nes” teriaknya keenakan. Aku berhenti menghisap kontolnya tapi terus kukocok2.”Isep lagi Nes, isep lagi, enak banget” katanya. Kembali kontolnya kukocok sambil kupelintir pelan. “sshh, ohh, eennaakk bbannggett Nes. enak banget, terus Nes” desisnya. Aku terus melakukan aktivitas tanganku. “Nes isep lagi donngg.. jangan pake tangan aja..ayo donk Nes” pintanya memohon. Aku hanya tersenyum dan mulai menghisap lagi. Kali ini benar benar hot isapanku, kepalaku bergoyang kekiri kanan dan naik turun berkali kali sementara tanganku terus mengocok dan memutar batang kontolnya. “Nes aku mau keluarr nih” katanya. Badannya mulai menegang. Aku terus menghisap kontolnya sambil terus memutar dan mengocok batang kontolnya yang makin menegang keras. “Terus Nes, isep terus” jeritnya. Aku terus menghisap kontolnya dan akhirnya “ccrreett.. ccrreett.. ccrreett..”, pejunya muncrat dimulutku. kontolnya terus kuhisap. Terasa dia ngecret 5 kali didalam
mulutku. pejunya kuludahkan dan kubersihkan mulutku yang belepotan sisa pejunya. Dia duduk disebelahku dan mencium pipiku “Makasih ya Nes, enak banget deh” katanya sambil mencium pipiku lagi. “Ya udah mas istirahat dulu, Ines mau ambil minum dulu, mas mau minum apa?” tanyaku sambil menuju dapur. “Apa aja deh, nanti juga aku minum” jawabnya. Aku kembali dengan dua gelas minuman dan sebotol besar air mineral. Aku dan dia minum sambil nonton mas Budi yang sudah mulai ngentotin Santi. terdengar Santi teriak2 keenakan ketika kontol besar mas Budi keluar masuk mengejot nonoknya. Mas Adi memeluk pinggangku serta mencium leherku. “Sshh” aku mendesis. Tangannya meraba toketku, diremasnya pelan. Aku terangsang, yang sudah mulai berkobar sejak aku ngisep kontolnya, “Diremes2 dong mas, masa diraba doang sih” aku mulai mengerang.

Aku ditelentangkannya, bibirku dilumatnya. Aku balas mencium dengan penuh napsu. kontolnya kuelus dan kukocok lagi, ternyata sudah ngaceng lagi. Dia terus meremas toketku dan mulai
menjilati leherku lalu turun dan terus turun mencium belahan dadaku. “teruuss, buka braku mas, bbuukkaa!” kataku setengah berteriak. Dia terus turun menciumi badanku, dia menciumi nonokku dari balik CDku yang sudah basah karena lendir yang keluar dari nonokku. “aayyoo mas buka!” teriakku. Tapi dia terus menjilati kaki kiri dan pindah ke kaki kanan. Kembali dia mencium bibirku. Aku membalas ciumannya dengan penuh napsu. Dia menjilati telingaku. Pintar juga dia
merangsang napsuku. toketku kembali diremas2nya. Tangan satunya terus menggosok itilku dari balik CDku. “Buka donk, sshh, Ines udah ngga tahan nih” desahku. Dia terus saja meraba, menjilat serta mencium toket serta nonokku. “Mas jahil ya” kataku sambil mencium bibirnya dengan hot. Kontolnya mulai ku remas dan kukocok. “Isep Nes. aku pengen diisep lagi” katanya sambil sedikit menarik kepalaku mendekati kontolnya. Aku terus mengocok sementara mulut dan lidahku terus menghisap dan menjilat kontolnya. Dia tidak tahan lagi, segera aku ditelentangkannya, sambil mencium leher dan pundakku. toketku diremasnya dan tangan satunya meraba nonokku. “Ngentot yuk. Ines udah ngga tahan lagi” desisku. Dia menarik ikatan braku dan juga CDku. toketku langsung diisepnya “iisseepp pentilnya, maas” desahku. Kemudian tanganku mendorong kepalanya kebawah “Jilat nonok Ines mas” desahku keenakkan karena dia sudah menjilati itilku dan menumpangkan kaki kiriku kepundaknya. Dia terus menjilati nonokku dan memasukan lidahnya dalam-dalam. “tteerruuss mas, yang dalem. Oohh Ines uuddaahh mmauu klluuaarr nniihh” jeritku sambil terus menekan kepalanya. Dia terus menghisap dan menjilati nonokku. “Ines nyampe, isep tteerruuss nonok Ines” aku bergetar dan menggelinjang menikmati jilatan-jilatan lidahnya di nonokku.

Dia dan menaiki aku.. tangannya memegang kontolnya dan mengarahkan ke nonokku. Ditekannya masuk. “kontol mas enak banget sih. Oohh, entotin Ines mas ” jeritku keenakan. Dia meremas pantatku dan tangannya yang satu lagi meremas toketku. Sebentar saja dienjot aku merasa sudah mau nyampe. “Ines udah mau nyampe, yang keras dong ngenjotnya, mas”, kataku. Mas Adi mencabut kontolnya, aku disuruhnya nungging dan kontolnya kembali disodokkan ke dalam nonokku dengan keras, langsung ambles semuanya. Nikmat sekali rasanya. Kembali dia mengenjotkan kontolnya dari belakang keluar masuk nonokku dengan keras. Berulang kali dia mengenjot kontolnya sehingga mentok di nonokku. “Nes. aku mau ngecret” jeritnya. “Bareng ya mas, Ines keluar”, aku menjerit panjang sementara dia makin memperkeras enjotannya. Akhirnya “Nes, aku mau ngecret”, jeritnya dan pejunya kembali muncrat, kali ini membanjiri nonokku. Aku telungkup dan dia menindihku. Lemes juga dientot pagi2 begini. Dia telentang, aku juga.

Sambil berbaring aku menoleh ke arah mas Budi, sepertinya mas Budi belum tuntas ngentotnya, gak tau kalo Santi udah nyampe atau belum. Mas Budi sepertinya mau mulai menancapkan lagi kontol besarnya ke nonok Santi yang terkapar di dipan. Dia meraba nonoknya dan sepertinya memainkan itilnya. Santi berdesah gak karuan “Mas, jilat mas!” Mas Budi kemudian menjilat dan pastinya mengulum itilnya. Santi ditunggingkan dan mas Budi berlutut di belakangnya dan menggesekkan kontolnya ke nonok Santi.”Mmaassuukkiinn mmaass”, jeritnya saat kontol mas Budi masuk ke nonoknya yang sudah basah.”teruss mas teruss, entotin Santi terus”. Mas Budi menggenjot Santi dengan ritme teratur. Setelah beberapa lama dengan doggy style “Santi nyampe mas”, jeritnya keenakan. Santi kemudian ditelentangkan dan mas Budi mengangkat kedua kakinya dan ditaruh dipundaknya. Dia kembali kontolnya dan menggenjot Santi lagi. Santi kembali mendesah2. Mas Budi meremas toketnya yang montok dan Santi terus mendesah “Mas nikmat banget mas, terus enjot yang keras mas, aah”, jeritnya lagi, rupanya Santi kembali nyampe. Cepet banget, pikirku. “Mas, nikmat banget ya ngentot sama mas, mana mas kuat banget ngentotnya. Santi sudah berkali2 nyampe, mas belum ngecret juga”, kata Santi sambil terengah2.

Mas Budi mencabut kontolnya yang masih keras dan menghampiriku, kayanya dia pengen ngecret dinonokku. Benar saja, aku yang sedang ditelentang langsung dinaikinya. Dia mengesek-gesekan kontolnya di nonokku, langsung saja napsuku bangkit lagi “masukin mas, mmaasuukiin dong” desahku berulang kali. Dia membalikkan tubuhku dan sehingga aku tengkurap. Perut bawahku diganjang bantal yang ada di dipan, kakiku direnggangkannya dan dia langsung menusukkan kontolnya ke nonokku. “aahh mas, eennaakk bbaannggeett” desahku. Dia menggenjotnya semakin cepat. Karena napsuku sudah bangkit sejak aku nonton mas Budi ngentotin Santi, aku merasakan sudah akan nyampe. Dia terus memompa kontolnya keluar masuk nonokku dengan cepat dan keras. “Terus mas, entot Ines yang keras mas, ach” desisku. Akhirnya aku nggak tahan lagi dan “Mas, Ines nyampee, aahh”, jeritku, badanku sampe bergetar saking nikmatnya. Dia masih saja menggenjot nonokku beberapa lamu, dan akhirnya , “Aahh, aku ngecret Nes”. Terasa sekali semburan pejunya beberapa kali dinonokku. Nikmat sekali rasanya. Mas Budi mengajakku masuk ke vilanya. “Mas, kok mas ngecretnya nggak di nonok Santi”, tanyaku. “Yang pertama udah di nonoknya, jadi yang kedua aku ngecretin aja di nonok kamu”, jawabnya. “Sekarang mau ngapain mas?” tanyaku. “istirahat sebentar ya, nanti kita main lagi”, jawabnya sambil berbaring di sofa. Luar biasa staminanya, seperti gak ada puasnya. Aku mengambilkan minuman untuknya dan duduk diubin disebelah sofa. Dia membelai2 rambutku, terus mengusap2 punggungku. Aku hanya menyenderkan kepalaku di dadanya, romantis sekali rasanya.

Sementara itu mas Adi dan Santi sudah menghilang, entah kemana. Tak lama l\kemudian mas Adi keluar dan memberitahu bahwa makan siang sudah siap. Rupanya dia mempersiapkan makan siang. Lauknya sate kambing dan ada 4 botol minuman energi. Ada 4 gelas es batu juga. “Wah mas, hot banget makanan dan minumannya”, kataku. “Iya Nes, kan kita masih punya setengah hari lagi, biar kuat”, jawab mas Adi. Kami segera menyantap makanan itu. Selesai makan, kita santai sejenak. Mas Adi sepertinya masih mau menikmati empotan memekku, mulai melancarkan aksinya. Sementara itu mas Budi membawa Santi ke kamar.

Mas Adi duduk di sofa dan mengajakku duduk disebelahnya. Kemudian diciumnya bibirku, aku membalas ciumannya dan menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Dia mengemut lidahku dan tangannya sudah mulai meremas2 toketku, pentilku diplintir2nya. Diperlakukan seperti itu napsuku bangkit kembali, aku heran juga kenapa napsuku kali ini cepat sekali timbul. Pentilku diemutnya, ” Mass terruss emut pentil Ines maasss, enak”. Aku segera menyambar kontolnya, kuremas2, kukocok2 sampai akhirnya menegang lagi. “Mas, terusin diranjang yuk”, kataku sambil bangun. Dia tidak membawaku ke kamar tapi menelentangkan aku di meja makan. “Buat variasi ya Nes”, katanya sambil mulai mengelus itilku. Pahaku otomatis mengangkang dan diletakkan dipundaknya ketika itilku dikilik2 dengan jarinya. nonokku mulai basah lagi. “Mas, kalau gini terus Ines rasanya mau pingsan kenikmatan”. Kemudian dia mulai menjilati nonokku. Dia tau kalo aku dijilat nonoknya pasti napsuku lebih berkobar2 lagi. “aduhhh aku nggak kuat, masss, masukkin mas”. Aku mengangkat kakiku dan mengangkang lebar2. Dia segera mengamblaskan kontolnya ke nonokku. Nonokku berkedut2 ketika kemasukan kontolnya yang besar keras itu. “Enjot yang keras mas”, teriakku lagi. “Nes, nonok kamu ngempotnya kenceng banget, enak banget Nes”, katanya sambil memompa kontolnya keluar masuk nonokku, makin lama makin cepat. Akupun semakin aktif memutar-mutar pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku, kutekan pantatnya dengan kakiku yang melingkari pinggangnya dengan keras hingga kontolnya rasanya masuk semakin dalam dinonokku. “Enak mas”, lenguhku lagi. Dia terus mengenjot sambil meremas toketku, sesekali dia mengemut pentilku. Nggak tau berapa lama dia mengentotiku, sampai akhirnya “Maas” jeritku sambil menjepitkan pahaku kuat2. kontolnya terus disodokan makin cepat dan akhirnya..Crot.. croot.. croot.. Terasa sekali muncratnya pejunya dinonokku. “Nikmat sekali mas”.

Selesai permainan hot itu, aku menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri dibawah shower. Tiba2 ada tangan yang memelukku, ternyata mas Budi. Dibawah shower kita saling berpelukan, saling menyabuni. toket dan kontol menjadi sasaran, mulanya dielus, akhirnya diremes2. Kontolnya keras lagi karena terus saja kuremas dan kukocok. Dia duduk diatas toilet, kontolnya sydah tegak mengacung keras. Aku duduk membelakanginya, kaki kukangkangkan dan mengarahkan kontolnya ke nonokku. Terasa sekali, perlahan kontolnya mulai lagi menyesaki nonokku. Dia menyodokkan kontolnya dari bawah keluar masuk nonokku. “Mas, enjot yang cepet mas”, rintihku saking nikmatnya. Pinggulku kugoyang dengan liar mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku. Dia meremas2 toketku sambil menarik tubuhku kebelakang. Dia mencium bibirku dan aku membalas ciumannya. Cukup lama dia menyodok nonokku pada posisi itu sampai akhirnya dengan sodokan yang lebih cepat dan keras dia ngecret di nonokku. Akupun nyampe bersamaan dengan muncratnya pejunya. “Sst mas” jeritku dan dia memeluk aku dengan erat. Hingga beberapa saat dia masih memelukku, aku menikmati sensasi itu dengan berciuman lembut. “Trim’s ya mas, mas sudah membawa Ines ke surga kenikmatan, luar biasa weekend kali ini. Kapan2 Ines dientot lagi ya mas”, kataku. “Tentu saja Nes, aku juga merasa nikmat sekali ngentotin kamu. Nonok kamu jauh lebih nikmat dari nonoknya Santi, mana empotannya hebat lagi”, katanya memujiku. “Adi juga bilang lebih nikmat ngentotin kamu, kayanya Adi mau ngentotin kamu lagi deh kapan2. Aku jadi punya saingan”. “Kenapa saingan mas, Ines mau kok ngelayani mas berdua sekaligus. Ines pasti nikmat banget kalo diantri begitu”, jawabku. Mas Budi sambil tersenyum “Hebat kamu Nes, pinter banget muasin cowok”. Selesailah sensasi kenikmatan tukar pasangan.
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Shinta yang sudah bernafsu


http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888 

Waktu itu hari jumat, aku pulang dari rumah teman SMA. Biasa, habis nonton film porno. Soalnya temanku kost sendiri, jadi amanlah buat nonton-nonton. Sampai di rumah, suasananya sepi. Aku kira keluargaku pergi semua. Baru saja aku mau mencari kunci pintu, kakak perempuanku Lia, 20 tahun, membukakan pintu.
“Ngga kuliah to Mbak?” tanyaku.
“Ngga, ada temenku tuh yang datang.” jawab Kak Lia santai.

Waktu aku masuk ke ruang tamu, kulihat teman kakakku, Agnes, sedang nonton TV. Aku nggak tahu film apa itu. Aku masuk kamar buat ganti baju. Saat itu aku ngga bayangin yang ngeres-ngeres. Pada saat aku keluar dari kamarku, Agnes menyapaku.
“Eh, Ro, filmmu ini bagus lho!”
“Eh, film apa emang?” tanyaku kaget.
“Ini, masa sama punya sendiri ngga tahu.”
Karena memang bingung, aku dekati Agnes, mau tahu film yang dia maksud.
“Eh.. ini ya?” jawabku kaget setengah mati. Soalnya film yang sedang dia tonton adalah film porno yang kupinjam dari temanku seminggu yang lalu. Astaga, pikirku, aku lupa mengembalikan.
“Kak.. kok bisa tahu, darimana ya?” jawabku agak malu.
“Tadi kakakmu ngambil dari kamarmu, emang kalian belum pernah nonton bareng ya?” jawab Agnes.
“Ya.. belum sih, aku cuma pinjem bentar dari temen?” kataku.

Tiba-tiba kakakku muncul. Agnes bertanya kepada kakakku, “Dari mana, Li?”
“Ini beli jus di warung.”
Agnes terus bertanya kepada kakakku, “LI, adikmu ini mbok diajak nonton sekalian, biar bisa dipraktekin.. haha..”
Aku kaget mendengar pertanyaan Agnes. Langsung pikiranku mulai ngeres.
“Wah, ini sih kesempatan gue,” pikirku.
“Ngapain Ro? Nyengir-nyengir sendiri, mulai ngeres tuh pikiranmu, ngga apa ding. Kan udah gede. Kamu sudah pernah ngeseks kan Ro?” tanya Agnes menggoda.
“Wah, jangan sampai hilang nih kesempatan,” pikirku.
“Eh, belum sih, tapi emang pingin, he..he.”
“Kalo gitu sini Ro, mumpung ada kita berdua.” goda Agnes.
Kakakku hanya senyum-senyum melihat aku. Wah, Mbak Lia ternyata nafsu juga nih.
“Ya deh, tapi entar Mbak, jadi kebelet kencing nih.”
“Wah, udah ngaceng tuh punyamu, Ro. Eh, Mbak Agnes ikut ya? Kita mulai di kamar mandi aja ya?”
“Eh Lia, entar ya, gue pinjem adikmu.” kata Agnes yang sudah bernafsu.
“Ha.. ayo deh,” jawabku.

Begitu aku mau kencing, Agnes langsung mengelus burungku dari belakang. Wah asyik nih pikirku. Agnes hanya diam sambil mengelus burungku yang sudah keluar air kencing.
“Sini aku bersihin.”
Aku sih mau aja. Agnes langsung jongkok di depanku dan menjilat kepala burungku sekalian dikulum-kulum sampai masuk ke mulutnya. Kupegangi kepala Agnes dan kugerakkan kepalanya ke kanan-kiri. Kemudian dia berdiri dan langsung mencium bibirku dengan semangat. Lidahnya dimainkan di mulutku, aku pun mengikuti permainannya saja. Tanganku mulai kugerakkan ke buah dadanya yang montok. Aku putar-putar tanganku dan kudorong-dorong susunya.
Agnes mendesih pelan, “Ahh..”

Kubuka bajunya sampai lepas dan kelihatan susunya yang dibungkus BH putih. Kualihkan mulutku ke sekitar susunya. Kucium-cium dan kemudian kulepas BH-nya.
“Wah, putingnya besar nih pikirku.”
Aku langsung mengulum putingnya dengan lembut dan tangan kiriku menggosok-gosok susunya yang satu lagi.
“Ah.. Teruss.. Ro,” rintih Agnes sambil tangannya terus memainkan burungku. Setelah agak lama kumainkan susunya, aku berjongkok mau membuka celana jeansnya.
Tiba-tiba Mbak Lia muncul dan ngomong, “Eh, diterusin di kamarku yok, TV-nya udah kupindah ke sana. Masak aku cuma liat doank.”
“I..ya deh, yuk Ro kita pindah.. Aaah..” jawab Agnes dengan gelinya karena tanganku mengenai lubang kemaluannya.

Setelah selesai kulepas celana Agnes dan tentu saja aku sudah telanjang, kugendong Agnes di depanku dengan lidahku memainkan putingnya.
Agnes mendesah, “Ahh..ah..ehh.”
Kubaringkan di ranjang kakakku dan kulihat kakakku sudah melepas bajunya. Kudatangi Mbak Lia. Agnes hanya diam saja dengan tangannya menggosok-gosok lubang kemaluannya sendiri. Langsung kucium mulut Mbak Lia dan kumainkan susunya dengan gerakkan memutar dan meremas.
“Ehh.. Srrp,” suara kakakku dengan mulut kami masih berciuman.
Tangan kakakku yang satu memegang pantatku dan yang satunya memegang burungku yang semakin besar saja rasanya. Lalu kuangkat kedua kaki kakakku dan kubaringkan pelan di ranjang. Dengan posisi aku di atas, kedua kaki kakakku melingkar di pinggangku, dan kugoyangkan pinggulku biar burungku bergesekkan dengan lubang kemaluannya. Lalu kuarahkan mulutku ke lubang kemaluan kakakku dan kujilat-jilat, kemudian kumasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Sementara itu tanganku bergerilya di atas susunya, kuremas-remas.
“Ah.. Ayo teruss.. shh..” rintih kakakku.

Kemudian Agnes berdiri dengan lubang kemaluannya mengarah di mulut Mbak Lia dan menggoyangkan pantatnya di kepala Kak Lia. Kakakku pun langsung menjilat-jilat lubang kemaluan Agnes dengan semangat. Suara rintihan mereka membuatku semakin nafsu. Dan langsung kuarahkan burungku ke dalam lubang kemaluan kakak. Kaki kirinya kuangkat dan ku desak burungku untuk masuk ke lubang kemaluannya. Kugerakkan maju mundur dan kadang memutar sampai burungku basah oleh lendir dari lubang kemaluan kakakku.
“Crp.. crep.. slokk..” suara gesekan burungku dengan lembut.
“Emm.. ahh.. Terus Ro..o.”
Semakin cepat ku dorong pantat dan tiba-tiba kurasakan burungku menegang keras dan kurasakan air maniku keluar deras di dalam lubang lubang kemaluan kakakku.
“Ahh.. ahh.. uhh!” desahku.
“Uhh.. ehha..” jerit kakakku yang juga mencapai orgasme.

Selama orgasme kutekan pantatku sampai burungku paling dalam dan kugerakkan maju mundur dan memutar. Kudiamkan beberapa saat di dalam karena burungku berkurang ketegangannya. Setelah kembali tegak kukeluarkan dan aku berdiri menuju ke Agnes yang masih mengerang keasyikan karena lubang kemaluannya masih dikulum mulut kakakku. Dengan posisi kakakku telentang, Agnes tetap menggerakkan pantatnya di kepala Mbak Lia, aku pegang kepala Agnes dan kuarahkan mulutnya ke burungku yang masih basah. Agnes langsung mengocok burungku dengan tangannya dan mengulum kepala burungku. Aku merasakan tegangan yang tinggi saat kugerakkan burungku maju mundur ke mulut Agnes, sampai Agnes kadang-kadang agak tersendak karena burungku masuk sangat dalam. Begitu aku merasa mau orgasme, kupegangi kepala Agnes, kugerakkan dengan agak cepat dan tangan Agnespun mendorong pantatku ke depan.
“Creet.. creett.. cprott,” suara air maniku yang memuncrat ke dalam mulut Agnes. Aku mendesah dengan agak keras. Dan kulihat Agnes dengan susah payah berusaha menelan seluruh pejuhku agar jangan sampai tumpah ke ranjang.
“Hukk..uhuk.” kudengar Agnes terbatuk-batuk karena kesulitan menelan pejuhku.
“Haa.haa.haa, Enak ya Mbak rasanya?” tanyaku menggoda.
“Seperti ..emm” jawabnya.
Kemudian dia memegangi burungku yang kembali melemah agar tegak kembali sambil di kocok-kocok.

Ah..enak sekali rasanya pikirku dan aku melirik ke arah film porno yang sampai ke adegan di mana si cewek menungging dan yang cowok memasukkan burungnya dari belakang. “Eh.. Mbak seperti itu ya posisinya?” pintaku.
“Oke deh,” jawab Agnes.
Nah sekarang giliran kamu, Nes, pikirku. Saat aku berusaha memasukkan burungku ke lubang kemaluannya lewat bawah, Mbak Lia berdiri dengan kedua kakinya di antara punggung Agnes. Aku dan Mbak Lia berciuman dengan memainkan lidah di mulutku, kadang menjilat bibirku, sementara tanganku masih memegangi pinggang Agnes untuk mendorong burungku. Agnes dengan gerakan maju mundurnya membuat aku keenakkan. Agnes mendesah cepat dan keringat kami bertiga semakin banyak. Kemudian kuarahkan tanganku ke buah dada Agnes yang menggantung karena posisinya yang nungging. Kuremas-remas dan kugerakkan ke banyak arah. Sementara pinggangku terus memompa agar burungku terus keluar masuk ke lubang kemaluannya. Ciumanku dengan Mbak Lia semakin seru dan penuh nafsu. Sesekali kuarahkan tanganku ke buah dada kakakku yang ukurannya hampir sama besarnya dengan punya Agnes. Tibalah saatnya aku orgasme ketiga kalinya. Dengan segera tanganku memegang pinggang Agnes dan kudorong pantatku dengan cepat.

“Crepp..creep..” suara selangkanganku berbenturan dengan pinggiran lubang kemaluannya.
Dan, “Crut..” air maniku memuncrat derasnya di dalam lubang kemaluan Agnes.
Kami berdua mendesah keras karena Agnes pun mencapai orgasme. Cukup lama aku merasa orgasme sehingga kutekan pantatku ke depan dan kugerakkan burungku yang ada di dalam lubang kemaluannya. Setelah beberapa saat kukeluarkan burungku yang basah dan Mbak Lia pun dengan spontan memegang burungku dan menjilati bekas air maniku yang bercampur dengan lendir lubang kemaluan Agnes.

Kami pun beristirahat dengan tiduran telanjang tanpa satu helai pakaian. Aku di tengah dan mereka di sampingku. Tanganku masing-masing memegang buah dada Mbak Lia dan Agnes sementara entah tangan siapa memegangi burungku yang mulai bergerak-gerak lagi.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Cewek ABG Kejadiannya pada acara tahun baru


http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Kejadiannya pada acara tahun baru 2000, aku sedang berlibur di pantai, di pulau Lombok. Aku berlibur bersama Mbak Santi. Kenapa aku panggil mbak.., karena umurnya tidak terpaut jauh, kami hanya berbeda 3 tahun. Yang membedakan kami hanyalah status sosialnya saja. Mbak Santi adalah seorang eksekutif muda yang bergelut dibidang pialang bursa saham di Jakarta, sementara aku masih mulai merintis di pekerjaanku yang baru. Mungkin dari tingkat jabatan, aku lebih tinggi, seorang general manager perusahaan swasta, sementara Mbak Santi hanya pialang saja. Akan tetapi jangan tanya soal pendapatan, bawaannya saja mobil Honda Estillo silver metalik, sementara aku jangankan mobil, tempat tinggal saja masih kost.

Perbedaan yang lain adalah, Mbak Santi sebelum kerja memang sudah berasal dari keluarga yang berada walaupun tidak kaya sekali tetapi yang pasti seluruh saudara kandungnya membawa mobil satu-satu dan yang terjelek adalah kijang jantan 1996. Oh ya, Mbak Santi 4 bersaudara, Mbak Santi anak kedua, yang tertua laki-laki sudah berumah tangga dan sedang sekolah S2 di Australia, yang nomor tiga perempuan Ratih namanya, masih kuliah di perguruan swasta di Bandung, sementara yang terakhir juga perempuan Luluk panggilannya, nama persisnya aku tidak tahu dan sudah kuliah pula di perguruan swasta Jakarta.

Perkenalanku bermula tanpa sengaja ketika ada sebuah acara di hotel Mulia Senayan. Aku menemani bosku dalam sebuah meeting dengan tamu dari Singapura, sementara Mbak Santi juga sedang santai dengan teman prianya di sudut cafe lantai dasar hotel tersebut. Ketika aku sedang mencari kamar kecil kebetulan Mbak Santi juga sedang menuju ke sana. Perkenalan yang basa-basi, dan saling melempar senyum. Akhirnya aku memberanikan diri membuka percakapan.

“Sedang santai sepulang kerja Mbak..”
“Oh.. iya, refreshing lah Mas.. seharian sibuk.”
“Oooh.. di sekitar sini kerjanya?” timpalku sekenanya.
“Betul, cuma ya.. bukan kerja kantoran gitu lho Mas.”
“Swasta maksudnya Mbak?”
“Bukan.. artinya ya.. cari-cari klien yang mau main di efek.”
“Oh ya.. pialang begitu?” Aku langsung tanggap dengan jenis pekerjaannya.
“Mas sendiri.. maaf dari Jawa ya.. kok logatnya bukan Betawi? Aduh sorry kok jadi menuduh gini?”
“Tepat.. wah hebat nih Mbak..”
“Santi..” balasnya langsung memperkenalkan diri dan meneruskan masuk ke kamar kecil.
“Oh ya saya Sakti, memang baru di Jakarta, namanya tuntutan hidup Mbak..”

Sekeluarnya aku dari kamar kecil dan tidak lama kemudian diikuti Mbak Santi dari kamar kecil sebelahnya. Sopan sekali. Tidak kebanyakan warga ibu kota yang acuh tak acuh, dengan tidak bermaksud basa-basi, Mbak Santi benar-benar menawarkan untuk bergabung dalam acara santainya bersama teman prianya.

“Maaf Mbak.. mungkin lain waktu, karena saya bersama tamu di sini dari Singapura..” maksud hati tidak untuk menolak, tetapi mau diapakan tamuku?
“OK, ini nomor HP saya, tolong Mas kalau punya kenalan yang ingin main efek, nanti biar aku yang prospek, Mas Sakti cukup kenalkan saja siapa temannya, aku yang akan menghubungi beliau.”

Cekatan sekali, begitulah pialang mencari klien, batinku.. dan tangannya halus sekali.. dan bau parfumnya khas sekali. Matanya bulat utuh, wajahnya manis walaupun tidak bisa dikatakan cantik sekali, rata-rata atas. Bibirnya.. penuh. Hidungnya.. simetris dengan mata dan bibirnya. Wow.. bakat alamku mulai timbul, mungkin karena dua bulan aku “puasa” dari kebiasaanku melayani tante, mbak, ibu, dsb, yang selama ini menginginkan petualanganku.

Empat hari berselang dari pertemuan itu, aku bertemu dengan kawan lamaku semasa SMA dulu yang kini sudah sukses, ayahnya memiliki kapal tanker, dan anaknya bergelut di bidang perusahaan IT. Aku jadi ingat Mbak Santi untuk menawarkan bisnis yang digelutinya. Singkat cerita temanku tertarik dan Mbak Santi kuhubungi. Heran! Aku pikir dia lupa denganku, ternyata seperti sudah menjadi kawan lama sekali dengan lancar dia menyapaku di HP, akrab sekali. Akhirnya niat itu kusampaikan dan Mbak Santi berjanji untuk melanjutkannya.

Dua minggu tanpa kabar berita, Mbak Santi menghubungiku di HP, saat itu aku di Jawa Timur dalam rangka tugas kantor. Dari nadanya tampak ada kabar gembira. “Mas di mana nih.. hey.. aku mau traktir nih, temenmu itu gila ya!” teriaknya di HP.
“Sabar Mbak.. ada apa sih.. aku di Jawa Timur nih!” balasku.
“Ups.. sorry, aku pikir di Jakarta.. kapan balik?”
“Dua hari lagi.”
“OK, aku call dua hari lagi.”

Selasa, hari itu Mbak Santi menepati janjinya menelponku, “Mas nanti kita makan malam yuk di Tony Romas Rib’s and Steak.. aku dapet rejeki gede nih.. siapa lagi kalau bukan buying dari Mas Anton.”
Anton adalah teman yang kutawarkan tersebut.
“Ya.. temen Mas itu gila.. beli saham PT Xxx, Tbk sampai 1000 slot, dan dapat margin hampir 200 juta, gila ya.. yang untung aku, kebagian 2,5%, dan aku mau traktir Mas Sakti nih.”

Jam 7:30 malam aku ketemu Mbak Santi di Tony Romas yang sudah menunggu 15 menit lebih awal. Kita langsung memesan makanan termahal di sana. Maklum aku tidak pernah mengunjungi restorant macam itu, jadi aku ngikut aja. Sambil makan kita ngobrol dan semakin akrab saja. Makan berakhir pukul 9 kurang 10 menit. Dan aku diajak putar-putar (maklum tidak bawa kendaraan). Diajaknya aku ke cafe Semanggi, jam 11 malam aku diajak ke “Bengkel” dekat dari Semanggi.

“Mas udah punya pacar belum?”
“Punya..” jawabku sekenanya.
“Wah nanti nggak dicariin pacarnya kan?” goda Mbak Santi.
“Ya dicariin sih, tapi aku sudah bilang ada janji ketemu kamu.”
“Lho kok nggak cemburu sih..” Mbak Santi makin memanjakan suaranya, sepertinya pengaruh alkohol dan musik mulai merasuki Mbak Santi.
“Kenapa mesti cemburu, dia sudah tahu aku luar dalam kok.”
“Maksudnya?”
“Maksudnya kami sudah biasa begini”
“Wah gawat tuh pacarannya..” Mbak Santi coba menyindirku.
“Emangnya Mbak Santi sendiri gimana?” aku coba mengimbangi pembicaraan seiring musik yang semakin memekakkan telinga.
“Ha.. ha.. ha.. sama dong.. gue sih easy going aja Mas.”
“Udah nggak virgin dong?” komentarku tanpa basa-basi.
“Lha emang masih perlu.. aku sejak SMA udah nggak lagi.. Mas ini bisa aja, abis enak sih..”
Sepertinya sudah tidak ada batas lagi pembicaraan kami, dan langsung saja kebiasaan burukku muncul, “Lalu kalau sama aku gimana.. mau coba nggak?”
“Kenapa nggak? emang Mas berani?”
“Sebutkan saja kapan? I’ll be there..”

Akhirnya malam itu kami selesaikan dengan petting di mobil Mbak Santi. Mbak Santi yang memulai lebih dulu dengan mengelus-elus bagian depan celanaku tepat di reitsletingku. Dan kami berciuman tipis sambil memainkan lidah masing-masing. Burungku mulai bereaksi, dan Mbak Santi mengerti perubahan yang terjadi di “bagian” itu. Caranya membuka reitsletingku seperti tanpa hambatan sama sekali.. mahir dan perlahan. Kini celana dalam “Crocodille” ku sudah tampak dan menonjol.Belum kusentuh payudaranya yang padat dengan ukuran bra 34 Cup B, tanganku dituntunnya untuk meraba dan mengelus payudaranya. Aku mencoba untuk menyelipkan beberapa jariku masuk melalui bagian belakang. Aku tidak menemukan kancing pengaitnya! Mbak Santi mengerti, dan dengan tangan kirinya, dia melepas kaitan BH-nya yang ternyata disebelah depan, maka tumpahlah payudara yang putih mulus itu. Padat dan berisi, kencang dan putingnya keras tanda Mbak Santi sudah terangsang dengan “French kiss” ku yang aku dapat dari Mbak Vian. (Baca kisah gelora di kolam renang).

Cukup lima menit kami ber-”French kiss”, kemudian dilanjutkan dengan memainkan ujung putingnya dengan ujung lidahku, sementara Mbak Santi menengadahkan kepala tanda beraksi. Aku jilat perlahan, sambil sesekali tanganku yang satunya meremas sebelah payudaranya. Semakin lama semakin kencang dan erangan Mbak Santi mulai terdengar. Sementara itu, sedari dari kedua tangannya sudah meremas-remas batang kemaluanku yang kaku dan mengeras. Genggamannya tidak cukup untuk meremas kemaluanku. Tidak besar, hanya saja tangannya yang mungil tidak cukup penuh menggenggam batang kemaluanku. Jari tengah Mbak Santi digerak-gerakkan kecil mempermainkan kepala kemaluanku yang sudah penuh mengembang. Ada perasaan geli dan bernafsu di bagian tersebut. Dari cara mempermainkannya, aku dapat membayangkan kemahirannya dalam bercinta.

Kini kedua payudaranya sudah lembab oleh kuluman dan hisapan bibirku yang penuh nafsu, dan Mbak Santi segera membungkukkan badannya dan burungku dijilatnya seperti menjilat ice crem. Ya.. tidak dihisap tetapi dijilat. Wow.. nikmat sekali. Jemarinya mempermainkan pangkal batang kemaluanku sambil mengurai-urai rambut kemaluanku yang lebat. Desir AC mobil tidak membantuku menghentikan keringat yang mengucur menahan gejolak birahi.

Lima menit Mbak Santi mempermainkan seluruh permukaan kemaluanku dari telur kemaluan, pangkal kemaluan, batang kemaluan hingga kepala kemaluanku dengan lidahnya yang hangat. Basah sudah seluruh kemaluanku, tiba-tiba mulut Mbak Santi membuka dan dihisapnya secara perlahan kemaluanku dimulai dari kepala, “Oogghh my God!”

Perlahan semakin dalam hingga berhenti di tengah-tengah batang kemaluanku. Dan.. di bagian itu, burungku kembali dipermainkan, bahkan terasa lidahnya kembali melumat sisa kemaluanku yang masuk ke dalam mulutnya, sementara bibirnya tetap berhenti di tengah batang kemaluanku. “Oouuttchh..” luar biasa, sampai di sini, aku berkeyakinan kalau air maniku siap tersembur, tetapi sepertinya Mbak Santi memang ahli dibidang ini, tiba-tiba ia berhenti sejenak sambil tetap diam menghisap, sehingga seolah-olah burungku tertekan oleh sebuah lubang tepat diakhir kepala kemaluanku, dan rupanya ini sangat membantu menghentikan keluarnya air maniku.

Baru sesaat kemudian, dengan cepat seluruh batang kemaluanku habis terbenam di mulutnya, dan aku melihak ekspresi wajahnya, seluruh mulutnya penuh dengan kemaluanku. Barulah seperti biasa yang kualami dalam oral sex, mulut Mbak Santi maju mundur menghisap, menjilat, mengulum sekenanya dan sebisanya, sensasi yang luar biasa karena tertahannya air maniku membuat aku cukup lama bisa bertahan di permainan ini. Wow.. thank’s Mbak Santi.

Sekitar lima menit aku membisikkan ke telinga Mbak Santi kalau aku sudah nggak kuat dan siap memuntahkan cairan kenikmatan. Mbak Santi hanya mengedipkan mata dengan tidak berhenti mengulum batang kemaluanku yang penuh di mulutnya.

Tiba-tiba, air mani itu keluar tepat di ujung tenggorokan Mbak Santi, entah bagaimana caranya Mbak Santi bisa memperkirakan dengan tepat kapan maniku keluar, sehingga, sekilas aku melihat ekspresi Mbak Santi memejamkan mata dan tidak kulihat air maniku tercecer keluar dari mulutnya.

Beberapa detik berlalu, Mbak Santi melonggarkan kulumannya sambil lidahnya menelusuri seluruh permukaan batang kemaluanku untuk membersihkan sisa lendir mani yang masih ada, dan kepala kemaluanku dihisapnya kencang agar tak tersisa lagi cairan yang menetes. Luar Biasa.. That’s what a wonderfull experience.

Keheningan melanda kami berdua, kemudian aku membuka pembicaraan “Maaf Mbak aku belum sempat mencicipi itu..” sambil menunjuk lubang kenikmatan Mbak Santi yang memang tidak tersentuh sama sekali.
“Memang sengaja belum aku tunjukkan karena memang aku sisakan untuk pertemuan berikutnya Mas..” suara Mbak Santi manja.

Sejak saat itu, secara rutin dua minggu sekali kami berkencan, dimana saja, villa, hotel, mobil, kamar di rumahnya. Tapi satu yang belum kurasakan adalah lubang kenikmatan Mbak Santi! Just she played me with her oral! Hingga akhirnya Mbak Santi menawarkan acara tahun baru di pulau Lombok.
“Sakti.. mau merasakan yang satu.. itu kan?” tawarnya menggoda.

Akhirnya kami bertiga, aku, Mbak Santi dan adiknya yang terakhir Luluk berlibur ke Lombok. Di sana kami menyewa sebuah bungalow di pinggir pantai yang masih perawan, bahkan tempat kami menginap sengaja dibikin tidak ada sarana listrik dan komunikasi. Memang setting daerah wisata ini menonjolkan keasrian lingkungannya.

Tepat malam tahun baru, setelah kami puas bermain di pantai yang juga masih perawan, di sana kami menjumpai banyak cewek bugil dan tidak seperti di Bali, di sini pemandangan lebih erotis dan alami! Segera kami menuju kamar masing-masing. Luluk rupanya sudah mengerti apa yang terjadi diantara kami berdua. Sehingga dia asyik dengan dunianya sendiri.

Segera kami melucuti pakaian kami satu persatu, terkesan tidak romantis dan tergesa-gesa tetapi buat apa romantis segala, toh kami bukan sepasang kekasih, kami hanyalah ingin saling memuaskan nafsu diantara kita berdua yang sudah lama terpendam!

Baru saat itu dikeremangan lampu minyak, aku melihat tubuh yang sensual tanpa sehelai benang pun. Ternyata apa yang kubayangkan selama ini, jauh dari kenyataan. Mbak Santi adalah wanita terseksi yang pernah bercinta denganku selama ini, tidak juga Anggi, tidak juga Mbak Vian, dll.

Kami langsung bergumul, bercumbu dan saling meremas. Tubuhnya hangat dan lembut, vaginanya harum sekali, tidak seperti kebanyakan wanita yang bercinta denganku, Mbak Santi lebih suka memulai lebih dulu untuk memacu nafsuku, barulah aku mengimbanginya.

Kini tiba saatku untuk menyentuh, mencium, melumat dan menjilat vaginanya yang selama ini tidak dapat aku jangkau! Bukan main, terawat sekali! Rambut vaginanya halus dan lembut, bibir vaginanya rapat dan simetris. Aku sempat tidak percaya bagaimana wanita yang suka dengan sex tetapi vaginanya tertutup rapat!

Aku mencoba memainkan ujung lidahku untuk memulai membuka bibir vaginanya. Dan baru kali ini aku mendengar erangan Mbak Santi lain dari biasanya kami bermain. Sementara seluruh kemaluanku sudah basah oleh permainan mulutnya. Kejadian foreplay ini berlangsung kurang lebih setengah jam. Secara perlahan mulai kurasakan vagina Mbak Santi yang harum mengeluarkan cairan dan membasahi dinding bagian dalam vaginanya yang seksi dan menggoda. Aku semakin intents dan lebih menekan lidahku untuk mencari titik-titik rangsangan yang ada di dinding vagina Mbak Santi. Cairan itu mulai rata membasahi hingga bibir luar vaginanya. Kini Mbak Santi sudah sepenuhnya dalam rangsangan seksual yang memuncak.

Lima menit kupermainkan vaginanya yang seksi, dari bibir luar, bibir dalam, klitoris hingga dinding dalam vaginanya. Dan Mbak Santi sudah terengah-engah untuk segara mengakhiri permainan ini.

Perlahan kemaluanku digenggamnya dan diarahkan ke bibir vaginanya hingga menyentuh klitorisnya. Mbak Santi tidak ingin terburu-buru, dan mencoba untuk sekedar menggesek-gesekan klitorisnya dengan ujung kepala kemaluanku. Perlahan dan semakin cepat gesekan itu membuat burungku merasakan cairan yang licin merambat di batang kemaluan bagian bawah hingga menyentuh telur kemaluanku. Rupanya rangsangan seksual yang dicari Mbak Santi sudah mulai menjalar dan tidak dapat ditahan lagi. Dari tatapan matanya, rupanya Mbak Santi memberikan ijin untuk memasuki daerah terlarang yang sudah basah oleh cairan vagina tersebut.

Perlahan mulai kuhujamkan kepala burungku yang memang berukuran besar (itu pengakuan dari semua wanita yang bercinta denganku), seperti dugaanku, rupanya agak sulit juga memasuki daerah tersebut, rapatnya bibir vagina Mbak Santi membuktikan bahwa ia rajin merawat vaginanya.

Akhirnya dengan kesabaran dan cairan vagina yang licin membantu kemaluanku perlahan menembus vaginanya, dan terasa dinding vaginanya bergetar dan mengembang, sepertinya menyesuaikan dengan ukuran kemaluanku yang berdiameter cukup besar walaupun tidak panjang. Setelah diam sesaat, barulah terasa ada gerakan pinggul dari Mbak Santi tanda mulai merespon ada benda aneh di dalam vaginanya, burungku tentu saja.

Akhirnya kami berdua seperti bergulat, dimulai dari gerakan kecil dimana aku mengayunkan pantatku naik turun, sementara Mbak Santi memainkan pinggulnya sambil meregang dan merapatkan kedua kakinya seolah ingin mencari posisi terbaik untuk burungku bersangkar di dalamnya. Dan terus berlanjut semakin cepat aku menggesekkan batang kemaluanku didinding vaginanya yang sudah licin. Gesekan ini membuat rangsangan semakin hebat dan desahan Mbak Santi sudah tidak dapat ditahan lagi, desahan dan erangan ini membikin aku jadi semakin bernafsu.

Kami bertukar posisi, dengan Mbak Santi berada di atasku tetapi menghadap membelakangi tubuhku. Dengan gaya berjongkok, dipegangnya kemaluanku dan ditujukan di lubang vaginanya yang sesekali tampak berkilat akibat sinar lilin yang ada di ruangan kami. Permainan kedua ini lebih lancar dibanding yang pertama, karena ukuran vaginanya sudah menyesuaikan dengan ukuran kemaluanku tapi dengan posisi ini Mbak Santi dapat dengan leluasa mengatur seberapa dalam burungku masuk ke vaginanya.. sesekali penuh, sesekali hanya sebagian saja, dan yang paling tahu seberapa dalam burungku masuk hanya Mbak Santi yang tahu.

Ketika suara erangan semakin tidak beraturan, kembali Mbak Santi mengubah posisi, kali ini kami rebahan menyamping, dan aku ada di belakang Mbak Santi, burungku masih tetap di dalam, dan kini aku yang lebih aktif menggerakkan pantatku memasuk dan keluarkan kemaluanku menggesek-gesek dinding vaginanya yang masih basah. Sejak menembus vaginanya hingga permainan ini, kira-kira sudah berlangsung 30 menit dan belum ada tanda-tanda Mbak Santi orgasme, sementara aku sudah tidak kuat lagi.

Akhirnya, kuberanikan diri untuk mempercepat gesekanku dengan posisi doggy style, barulah Mbak Santi mengerang sekncang-kencangnya. Aku yakin Luluk mendengar desahan kami berdua. Tetapi aku juga nggak mau kalah, gesekan kemaluanku semakin keras dengan menusuk vaginanya, tetapi gerakan dengan perlahan, karena aku melihat Mbak Santi sudah tidak teratur gerakannya, tanda mencapai orgasme, dan aku juga tidak perlu mempercepat gesekan karena akan semakin mengganggu puncak orgasme kita berdua. Dengan tusukan yang keras tetapi gerakan perlahan akan semakin terasa penuh di dinding vaginanya sementara dipihakku sendiri, akan semakin terasa jepitan dinding vaginanya akan menyempit dan meremas burungku, sehingga proses orgasme kami terasa full dengan ekspresi kami berdua.

Kami berdua terbaring dan melewatkan malam tahun baru dengan bercinta terlama yang pernah kualami, bayangkan kami bercinta selama setahun, dari jam 10:15 malam tanggal 31 Desember 1999 hingga 1:30 pagi tanggal 1 Januari 2000, itu berarti permainan kami selama setahun?

Paginya kami main di pantai dan Luluk membisikkan sesuatu di telingaku, “Hayoo.. Mas Sakti semalam ngapain aja kok lama banget, orang begituan kan nggak selama itu.. aku denger lho apa aja yang terjadi.! Boleh nggak Luluk coba?” bisiknya nakal penuh arti.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

kurasakan leherku dibelainya


Sebenarnya aku malu menceritakan kejadian yang sampai sekarang masih sering kulakukan ini. Aku adalah seorang ibu rumah tangga dan aku juga punya status sebagai janda. Kehidupan aku cukup baik, karena peninggalan deposito dari suami dan kadang2 ada bisnis jual beli perhiasan dengan teman. Anak aku ada 2 orang dan mereka semua sekolah di Jogya, karena dekat dengan kakek neneknya. Dirumah aku cuma ditemani oleh Surti (pembantu) dan Remi, anjing herder peninggalan suami juga.

Suatu hari teman jual beli perhiasan aku yang bernama Tina datang kerumah. Teman bisnis aku banyak, dengan Tina aku baru kenal kira2 1 bulan yang lalu. Usia wanita itu sama dengan aku dan punya anak satu, wajahnya cukup cantik ditambah dengan make up yang pandai, dan Tina tahu cara merawat tubuh dengan baik, aku mendengar dari teman2 bahwa dia sangat pandai dalam berbisnis perhiasan, apalagi ditambah kepandaiannya berbicara merayu pembeli. Tina datang kerumahku hari itu untuk menitipkan perhiasan yang hendak dijual, biasanya kami suka bertemu direstoran padang langganannya, tumben hari ini dia datang mengunjungiku.

“Halooo Rin…….apa khabar nih???” aku tersenyum senang sambil membalas salam Tina.
“Tumben, kok bisa nyasar kesini Tin?”
“Kangen aku tidak ketemu kamu 2 minggu”
“Ahhhh….bisa aja….ayo masuk, maaf ya rumah aku berantakan dan kecil” aku mempersilahkan Tina masuk keruang tamu.
“Ah rumah kamu bagus kok, dilingkungan elite lagi” Komentar Tina sambil duduk disofa.
“Seperti yg tadi kukatakan di telepon, aku ingin menitipkan perhiasan ini untuk kamu jualin, soalnya lusa aku akan keluar kota dengan suamiku” Kulihat Tina mengeluarkan kantong beludru hitam dari dalam tasnya.
“Lebih baik dikamar saja Tin, soalnya si Surti ada di dapur” Ajak aku. aku selalu berhati2 dalam berbisnis di bidang ini. Tina mengikuti masuk kekamar aku. Lalu kami duduk diatas ranjang dan Tina mengeluarkan semua isi kantung beludru itu. Perhiasan bertahtakan berlian terpampang diatas ranjang, berkilauan. aku kuatir juga melihat perhiasan banyak begitu, aku mengambil salah satu kalung yang paling indah.

“Waah indah sekali kalung ini” Kataku, lalu aku mencoba memasangnya dileherku.
“Sini aku bantu” Tina beranjak kebelakangku, lalu tangannya berusaha mengaitkan kunci kalung itu.
“Leher kamu bagus sekali Rin” Ujar Tina, kurasakan leherku dibelainya, bulu romaku jadi berdiri, perasaanku jadi nggak enak. Lalu tangan Tina membelai pipiku, sementara tangannya yang lain menelusuri leherku terus merayap menuju dadaku.

“Tin….jangan gitu ah…..aku jadi geli nih” Tapi Tina tidak menjawab. Tiba2 aku merasakan pipi kiriku panas, aku menoleh, belum sempat aku sadar apa yang membuat panas pipiku, bibir Tina sudah menyambar bibirku. Aku gelagapan dan aku berontak berusaha menghindar, tapi Tina seperti kesetanan, ia terus menekan mulutnya ke mulutku. Dan kurasakan buah dadaku diremas olehnya. Aku benar2 terkejut sekali dengan perlakuan seperti itu, aku mencoba mendorongnya, tapi tubuhnya sudah menindih tubuhku. Aku menendang dan Tina melepaskan pelukannya. Aku berusaha membetulkan letak buah dadaku yang tadi sampai keluar dari BH. Tina memandangku dengan mata yang redup.

“Sori Rin…..sejak kenal denganmu aku merasa kamu sangat merangsang sekali” Aku terdiam sambil menahan amarah.
“Kok kamu gitu sih? Kan kamu sudah punya suami??? Teganya kamu….” Sergahku sambil memelototinya. Tina memandangku dengan pandangan yang makin redup.
“Aku lebih bernafsu dengan wanita sepertimu, lagi pula suamiku tidak pernah bisa memuaskanku, belum apa2 sudah loyo sehingga selama perkawinan aku belum pernah merasakan kepuasan”
“Tapi dengan modal kecantikanmu kan kamu bisa cari laki2 lain utk memuaskanmu!”
“Aku tidak merasakan kenikmatan seperti kalau dengan wanita, aku ingin kamu juga mencoba merasakannya Rin” Jawab Tina sambil mendekatiku. Aku beringsut mundur kekepala ranjang.
“Tapi aku tidak pernah lesbian begitu” Hatiku berdebar2 memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi bila Tina menyergapku seperti tadi.
“Jangan takut Rin, aku tidak akan memaksamu, cuma aku ingin kamu mengijinkanku menciummu sekali saja, tolonglah…..” Hatiku makin tak keruan, sudah lama sekali aku tidak pernah dijamah oleh laki2 apalagi perempuan. Mendengar kata cium saja, aku sudah merasa tidak keruan. Lagi pula apa salahnya dicium Tina, apalagi mulutnya tidak bau. Aku tahu hati kecilku bersikap pasrah.
“Baiklah…..tapi sekali saja, dan jangan macam2 ya” Jawabku. Tina lalu mendekatiku lalu tangannya merangkul leherku, lalu bibirnya mencium mulutku dengan lembut, perasaanku tak keruan merasakan ciuman itu, aku memberanikan diri membalas ciumanya. Lalu kurasakan lidah Tina menjalar masuk kedalam mulutku mencari2 lidahku. Yang kurasakan kemudian adalah perasaan aneh dan gamang yang tidak dapat dilukiskan. Kurasakan hembusan napas Tina yang panas dipipiku dan lumatan mulutnya yang begitu merangsang birahi.

Hampir 3 menit kami berciuman dan aku tahu kemaluanku sudah basah karena nafsu. Sekarang aku benar2 pasrah waktu Tina menjilati leherku dengan lembut, tangannya melepaskan tali daster dipundakku, lalu dengan lembut buah dadaku yang masih tertuutp bh diremas2.
“Tiin…..jangan ah….malu Tin” Aku berusaha mencegah setengah hati. Dan Tina tahu aku tidak benar2 ingin menghentikan aktivitasnya.Aku merasakan tangan kirinya masuk kedalam celana dalamku, dan jari2nya memainkan klitorisku, kadang2 dicubit2 kecil, benar2 sensasi yang hebat sekali. Tanpa kusadari aku juga sedang meremas2 pantat Tina. Tubuhnya menindih tubuhku dan kurasakan buah dadanya yang berukuran sedang menekan buah dadaku yang memang dari dulu tergolong besar. Tiba2 aku baru sadar Tina sudah setengah telanjang, cuma memakai cd saja, sedangkan aku benar2 bugil total. Tubuh Tina berbau harum, entah parfum apa yang dipakainya, tapi wangi tubuhnya menambah getaran berahiku. Tanganku menjalar melepaskan celana dalamnya, lalu kulihat sekilas kemaluannya berkilat tanpa sehelai bulu, rupanya bulunya dicukur rutin. Jari2ku masuk kedalam lubang kemaluannya lalu kutusuk2 dengan lembut. Tina merintih keenakan, tangannya makin dalam beroperasi dilubang kemaluanku. Aku juga merintih keenakan. Aku tidak tahu ternyata wanita dengan wanita dapat saling memuaskan dalam urusan sex.

Sekarang Tina sedang menghisap puting buah dadaku, sementara tangannya yang lain terus bermain di klitorisku. Aku merasakan Tina mulai menciumi perutku, lalu memainkan lidahnya di pusarku, aku kegelian, tak lama kemudian lidahnya sudah menjilati kemaluanku.
“Tin jangan disitu ah……kan jorok” Bisikku sambil berusaha mendorong kepalanya. Tapi Tina malah makin merenggangkan pahaku dan klitorisku dhisap2 olehnya, kadang2 lidahnya masuk keluar dalam lubang kemaluanku. Aku sudah tak dapat berpikir sehat lagi, yang kurasakan cuma kenikmatan yang tiada taranya. Tahu2 didepan wajahku sudah ada kemaluan Tina, kedua lututnya ada dikiri kanan kepalaku. Tina tidak menurunkan pinggulnya, jadi aku dapat dengan jelas melihat kemaluanya yang botak. Bibir kemaluannya berwarna merah kehitaman dan kulihat klitorisnya cukup besar menonjol bertengger diatas bibir kemaluannya. Aku menyibak bibir kemaluan Tina, dan kulihat kemaluannya basah sekali oleh lendir yang bening, aku lalu menusuk2 kemaluan itu dengan telunjuk, jari tengah dan jari manisku, kadang2 dengan kelingking juga. Lubang kemaluan Tina sudah agak kendur, mungkin punyaku juga sama. Aku ragu2 mejilat kemaluannya, soalnya aku belum pernah menjilat kemaluan sesama wanita. Tina terus mengeluar masukkan lidahnya dilubang kemaluanku, aku sudah tak tahan lagi.

“Tin….aku hendak keluarrrr…..” Tubuhku bergetar hebat, kurasakan lidah Tina masuk makin dalam kedalam kemaluanku, dan aku merasakan orgasme yang hebat sekali. Sepertinya ini yang paling enak semenjak aku menikah. Tina masih terus menjilati lendirku, aku juga tak perduli lagi, kuraih pinggul Tina lalu ketarik sampai wajahku terbenam disela2 pahanya. Tercium bau yang sama dengan bau kemaluanku. Kujilat2 klitorisnya lalu kumasukkan juga lidahku kedalam lubang kemaluannya, kurasakan lendir asin masuk kedalam mulutku. Aku tidak perduli lagi. Lalu kurasakan ada yang geli di lubang pantatku.

“Aduh Tin jangan disitu dong…..jorok kan?” Kurasakan lubang pantatku berkerut ketika lidah Tina berusaha menerobos masuk. Kemudian aku tak perduli juga, karena aku merasakan kenikmatan yang sama, aku juga melakukan hal yang sama dengan Tina. Kutusuk2 lubang pantatnya dengan lidahku, lubang yang kehitam2an itu jadi becek oleh air liurku dan lendir kemaluannya. Tiba2 Tina seperti tersentak lalu beku…….mulutnya mengeluarkan jeritan kecil, lalu kurasakan ia menekan lubang memeknya makin dalam kewajahku dan menggoyang2kan pinggulnya sehingga hampir seluruh wajahku tersapu oleh kemaluannya.

“Aduuuuh riiin…..enak sekaliii….” Ia memeluk erat2 pinggulku, klitorisku digigit2 kecil olehnya. Tak lama kemudian tubuhnya melemas lalu betul2 lemas sehingga aku tidak bisa bernapas karena tekanan kemaluannya diwajahku. Keringatnya bergulir turun masuk kedalam mulutku. Aku juga benar2 puas sekali.

Kemudian Tina bangun lalu mencium mulutku, kami kembali bergelut sambil mendesah2. Tina menempelkan kemaluannya pada kemaluanku, lalu menggosok2nya. Kira2 15 menit kami berciuman sambil berpelukan erat sampai aku tak merasa kalau aku tertidur.

Entah berapa lama aku tertidur, samar2 aku seperti mendengar suara Remi. Aku membuka mataku dan……astaga!!! Kulihat Tina sedang bergelut dengan Remi dilantai kamarku yang beralaskan karpet biru. Kulihat Tina sedang menjilat2 kemaluan Remi yang sudah keluar dan berwarna merah sekali. Mulut Tina berlumuran cairan yang keluar terus dari kemaluan anjing itu, dan anjing itu bersuara kecil sepertinya keenakan kemaluannya dihisap oleh Tina. Kemaluan Remi cukup besar, mungkin karena anjing herder dan cairan seperti lendir itu terus keluar menetes netes, dan Tina mencerucup cairan itu……

“Tin!! Gila kamu……kok sama Remi sih???” Aku memberondong Tina. Tapi lagi2 Tina tidak menjawab, yang kulihat kemudian ia berusaha menuntun kemaluan Remi memasuki kemaluannya. Dan Kudengar rintihan Tina ketika kemaluan yang cukup besar itu masuk kedalam lubang kemaluannya. Kulihat Remi menggerakkan bokongnya dengan amat cepat, lalu tidak berapa lama kemudian terdengar Remi mendeking halus lalu dari sela2 kemaluan Tina kulihat cairan merembes keluar banyak sekali, seperti air kencing tapi juga seperti lendir yang encer. Kulihat Tina mengerang2 lalu tangannya meraih kemaluan Remi dan dimasuk keluarkan sendiri olehnya. Melihat pemadangan itu tubuhku kembali bergidik, ada perasaan aneh merayap kedalam jiwaku. Aku tahu bahwa aku terangsang oleh aksi Tina. Tanpa sadar aku juga turun kelantai dan kepalaku mengarah menuju selangkangan Tina. Kulihat dari dekat kemaluan Remi masih digerak2an Tina keluar masuk dalam kemaluannya, dan dari kemaluan hewan itu masih terus menetes lendir, sedangkan kemaluan Tina kulihat sudah merah sekali, juga kulihat lendir Remi memenuhi kemaluan Tina.

“Rin….dijilat Rin….tolonglah Rin” Rintihan Tina makin merangsang nafsuku. Seperti ada yang mendorong, kepalaku segera menyusup keselangkangan Tina. Pelan2 kujilat kemaluan Tina yang sangat banjir itu. Aku merasa cairan kemaluan Remi terasa asin sekali, tapi baunya tidak menyengat. Seperti kesetanan aku menghirup dan mencelucupi kemaluan Tina. Persis seperti Remi jika sedang minum air. Lidahku menguak bibir kemaluan Tina, lalu masuk menjelajahi seluruh dinding vaginanya.

“Riiiiiiinnnnnn……….” Tina merengek hebat,pinggulnya terangkat menekan mulutku. Aku tak perduli lagi. Kemudian aku berpindah menghisap kemaluan Remi, kumasukkan seluruh kemaluannya kedalam mulutku. Penis Remi terasa panas dalam mulutku dan aku mencium bau hewan itu, tapi pikiranku sudah gelap yang ada hanya nafsu yang selama ini terkubur dalam2 dan kini meledak tak terbendung.Aku tahu aku bakalan menyesali perbuatanku setelah ini.

Aku terus menjilat dan mengulum penis Remi. Anjing itu mendeking2 pelan, kadang2 berusaha menghindar, tapi Tina memegang kedua kakinya dengan erat. Tak lama kemudian dari penis Remi menyembur cairan panas kedalam mulutku. Kumasukkan seluruh penis Remi lalu kusedot2, anjing itu mencoba memberontak, entah kenikmatan atau kegelian. Tina memajukan wajahnya lalu kami saling berciuman, kukeluarkan sebagian cairan Remi kedalam mulutnya. Wajah kami sudah basah oleh cairan encer itu.

Sekarang aku berbaring dibawah Remi, kemudian Tina mulai menghisap kemaluan Remi agar nafsu Remi kembali. Setelah itu Tina mencoba memasukkan penis Remi kedalam vaginaku. Ternyata penis itu kebesaran untuk lubang vaginaku. Mungkin lubang vaginaku menciut sepeninggal suamiku yang meninggal 4 tahun yang lalu. Kepala penis Remi yang meruncing itu masuk sedikit, tiba2 Remi mendorong keras sambil menusuk2 cepat sekali. Aku merasa agak perih, tapi kemudian kurasakan kenikmatan yang tak terbayangkan, lubang vaginaku seperti ditusuk oleh mesin penggerak yang amat cepat. Aku tak tahu bagaimana melukiskannya sampai aku mencapai orgasme yang sangat hebat. Seluruh rambut ditubuhku seperti berdiri tegak membuatku merinding. Tak lama kemudian aku merasakan cairan panas menyemprot dalam vaginaku, aku berusaha mengeluarkan penis Remi, tapi hewan itu seperti tak perduli, aku pasrah membiarkan seluruh cairannya keluar dalam vaginaku. Kemudian Tina menyuruhku jongkok diatas wajahnya. Tina melumat vaginaku dengan penuh nafsu, kulihat dari vaginaku mengalir cairan Remi yang tersisa, mengalir seperti air kencing masuk dalam mulut Tina. Akupun tidak mau ketinggalan, kulumat juga vagina Tina yang sekarang sudah agak lembab dan lengket.

Hari itu aku dan Tina bersetubuh 3 kali, pagi, siang dan malam hari. Aku tak mengerti lagi apakah aku ini normal atau tidak. Yang pasti kebutuhan yang selama ini tak tersalurkan, kini menemukan muaranya. Aku sangat menyesal dengan perbuatanku yang mungkin bertentangan dengan agama yang kuanut, tapi aku terus menerus melakukannya dengan Tina. Seolah2 kami sudah tak terpisahkan. Tina selalu mempunyai ide2 yang baru dalam setiap permainan kami. Aku juga tak tahu apakah aku harus berterima kasih padanya atau mengutuknya. Dan belakangan aku Tina mengatakan bahwa hampir semua ibu2 yang kukenal pernah diajak berlesbi olehnya.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888





Ahok: Paling Teman Ahok Sekarang Kerja Pontang-panting


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak mempermasalahkan wacana penambahan syarat dukungan KTP untuk calon independen.

Basuki menyebut wacana merevisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota sebagai peringatan kepada relawan pendukungnya, Teman Ahok, untuk bekerja lebih keras.

"Saya belum ketemu mereka. Paling sekarang mereka lagi kerja pontang-panting saja ya," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (16/3/2016).

Basuki akan mengikuti revisi tersebut jika telah disahkan menjadi undang-undang. Sebab, DPR RI dan pemerintah berhak merevisi undang-undang.

Komisi II DPR RI berwacana merevisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, yakni mengubah syarat bagi calon independen menjadi 10-15 persen atau yang kedua 15-20 persen dari daftar pemilih tetap (DPT).

Sebelumnya, pasca-putusan Mahkamah Konstitusi (MK), syarat untuk menjadi calon independen adalah 6,5-10 persen dari jumlah DPT pemilu sebelumnya.

"Kami ikut saja. Saya sih enggak terlalu mempermasalahkan itu,"


Wacana ini diajukan karena persyaratan calon independen dianggap tidak seimbang dengan beratnya syarat calon yang diusung partai politik, yakni mendapatkan minimal 20 persen kursi di DPRD.

Jika pengumpulan syarat berdasarkan DPT Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, calon independen hanya perlu mengumpulkan sekitar 532.000 KTP untuk dapat bersaing dalam Pilkada DKI 2017.

Adapun saat ini Teman Ahok sudah mengumpulkan sebanyak 784.977 fotokopi KTP. Mereka menargetkan pengumpulan hingga satu juta fotokopi KTP.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Dji, Si Malaikat Maut yang Kesusahan Mencabut Nyawa


Film pendek animasi karya Dmitri Voloshin, Dji. Death Fails, ini menampilkan sosok malaikat pencabut nyawa dalam menjalankan tugasnya.

Muvila.com – Film animasi membuka peluang lebih luas dalam ruang penceritaan, terutama dalam hal membuat reka-percaya (make believe). Dalam konteks ini, film animasi mampu menampilkan hal-hal yang tidak mungkin jika dipresentasikan dalam versi live-action. Ada celah-celah kosong dalam film live-action yang bisa diisi oleh film animasi.

Hasilnya, seringkali penyajian lewat gambar animasi untuk sebuah peristiwa dan pengadegan dari skenario malah dampaknya bisa lebih mengena dan menonjok bagi penonton. Bukti paling gampang dalam hal ini adalah film-film produksi Pixar, sebut saja franchise Toy Story, WALL-E, Up, The Blue Umbrella. Atau, perhatikan animasi dalam filmSokola Rimba (Riri Riza, 2013) untuk memperlihatkan salah satu ritual masyarakat suku anak dalam.

Film Dji. Death Fails karya sutradara Dmitri Voloshin adalah bukti lainnya. Dji. Death Fails menerapkan formula cerita yang mirip dengan film-film animasi pendek Pixar. Yakni, menampilkan sudut-sudut pandang terpencil cerita dari sebuah narasi yang lebih besar. Misalnya, The Blue Umbrella yang berkisah tentang romantika dua buah payung dalam sebuah kerumunan masyarakat kota di tengah guyuran hujan. Hal sama juga diterapkanDji. Death Fails.

Film animasi pendek ini mengangkat cerita tentang kematian, tapi dari perspektif yang bukan kasat mata, yaitu apa yang terjadi pada seseorang ketika peluang hidupnya sudah hampir pasti tidak ada. Kualitas teknik animasi yang ceritanya ditulis oleh Serdar Djumaev, Vadim Novak dan Dmitri Voloshin ini juga berusaha untuk mengejar mutunya Pixar.

 Cerita Dji. Death Fails adalah tentang Dji. Dengan jubah hitam yang menutupi tubuh tulang-belulangnya, maka Dji adalah representasi kematian. Berkat referensi-referensi pengetahuan agama kita bercampur dengan visual-visual dari budaya populer tentang kematian kemudian mengidentifikasikan Dji sebagai sang malaikat pencabut nyawa.

Memang betul. Dji bertugas mengangkat roh dari tubuh seorang pria yang akan meninggal dunia. Menurut jadwal yang diterima Dji, si pria ini semestinya akan wafat. Namun ternyata ada kehendak yang lebih besar dan berkuasa daripada jadwal yang dipegang Dji. Kehendak ini membuat Dji jadi susah-payah menjalankan tugasnya.

Walhasil, kelucuan-kelucuan pun terjadi. Ya, Dji. Death Fails memang film animasi yang ingin melucu, seperti halnya film-film animasi Pixar. Sehingga, kematian yang merupakan sebuah keniscayaan itu tak tampak sebagai hal yang menyeramkan. Di sinilah kisah Dji. Death Fails (2012) menampakkan unsur black comedy-nya. Tonton film animasi pendekDji. Death Fails di bawah.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Teman Ahok Berhasil Kumpulkan Rp 3 Miliar dari Penjualan Kaus


Juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, merasa tidak masalah dengan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang tidak ingin memberikan uang kepada mereka.

Amalia mengatakan, sejak awal mereka memang tidak bermaksud merepotkan Ahok, sapaan Basuki.

Hal ini diungkapkan dalam acara Mata Najwa yang ditayangkanMetro TV, Rabu (16/3/2016) malam. Amali mengatakan, Teman Ahok juga tegas dengan sikap mereka yang tidak akan menerima bantuan dalam bentuk uang tunai.

“Dari awal, orang kalau mau sumbang harus beli merchandise,” ujar Amalia.

Amalia mengatakan, sampai saat ini mereka sudah menjual sekitar 30.000 kaus. Uang yang berhasil mereka kumpulkan dari penjualan kaus tersebut mencapai Rp 3 miliar.

Ia mengungkapkan, bantuan dalam bentuk lain masih bisa mereka terima. Misalnya, ada pihak yang membantu Teman Ahok dengan memberikan sofa atau mencetak spanduk.

Amalia mengatakan, selama ini operasional Teman Ahok sudah terbantu dengan sokongan seperti itu. Ia mengakui bahwa di awal kemunculan Teman Ahok, mereka sempat menerima donasi dalam bentuk uang sebesar Rp 500 juta.

Uang itu diperoleh dari senior mereka ketika masih tergabung dalam relawan Jakarta Baru.

Namun, donasi berbentuk uang itu menjadi yang pertama dan terakhir kalinya diterima Teman Ahok. Amalia mengatakan, mereka siap jika sewaktu-waktu keuangan Teman Ahok diperiksa.

“Kami bisa pertanggungjawabkan,”

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
www.acehbet.com