Selasa, 24 Mei 2016

Ibu Kubur Bayi di kebun Sawit

ACEHPOKER hadir untuk Anda semua pecinta permainan kartu Poker Online yang khususnya berada di Asia

 http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888 

Situs Acehpoker Online Terpercaya - Waktu panen tiba. Samin ditemani putranya Dimas, berangkat ke kebun sawit, Ahad (22/5) sekitar pukul 14.00 WIB. Dari rumah, lokasinya tak begitu jauh. Mereka menggunakan sepeda motor.

Tak lama, ayah dan anak ini tiba di tujuan. Kegiatan panen dimulai. Hampir separuh sawit di kebun diturunkan dari pohon. ( Baca : Bonus New Member 10,000,- )

Dimas ingin ikut memanen. Remaja 12 tahun itu meminjam egrek (alat panen sawit) ayahnya. Lalu dia memanen sawit di pinggir kebun.

Baru beberapa sawit diegrek, kondisi galian seperti kuburan di sekitar sana mengusik konsentrasi murid kelas lima sekolah dasar ini. Kegiatan panen dihentikan sementara. Egrek dijatuhkan ke tanah. Dimas kemudian berlari ketakutan menuju ayahnya. Temuannya diadukan. “Ada galian tanah seperti kuburan,“ ungkap Dimas penuh curiga.

Lantaran masih ada sawit yang hendak dipanen, Samin tak mengacuhkan pengaduan putranya. Pria 53 tahun ini terus melanjutkan pekerjaan.

Namun karena Dimas terus merengek, warga Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya ini kemudian menuju lokasi yang disebut. Melihat cuma galian kecil yang diduga kuburan binatang, Samin kembali melanjutkan pekerjaan.

Kegiatan panen pun usai. Samin dan Dimas lalu menjual hasil panen di peron yang tidak jauh dari kebunnya. Di sana, Samin sempat cerita kecurigaan anaknya soal galian seperti kuburan itu kepada Budi. “Nanti kalau ada waktu saya akan melihat ke sana,” kata Budi.

Cerita soal galian tersebut sampai ke telinga Agus dan Edi. Lalu mereka melapor ke Andi Saputra, Ketua RT II RW IX, Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB.

Andi lalu mengumpulkan beberapa warga. Lalu mereka berbondong-bondong ke tempat yang mencurigakan tersebut.

Sesampai di tempat kejadian perkara, Sugiono langsung menggali pakai cangkul. Beberapa kali cangkul, dia menemukan kardus. Benda itu kemudian dikeluarkan dari lobang galian.

Sontak warga yang ada di sana dibuat kaget. Ternyata isi kardus adalah mayat bayi yang telah membusuk. Mayat dibalut selimut biru.

Secepatnya warga menghubungi polisi. Tak lama, polisi tiba dan mengevakuasi mayat bayi ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Kepala Ruangan Instalasi Pemulasaran Jenazah RSUD Arifin Achmad dr Erwin Taslim menjelaskan bahwa jenis kelamin bayi perempuan tersebut lahirnya prematur. Beratnya tidak sampai 1 kilogram. ‘’Bayi itu meninggal dunia setelah dilahirkan,’’ jelasnya.

Diamankan
Senin (23/5) sekitar pukul 09.30 WIB, Andi Saputra melihat seorang ibu mengutip botol bekas di depan rumahnya. Seketika dia merasa ada yang aneh. Padahal empat hari sebelumnya, ibu itu dalam kondisi hamil.

“Sekarang kok perutnya mengempes. Bahkan baju yang dipakainya masih berdarah,“ heran Andi.

Andi kemudian memanggil wanita tadi dan menanyakan soal kehamilannya. “Kamu siap melahirkan?” tanya Andi.

Tanya itu hanya dijawab anggukan. “Mana bayi kamu? tanya Andi lagi.

Lantaran omongan ibu tadi tak begitu dimengerti, Andi kian menaruh curiga. “Kamu yang menguburkan bayi yang di kebun sawit?” tanya Andi.

Ibu tadi mengaku. Namun yang menggali tanah, disebutnya Restu.

Seketika itu juga Andi melapor ke Polsek Tenayan Raya melalui handphone. Polisi yang dihubungi, datang tak lama kemudian. Si ibu yang ngaku telah menguburkan anaknya lalu dibawa ke Polsek untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Agus, Ketua RT I RW IX membenarkan bahwa ibu tadi tinggal di lingkungannya. “Kalau ada gubuk yang kosong, di sanalah dia tinggal. Suaminya ditemukan tewas di dalam sumur tahun lalu,“ ujar Agus.

Diduga Hasil Hubungan Gelap
Pasca diamankan, wanita berinisial ME (48) langsung diamankan. Menurut pengakuannya, dia melahirkan di rumah Restu di Jalan Gunung Baru, Tenayan Raya.

Bayi yang baru lahir itu kemudian dibawa ke rumah sakit. Namun karena tak ada biaya, si bayi dibawa pulang kembali ke rumah. Di perjalanan, bayi diketahui sudah meninggal.

Selanjutnya ME dan Restu menguburkan bayi itu. “Saat diselidiki, Restu sudah tidak ada di rumahnya,” ungkap seorang penyidik Polsek Tenayan Raya Brigadir Sairul Sadikin.

Masih dari hasil pemeriksaan, ME mengaku bayi tersebut merupakan hasil hubungan gelapnya dengan Restu. Kini kasusnya masih penyelidikan lanjut.

Terpisah, Kapolsek Tenayan Raya Kompol Indra Rusdi ketika dikonfirmasi Pekanbaru MX membenarkan adanya penemuan mayat bayi tersebut. Namun ia membantah telah mengamankan seorang wanita yang diduga sebagai orangtua si bayi. ‘’Masih dalam penyelidikan. Kita belum ada mengamankan pelakunya,’’ kata Indra Rusdi saat dihubungi via seluler.

Harus Ditindak
Anggota Komisi I DPRD Kota Pekanbaru Sri Rubianti meminta masyarakat lebih mengerti moral dan tidak membuang bayi ataupun menguburkannya dengan tidak layak. “Pendidikan religi tak harus pada saat usia dini saja, sampai tua pun harus tahu dan mengerti agar moral kita tidak dirusak oleh sesuatu yang tidak baik,” tegas Sri.

Politisi wanita dari Partai Gerindra ini berharap pelaku dari tindakan kejahatan seeprti ini ditindak tegas. “Orangtua atau pelaku pembuangan atau penguburan bayi secara tidak wajar harus dihukum. Agar ada efek jera untuknya dan orang lain yang memiliki niat yang sama.

Daftar Agen Poker Acehpoker Online terpercaya


Agen Acehpoker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
 

lanjut ke permainan seanjutnya yuk gansss…. makin panas pokoknya… siapin tisue lagi ya….

ACEHPOKER hadir untuk Anda semua pecinta permainan kartu Poker Online yang khususnya berada di Asia

 http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
  Obat Pembesar Penis 

Situs Acehpoker Online Terpercayalanjut ke permainan seanjutnya yuk gansss…. makin panas pokoknya… siapin tisue lagi ya….

“Ayooo Aidaaaa,,, satu putaran lagiii,,,” ( Baca : Bonus New Member 10,000,- )
“Nabila,,, cepeeet,,, jangan mau kalaaahh,,,, loncat yang tinggi,,hahahaaa,,,”
Teriakan para suami terdengar ramai, tapi mereka bukan memberi semangat kepada istri masing-masing, teriakan itu justru ditujukan kepada istri yang memiliki gerakan paling liar. Yaa,, lomba balap karung dipilih sebagai laga pembuka untuk game pantai. Mata para suami tertuju pada Aida yang begitu semangat meloncat memacu tubuhnya, memimpin paling depan, dan bisa ditebak, mata jalang para suami tertuju pada sepasang payudara besarnya yang bergerak naik turun. Sementara di belakangnya Nabila berusaha menyusul, meloncat dengan cepat, tak peduli dengan payudara mereka yang tidak dilindungi bra, bergerak liar.
Tentu saja memang sangat merepotkan bagi mereka yang memiliki buah dada dengan ukuran besar, ketika harus meloncat, jelas sepasang benda menggairahkan itu akan ikut bergerak tak terkendali. Anjani yang berada diurutan ketiga memang lebih diuntungkan dengan payudaranya yang tidak terlalu besar, namun ukuran karung yang hampir menutup seluruh tubuhnya itu membuatnya sangat kerepotan.
“Ayooo cepeeeet,,, yang nyampe duluan aku kasih piala,,” seru Pak Tama yang berdiri di garis finish, sambil menggosok-gosok penisnya, membuat para suami lainnya tertawa. Tapi justru membuat para wanita yang tengah berloncat dan berlari tersipu malu.
Siapapun dapat melihat tojolan penis Pak Tama, yang telah mengeras dengan sempurna, dan itu diakibatkan ulah payudara mereka yang bergerak brutal tak terkendali. Nabila yang sudah pernah merasakan keperkasaan batang besar itu, tertawa. Terlintas dipikiran nakalnya untuk menabrak Pak Tama, dan memberi pelajaran buat lelaki paruh baya itu dengan meremas batangnya saat tubuh mereka terjatuh. Nabila lagi-lagi tertawa, menertawakan pikiran mesumnya.
Tapi ternyata hal yang sama juga terlintas dibenak Aida, meski tidak tau pasti ukuran pusaka Bos suaminya itu, dari balik kacamata minusnya Aida dapat memastikan batang itu memeiliki ukuran yang menggoda birahinya. Tak ayal kedua wanita cantik itu memacu kakinya lebih cepat, bersaing menuju tempat Pak Tama berdiri. Saling bersenggolan sambil tertawa. Membuat Hanif yang berdiri tak jauh dari Pak Tama sangat cemburu.
“Kyaaaaa,,,”
“Aaaaaa,,,hahahaahaa,,,”
“Mba Aida curaaaang,,, Hahahaaa,,”
Bruaakkk!!! Kedua tubuh montok itu bersamaan menubruk Pak Tama yang tertawa menyambut sambil merentangkan kedua tangannya, jatuh terjengkang ditindih dua wanita cantik. Membuat para lelaki lain begitu iri dengan keberuntungan Pak Tama. Apalagi mata mereka menangkap gerakan tangan Aida dan Nabila yang berebut mencengkram selangkangan Pak Tama bersamaan. Anjani yang tepat berada di belakang mereka seakan tak mau kalah ikut meloncat ketubuh Pak Tama, menindih Aida dan Nabila. Membuat tawa semakin riuh.
Tentu saja Pak Tama juga berusaha sebaik mungkin memanfaatkan kesempatan, tangannya yang terentang dengan bebas meremasi payudara para wanita yang menyerahkan tubuh pada dirinya.
“Asseeeemmm,, mantap bener pantat istri kalian,,, uggghh,,, pasti nikmat banget kalo di Doggy,,” celetuk Mang Kholil kepada Bandi dan Hanif, meremas-remas selangkangnya saat melihat rok ketiga wanita itu tersingkap, memamerkan pantat yang dibalut celana dalam aneka warna.
“Kan mamang udah pernah nyobain, kemaren nyemprot didalam juga kan?,,hehehe,,” jawab Bandi terkekeh.
“Mamang udah pernah nyobain? Sama siapa? Istrimu Ban?,,,” tanya Hanif bingung.
“Ya istri mu lah,,, ngeliat sendirikan gimana lemesnya istri mu tadi malam? Hahahahaa,,,” Bandi tertawa, seakan ingin membalas ulah Hanif yang sempat merayon tubuh Nabila saat bermain kartu.
“Heehhh,, yang beneeer?,, ahh sialan kau Mang,,,” wajah Hanif seketika berkerut, tak pernah terlintas diotaknya kalau tubuh mulus istrinya turut dinikmati oleh lelaki seperti Mang Kholil.
Nabila menghampiri Bandi sambil tertawa.
“Huuufff,,, capek banget sayang,, kakiku pegel seperti ingin keram,”
Sementara Hanif dan Mang Kholil harus meneguk liur menatap payudara Nabila yang tercetak jelas di balik kaos, bergerak naik turun dengan teratur, mengikuti tarikan nafas yang masih tersengal.
“Kalau gitu istirahat lah dulu,” ucap Bandi santai tanpa menoleh.
“Sayang,,, masih marah ya?” tanya Nabila yang bingung melihat Bandi sedikit agak cuek dari biasanya.
“Atau kau marah karena kejadian tadi, saat aku menabrak Pak Tama, aku memang melakukannya dengan sengaja, maaf,,,”
“Ngga koq sayang,, aku tau kau cuma terbawa permainan,” Bandi menoleh sambil tersenyum lembut, tapi tetap saja ada yang mengganjal di hati Nabila. Perlahan dipeluknya Bandi dari samping.
“Ayooo Zahraaaa,,, cepaaat,,, jangan mau kalaah sama Bu Sofie,,,”
DEEEGGG, hati Nabila terasa sakit saat Bandi memberi semangat kepada Zahra. Tapi kenapa?,,, Zahra adalah teman baiknya, dan Zahra pula yang menjodohkan mereka. Wanita cantik itu semakin erat memeluk pinggang Bandi. Tapi bukan hanya Bandi, karena mata semua lelaki kini tertuju pada Zahra yang terlihat malu-malu untuk meloncat, menghindari gerakan di dadanya, sesekali kakinya berusaha berjalan di dalam karung yang sempit. Akibatnya Bu Sofie yang berada di belakang perlahan mulai mendekat, padahal tenaga wanita dengan tubuh padat berisi itu telah terkuras habis akibat ulah Mang Kholil dan Kontet.
“Ayooo Zahraaaa,,, loncat yang tinggiii!!!,,, Awwww,,,” Hanif yang berteriak memberi semangat seketika terpekik akibat cubitan Aida yang cemburu.
Teriakan Hanif justru membuat gerakan Zahra semakin pelan, tapi sepelan apapun gerakan, payudara dengan ukuran menggiurkan itu pasti akan bergerak tanpa topangan bra.
“Hahahahaaa,, Hooosshh,, Hooshhh,, haahh,,hahaaahh,,,” Bu Sofie yang tertinggal dibelakang, kembali bersemangat saat melihat gerakan Zahra semakin pelan, kini dirinya sudah menyusul beberapa langkah di depan, berusaha memperpendek jarak dengan Shita yang ada di depannya.
Baca JUga Cerita Sex Lain nya di gelorabirahi.com
“Siaaal,,, Uuuhhhh,, Kenapa semua melihat ke aku sih,, padahal masih ada Shita dan Bu Sofia yang nenennya lebih gedeeee,, Uuuhh,,, ,” Hati Zahra berteriak kesal seakan ingin menangis.
Tubuh nya yang selalu tertutup hingga kekepala itu, tak pernah sekalipun dipertotonkan seperti itu kepada banyak orang, meskipun hanya dengan pakaian yang ketat. Tapi kini semua lelaki dapat melihat puting payudara yang tercetak jelas. Apalagi saat dirinya menangkap pandangan mata Pak Tama, Rahadi dan Hanif yang menatap penuh birahi. Parahnya lagi, di belakang ketiga lelaki itu, Mang Kholil begitu bernafsu menggosok selangkangannya, mulut lelaki berwajah amburadul itu membuka dan menutup mengikuti gerak payudaranya yang naik turun. Ada penyesalan dihati wanita itu, kenapa tadi dirinya memilih kaos ketat, padahal tujuannya tidak lain hanya untuk menggoda Bandi, tapi jika ranum buah dadanya itu turut dipelototi oleh lelaki lain, jelas dirinya sangat malu.
“Begoooo,,, kenapa ga ditutup pake jilbab aja,,, uugghhh,, begoo, begooo,,,” rutuk hati Zahra, ketika teringat bagian bawah jilbabnya yang terikat ke belakang. Dengan sekali hentakan ikatan kain putih itu terlepas, menutupi bagian depan payudaranya. Sontak teriak kecewa menghambur dari mulut para lelaki.
“Whooooo,,, Zahraaa pelit,, Aaaaww,,, koq dicubit terus sih mahh,,” protes Hanif ketika teriakan kecewanya beroleh cubitan di perutnya yang mulai buncit.
“Mamahkan enak, udah nyobain banyak batang dimari,,,” sungut Hanif.
“Tu kan,,, salahnya papah juga sih suruh-suruh mamah pake rok beginian, pasti biar bisa pamerin punya mamah kan?, jadi kalo ada orang yang minta isi dalam rok mamahh, papah ga boleh marah dong,,,” protes Aida lalu melenggang meninggalkan Hanif yang terbengong.
“Eeee,,, busyet dah, sejak kapan bini ku binal kaya gitu, main kasih memek seenaknya,, kan tu punya kuu,,,” dengus Hanif kesal, melototi istrinya yang melenggang cuek, sesekali memamerkan pantat yang tak mampu ditutupi oleh rok yang pasrah tertiup angin.
“Yeeeeaaahhhh,,,,” terdengar teriakan Shita yang berhasil mencapai finish.
“Aaahhh,,, tungguuu,,tungguuu,,, curang kaliaaan,,,” Bu Sofie berteriak histeris dengan nafas ngos-ngosan, mulai keteteran tak mampu menyaingi Zahra yang memacu tubuhnya, menyalip dengan cepat mencapai garis finish.
“Yaaaaaaaa,,,, hahahahahaaa,,,” Zahra ikut tertawa heboh berdiri digaris finish. Mengangkat tinggi kedua tangannya, terlihat jelas wanita itu mulai menikmati permainan.
“Maaf ya buu,, sekali-sekali ibu yang belakangan,,,heheehee,,” ucap Zahra menyambut Bu Sofie yang menggerutu lucu, di garis finish.
Sekilas Zahra melirik Bandi yang mengangkat jempolnya, membuat wanita itu tertawa tersipu. Dokter cantik itu tidak menyadari, Nabila yang berdiri di samping suaminya tersenyum kecut, cemburu melihat kemesraan Suaminya dan Zahra
“Wokkeeeee,,, game kali ini dimenangkan oleh Aidaaa,,,” Pak Tama mengumumkan pemenang lomba.
“Lhoo koq bisa Pak?,,, aku kan lebih dulu nginjak garis finis dibanding Aida,,” protes Nabila.
“Yaa,, tapi Aida sepersekian detik lebih cepat memegang punyaku,,,hahahaa,,,”
“Whhoooooo,,, Pak Tama curang,,Hahahahaaa,,,”
“jurinya mupeng tuuuhhh,,,Hahahaa”
Teriakan dan tawa menghambur di bibir pantai. Terik matahari seakan tak mampu mengurangi keceriaan para suami istri.
“kali ini biar adil, biar aku yang jadi jurinya, karena game berikutnya bakal lebih panas, lomba makan sosis hahahaa,,” ucap Bu Sofie sambil bertolak pinggang.
“Ayooo sini,,,, semua ngumpul,,, para wanita silahkan pakai kalung pita ini,” lanjutnya, lalu menyerahkan pita merah kepada Nabila, pita biru untuk Anjani, gairahsex.com pita ungu diserahkan pada Aida, Pita putih untuk Shita, dan pita hijau untuk Zahra. Bu Sofie meminta para istri mengalungkan di leher.
“Ayooo,, sekarang giliran para suami, cepet sini,,,” teriaknya sambil menenteng kain kantongan berisi beberapa bola.
“Darto kau duluan,, silahkan pilih wanita mu,,,, hehehee,,,” Bu Sofie mengulurkan kantong. Mata Darto berusaha mengintip melalui celah.
“Eeehh,, ga boleh ngintip,,, semua tergantung keberuntungan tanganmu,, ayo cepat ambil satu bola,”
“Warna Unguuu,, Aidaa,,,hahahaa,,” Bu Sofie mengumumkan pasangan Darto adalah Aida.
“Hehehehee,,, hay bu guru cantik, udah siap untuk menang?,,” Darto sengaja mencolek pinggang Aida, menggoda Hanif yang lagi uring-uringan.
“Yaaa,, meraahh,,Nabila,,,”
“Yeeeaaahhh,,,” Rahadi berteriak girang, menghampiri Nabila,
“Sorry ya calon boss,, aku pinjam dulu istrimu,,,hehehee,,” Rahadi menggoda Bandi, menarik tangan Nabila yang masih memeluk pinggang suaminya.
“Awas aja kalo sampe lecet, aku jadiin OB kamu,,” ancam Bandi bercanda, walau ada rasa was-was dihati, permainan seperti apa yang bakal digelar.
“Shitaaa,,, Putih,,,”
“Weeew,,, boleh juga nih,,, game nya harus hot Bu,,” seru Hanif, jengkelnya sedikit berkurang. Sudah lama dirinya tertarik dengan wanita yang setiap hari duduk manis di depan ruang Pak Tama dengan rok ketat dan minimalis.
“Bandi,, kau dapat Anjani,,, hahahaa,, mau ditukar dengan ibu?” goda Bu Sofie, ketika Bandi maju mengambil bola warna Biru.
“Emang ibu sanggup makan sosis aku?,,” jawaban Bandi membuat Bu Sofie terdiam dengan jantung berdegub kencang.
“Tunggu tanggal mainnya, pasti kulahap habis sosis besarmu itu,,” balas Bu Sofie, berbisik dengan jantung menderu merasa ditantang.
“Tersisa satu bola hijau, artinya Zahra berpasangan dengan suamiku, pak Tama,,,” terang Bu Sofie, sepeninggal Bandi yang mendekati Anjani.
“Jadi permainannya seperti ini,, Sosis yang dibagikan Mang Kholil ini harus diikat dipinggang para istri, dan mereka harus mendekati pasangan mainnya dengan mata tertutup, dan pasangan mainnya harus memberi aba-aba kemana si wanita harus menuju, terus,,,” Bu Sofie menghentikan ucapannya sambil wajah tersenyum nakal, membuat peserta lomba penasaran menunggu.
“Terus,,, sosis itu harus dimasukkan ke dalam mulut para lelaki yang berbaring di pasir, dan ingat,, tidak boleh dibantu oleh tangan,,,hehehee,,” Bu Sofie tertawa sambil bertolak pinggang. Permainan itu tak ubahnya seperti permainan memasukkan pensil dalam botol, hanya saja dilakukan dengan cara yang vulgar.
“Haahhh???,, yang benar aja bu,, masukin sosis kemulut Rahadi yang tiduran, berarti kami harus ngangkangin mereka dong?,,,” Nabila coba protes, tangannya reflek menahan rok yang tertiup angin, entah kenapa tiba-tiba dirinya merasa malu, pasti lomba ini akan terlihat sangat vulgar.
“Hehehee,, itulah tantangan dari game ini, kalian boleh berusaha menutupi rok kalian bila mau, tapi ingat tangan kalian tidak boleh memegang sosis itu,,.” terang Bu Sofie, tersenyum puas melihat wajah para wanita mulai pucat.
“Tenang aja mba,, ntar aku merem koq,,,”
“Merem? aku make rok aja kamu masih usaha buat ngintip ke bawah, gimana kalo aku ngangkang depan matamu,,, awas aja kalo ngga merem, bakal ku colok matamu,,,”
“Hahahahaaa,, nih,,, buat jaga-jaga, kalo ngintip colok aja,” celetuk Zahra, menyerahkan potongan ranting kepada Nabila.
Wanita yang selalu setia dengan penutup kepalanya itu dapat sedikit bernafas lega, karena dirinya memakai celana leggins putih. Meski celana dalam warna hitamnya dapat terlihat dengan samar, setidaknya itu masih lebih baik dibanding para istri lainnya yang mengenakan rok. Mang Kholil membagikan potongan sossis yang ujungnya dibungkus plastik, agar dapat diikat oleh tali, wajah mesumnya cengengesan membayangkan kegilaan yang bakal terjadi.
“Lho Mang,,, koq tali punya aku pendek banget sih, tuker yang lebih panjang dong,,” sela Zahra saat menerima sosisnya.
“Waduh,, udah habis bu,, itu yang terakhir,,” jawaban Mang Kholil membuat wajah cantiknya cemberut.
“Aaahhhh,,, tu kaaaann,,, pendek banget,,” Zahra mulai panik, sosis yang sudah diikat kan di pinggang menggantung hanya beberapa senti dari pantatnya.
“Heheheheee,,,, cuma game aja koq Bu Dokter,,,ga usah terlalu diambil hati,, hehehee,,,” ucap Pak Tama, hatinya berteriak girang, dengan mata tak lepas dari pantat montok Zahra.
Dokter cantik itu cuma bisa tersenyum kecut, andai saja partner game nya adalah Rahadi atau Hanif mungkin Zahra bisa main bentak kalo mereka nakal, tapi ini adalah Pak Tama. Akhirnya wanita itu cuma bisa berharap game dapat selesai dengan cepat.
“Ko,,, koq pendek banget sih ngiketnya,, lagian kenapa ngiketnya dibelakang,,,” protes Hanif kepada Darto yang membantu mengikatkan sosis di pinggang belakang istrinya, membuat sosis itu menggantung tepat di depan selangkangan istrinya.
Darto mengangkat kedua pundaknya,
“Tapi Istrimu ga protes tuh,,,” jawaban itu membuat Hanif melototi istrinya yang jadi salah tingkah, wajah berhias kacamata itu memerah malu.
“Sayaaang,,, Kan ini cuma permainan aja,, ngga lebih koq,” bujuk Aida, membuat Hanif tidak bisa berkata apa-apa.
“Hanya permainan,,,” hati Aida berkali-kali mengucap kalimat itu dengan jantung berdegub kencang.
Protes yang sama juga dilontarkan Rahadi yang melihat Istrinya, Anjani, dengan sengaja memutar sosis yang berada di belakang ke depan, hingga menggantung tak jauh dari selangkangannya. Begitu juga dengan Pak Tama yang melototi ulah Hanif, meski sosis itu tetap berada di belakang, tapi wanita simpanannya tidak protes saat Hanif menggulung tali menjadi lebih pendek.
“Okeeee,,, para suami silahkan berbaris disana,,, dan kalian berbaris di sini,, silahkan menutup mata dengan syal ini,,,” Bu Sofie kembali memberi perintah.
Berbeda dengan para lelaki yang tampak terlihat girang, para wanita justru terlihat pucat, saling pandang dengan bingung, masing-masing merasa tidak nyaman.
“Duuuhhh,,, aku ga bisa,,, kasian kamu Zahraa,,,” ucap Aida, memutar posisi sosisnya ke belakang, lalu menurunkan tali menjadi lebih panjang.

 http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Perbuatan Aida ternyata diikuti wanita lainnya, yang berusaha menjauhkan gantungan sosis dari selangkangan mereka. Perbuatan para istri itu jelas membuat para lelaki yang berbaris 5 meter dari para wanita, terlihat kecewa.
“Kalian harus mendengarkan intruksi dari pasangan kalian, kemana kalian harus melangkah,, dan kalian yang cowok, setelah pasangan kalian sudah mendekat tepuk pundaknya lalu kalian boleh berbaring dan memakan sosis itu sampai habis,” Bu Sofie terpaksa harus sedikit berteriak agar semua dapat mendengar suaranya.
“Yaaa,,,Silahkan pasang penutup mata kalian,,” seru Bu Sofie sambil memeriksa mata para wanita, memastikan sudah benar-benar tertutup.
“Semua sudaahh siaaap?,,,”
“Satuuuu,,,,”
“Duaaaaa,,,,”
“Tigaaaaaa,,, Gooo,,,!!!”
Aba-aba dari Bu Sofie langsung disambut teriakan para lelaki yang heboh memberi komando kepada pasangannya agar menuju ke arah mereka. Para wanita harus bekerja sedikit ekstra untuk mengenali suara, untungnya Bu Sofie memberi jarak dua meter antar wanita dan pasangan mainnya agar suara teriakan tidak terlalu kacau dan membingungkan. Shita yang lebih dulu sampai di hadapan Hanif, pundaknya segera ditepuk oleh Hanif, dan dengan wajah sumringah Hanif segera berbaring di kaki Shita.
Kunjungi JUga beritaseks.com
“Yaaa,, buka kakimu Sin,,, turunin sosisnya pelan-pelan,,,”
“Ooowwwhh,,, Shit!!!,,,” Hanif mengumpat saat Shita mengangkangi wajahnya, pantat semok milik sekretaris seksi itu tepat di depan matanya, perlahan mulai turun mendekati wajahnya. Meski mulutnya sudah menyentuh sosis, Hanif tetap saja menyuruh Shita menurunkan pantatnya.
“Yaa,,, cukup,,, aku akan makan sosis ini pelan-pelan,,,” seru Hanif saat selangkangan Shita tinggal sejengkal dari mulutnya.
“Makan yang cepet Pak,, jangan lama-lama,,,” seru Shita, entah kesal, entah marah, tapi yang jelas liang vaginanya yang kini berada satu jengkal dari wajah Hanif, mulai basah.
“Ayooo Bu,,,, Yaaa,, cepet buka kaki mu,,,turuuniiin,, Oooowwwhhh,,, punyamu mantap banget Buuu,,,” seru Darto tak kalah heboh, langsung berbaring dan meletakkan kepalanya di antara kedua kaki Aida.
“Ckckckck,,, bener-bener mantap ni pantat, apalagi meki nya gemuk banget,,pasti jepitannya mantap nih,,” Darto dengan cueknya berkomentar, tak peduli dengan kondisi Aida yang panas dingin.
“curang tu si Bandi, dapet barang bagus ga bilang-bilang,,,”
DEG,,,
“Jangan-jangan Darto juga melihat perselingkuhannya dengan Bandi?,,,” hati Aida semakin tidak karuan.
“Ayooo Dartoo,, cepet makan sosisnya,,,” pinta Aida tidak karuan.
“Aku ga mau sosis,,, aku mau nya kue apem,,, hehehe,,,” jawab Darto.
“Huusss,, jangan nakal,,, makan aja cepat,,,” Aida perlahan semakin menurunkan pantatnya, hingga hidung Darto dapat merasakan aroma dari vagina yang mulai basah.
Hal yang sama juga dirasakan Zahra, yang tidak menyangka dirinya menuruti begitu saja untuk mengikuti permainan gila itu. Dirinya yang berhasil sampai di tempat Pak Tama berdiri, disambut dengan cara yang sangat nakal. Yaaa,, Pak Tama yang seharusnya memberi kode dengan menepuk pundak atau tangannya, justru mencolek puting payudaranya.
“Maaf Bu Dokter,,, ga tahan pengen nyolek, habisnya kenceng banget,,,Hehhehe,,,” ucap Pak Tama pelan, yang begitu menikmati kenakalannya mengerjai wanita alim itu.
Seandainya lelaki itu bukan atasan suaminya, ingin sekali Zahra menampar wajah Pak Tama, tapi dirinya cuma bisa menahan emosi, Toh,, sebentar lagi lelaki itu akan pergi meninggalkan kantor suaminya, akhirnya Zahra berusaha untuk tetap tersenyum di antara wajah kagetnya.
“Kakinya buka yang lebar ya Bu Dokter,,, kepala aku mau masuk,,,”
“Ooowwwhh,,, pantat ibu mantap banget Bu,,, ga terlalu besar, tapi nungging kaya itik,,,”
Komentar-komentar nakal Pak Tama sangat menganggu pikiran jernih Zahra. Tak pernah dirinya merasa senakal ini di hadapan orang lain, selain dengan Bandi. Tak ubahnya seperti eksibisi terselubung persaingan dalam permainan.
“Paakk,, berhenti mengomentari tubuh aku, selesaikan saja permainan ini secepatnya,,” ucap Zahra dengan intonasi tinggi, untuk menunjukka rasa tidak senangnya atas kenakalan atasan suaminya itu.
Tapi tanpa disadari Zahra, rasa dari amarah yang menyeruak itu tidak lebih dari pelarian rasa malu dan bersalahnya. Dan parahnya permainan ini baru saja dimulai.
“Pelan-pelan aja bu nurunin tempek nya,,, ga usah buru-buru,,,hehehee,,”
“Uuuugghhhh,,,” Zahra bingung, sangat bingung, komentar Pak Tama semakin nakal.
Zahra masih bingung, bagaimana bisa dirinya terjebak permainan gila seperti ini. ingin sekali dirinya menyudahi permainan itu, tapi itu hanya akan membuat suaminya malu. Dengan bertopang pada tangan yang berpegangan dilutut, Zahra perlahan menurunkan pantatnya. Meski matanya tertutup tapi wanita itu sangat yakin tepat di bawah selangkangannya wajah Pak Tama sedang tersenyum girang. Dirinya cukup sering menemani suaminya dalam acara-acara kantor, dan Pak Tama selalu memuji kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya, dan saat ini lelaki itu tengah memuaskan rasa penasaran atas tubuhnya.
“Terus Bu,, turunin pantatnya, mulut aku belum bisa menjangkau tempek ibu,, ehh,, maksud aku sosisnya bu,,,Hehehehee,,”
Zahra tau, lelaki berkumis lebat itu tidak berbohong, karena tali pengikat sosisnya memang sangat pendek, dengan sangat terpaksa menurunkan tubuhnya lebih rendah, membuat siapapun yang melihat akan tergoda untuk menghajar pantat montok yang semakin menungging.
“Ooowwhhggg,,,” tubuh Zahra kembali terangkat, dirinya sangat kaget saat sesuatu yang lembut menyentuh lapisan celana leggins nya, tepat di bibir vagina.
“Lho koq diangkat lagi sih Bu,,, aku baru pengen ngegigit tempek ibu, eehh,, sosis nya bu,,,”
“Paaak,,, jangan nakal,, plisss,, aku mohon,,,” Zahra serasa ingin menangis, sungguh dirinya tidak ingin menjadi wanita yang nakal. Meski dirinya pernah menggoda Bandi, tapi itu tidak lebih dari ungkapan perasaan hatinya yang masih memiliki rasa terhadap Bandi.
“Heheehee,, maaf bu,,, tadi ga sengaja bibir aku nyenggol itunya ibu,,,”
“Tapi tempek punya Bu Dokter emang indah banget, gemuk, mukung,,, seperti punya Shita,, hehehehe,,,”
“Tuuu kaaaan,,, Pak Tama memang mengincar vagina ku yang gemuk,,,” hati Zahra semakin panik. Tapi kata-kata Pak Tama yang membeber bentuk vagina Shita membuat Zahra teringat pada Bandi.
Teringat ketidaksengajaan dirinya saat memergoki percumbuan Bandi dan Shita. Zahra yang sangat mengerti dengan kondisi para lelaki, merasa kasihan dengan kondisi Bandi yang berkali-kali menggantung setelah bercumbu setengah jalan dengan dirinya, dan akhirnya memilih untuk mendukung kenakalan Bandi pada Shita.
“Mukung seperti punya Shita?,,, uggghhh,,, apa vagina Shita memang seperti milik ku?,,, Apa Bandi juga suka bentuk vaginaku,,, Aaaggghhhh,,,” kepala Zahra menggeleng-geleng, berusaha mengenyahkan pikiran nakal.Cerpen Sex
“Ooowwwhh Paaaak,,,” Zahra terkesiap, pantatnya bergetar, dirasakannya mulut Pak Tama bergerak-gerak dibibir vaginanya. Lewat celah dibawah matanya, wanita itu melihat Pak Tama yang mulai mengunyah sosisnya, bergerak pelan sesekali menggesek vaginanya.
Zahra tak yakin dirinya dapat bertahan dengan godaan ini, apalagi saat merasakan ada cairan yang merembes dicelah kemaluannya. Ingin sekali mengangkat tubuhnya, tapi para istri lainnya pun pasti tengah mengalami hal yang sama dengan dirinya, berusaha menyelesaikan lomba secepatnya.
“Batang Pak Tama bangun!!!,,,” Jantung wanita itu berdegub semkain keras, mata indahnya tidak sengaja melihat celana Pak Tama yang menonjol.
“Kenapa Bu?,,,”
“Ngga apa-apa,,, cepat pak makan sosisnya,,,”
Tapi permintaannya itu justru membuat tubuhnya semakin tidak karuan, Zahra tidak bisa memastikan apa saja yang tengah dilakukan mulut lelaki itu dibawah selangkangannya, tapi yang pasti mulut lelaki itu semakin cepat bergerak, menggesek bibir vaginanya semakin cepat. Pak Tama yang tau apa yang tengah dipelototi oleh wanita itu, sengaja menggerakkan otot penisnya, memamerkan keperkasaan batangnya. Meski tertutup kain celana, Dokter cantik itu pasti dapat melihat dan memastikan seberapa besar betang yang bergerak nakal
“Owwwhhhh,,, Pak cepaaat habiiiskaaan,,, Aaagghhhh,,, Paak,,”
Tubuh wanita itu melejit, refleks terangkat saat kumis tebal Pak Tama berhasil menyelinap dan menusuk bibir vaginanya. Lagi-lagi wanita itu harus menyesal, kenapa tadi pagi memilih celana leggins yang tipis, tak mengira akan ada permainan seperti ini. Tak jauh dari dokter cantik itu, Nabila juga tengah berjuang membunuh rasa malunya. Komentar-komentar Rahadi membuat Nabila ingin menghajar bibir pemuda itu.
“Mbaaa,, tebel banget kayanya tu jembi,,, bener-bener bikin konti ku ngaceng,, jadi pengen masukin kaya malam kemarin,,, hehehee,,,”
“Banyak omong ni bocah, tinggal nikmatin aja masih sempat komentar, kalo masih cerewet aku bekep mulut mu pake ni pantat,,” Nabila benar-benar gerah dengan komentar Rahadi, terlintas keajadian malam itu saat bibirnya dan bibir Shita meberikan servis pada batang Rahadi.
“Ooowwhhh,,, mauu dong dibekep ama pantat montok mu mbaaa,,,”
“Cepeeet habisin,, atau ku pecahin dua telur mu ini,,,” seru Nabila sambil mencengkram dua telur kehidupan milik Rahadi, dan ancamannya ternyata cukup manjur, Rahadi yang kesakitan segera melahap sosis yang menggantung.
Tampaknya wanita cantik itu tengah berusaha untuk tidak nakal, dan menyelesaikan permainan secepatnya. Tapi nafas Rahadi yang mendengus panas tepat mengenai bibir vaginanya yang hanya dibalut kain tipis. Lutut Nabila gemetar, berusaha untuk tidak menurunkan pantatnya lebih dekat kewajah Rahadi.
“Oooowwwhhh,,, Diiii,,, jangan nakaaaal,,,” lirih Nabila saat Rahadi dengan sengaja menggesekkan hidung ke bibir vaginanya. Mati-matian wanita itu bertahan untuk tidak lagi mengkhianti suaminya.
Karena saat ini hatinya sudah cukup sakit melihat kemesraan pandangan mata suaminya dan Zahra. Yaaa,, sebatas pandangan mata yang mesra, karena Nabila percaya akan kesetiaan suaminya, lagipula dirinya yakin Zahra bukan wanita yang mudah tergoda oleh lelaki. Tapi hatinya jadi penasaran, apa yang tengah dilakukan Bandi pada Anjani, istri dari lelaki yang tengah dikangkanginya.
Tepat disamping Nabila, beberapa langkah dari tempat wanita cantik itu mengangkangi wajah Rahadi, Bandi telihat tengah digoda oleh Anjani yang menarik segitiga pelindungnya kedalam belahan pantat, seolah memamerkan kulit pantat yang putih mulus. Sepertinya gadis itu sengaja ingin membalas ulah nakal Bandi dikolam renang tadi malam. Bandi tertawa lalu meremas pantat mungil Anjani yang kencang, entah apa yang diucapkan Bandi, hingga membuat Anjani terlihat tertawa, lalu menyentil batang nya yang mengeras. Perlahan Bandi makan sosis yang menggantung. Siapapun tau, jika gadis itu tengah menggoda Bandi, tapi lelaki itu hanya berani mengusap-usap paha dan pantat mulusnya. Berkali-kali Anjani menurunkan tubuhnya hingga vagina yang masih terbalut celana dalam putih itu mengenai bibir Bandi, tapi lelaki itu menghindar dengan membuang wajahnya ke samping sambil tertawa.
“Hihihi,, ternyata Pak Bandi juga jinak-jinak merpati, kalo ada istri nya sok jaim, tapi kalo ga ada,, wuuuhhhh,,, habis-habisan tempek ku dihajaaarr,,, hihihii,,” bisik Anjani yang agak kesal dengan sikap sok cool lelaki itu. Sementara birahi mudanya tengah terbakar.
Padahal saat itu hati Bandi tengah gundah, berkali-kali matanya melirik istrinya yang tengah dinakali oleh Rahadi, berkali-kali pemuda itu dengan sengaja mengakat kepala agar lidahnya dapat mengusap vagina istrinya. Dilihatnya Nabila tampak berusaha untuk bertahan, namun saat kain celana dalam yang mulai basah itu disapu oleh lidah Rahadi, mau tidak mau bibir seksinya melenguh menahan nikmat. gairahsex.com Sementara di sebelah kanannya Zahra tampak menggeliat menahan godaan bibir Pak Tama yang menciumi bibir vaginanya. Berkali-kali bibir nya merintih saat Pak Tama membenamkan wajahnya setelah menggigit potongan sosis, dan dengan cepat Zahra mengangkat kembali pantatnya dengan wajah yang tersipu malu. Tanpa disadari Bandi yang tengah mengamati sekitar, tiba-tiba Anjani menarik celana dalamnya ke samping, lalu mengambil sosis yang menggantung dan meletakkannya di bibir vagina, perlahan pantatnya turun, mengarahkan sosis ke bibir Bandi.
“Asseeeemm,,, ni cewek, bener-bener ngerjain aku dah,,,” umpat Bandi, saat melihat batangan sosis terjepit divagina Anjani.
“Aaahh,, Masa Bodoh lahh,,,” dengan cepat Bandi menggigit sebagian sosis, tapi gerakannya yang terburu-buru itu justru membuat sebagian sosis yang tersisa masuk semakin dalam ke vagina Anjani.
“Oooowwhhh,,, Paaakk,,, Jangan nakaaall,,”
Meski pelan, Rintihan Anjani membuat Nabila menoleh,,,
“Mas Bandi,,, Maaass!!!,,,”Cerpen Sex
Jantung wanita itu seakan berhenti berdetak, Nabila yang sengaja membuka sedikit penutup matanya, melihat Bandi seperti tengah memasukkan batangan sosis ke dalam vagina mungil Anjani.
Tapi Nabila juga heran, jika suaminya memang tengah menakali Anjani, kenapa suaminya justru begitu takut bibirnya tersentuh vagina gadis mungil itu. Dengan giginya Bandi berusaha menarik keluar batangan sosis, tapi gerakan pinggul Anjani justru membuat sosis itu masuk semakin dalam. Membuat wajah Bandi kebingungan.
“Dasar,, gadis nakal,,,” gumam Nabila kesal,
“lihat apa yang bisa kulakukan pada suami mu,,,”
Perlahan Nabila menurunkan pantatnya, membenamkan wajah Rahadi di belahan pantat dan vaginanya, membuat pemuda itu terkejut tapi juga kegirangan.
“Mbaaa,,, Owwwhh,, wangi banget mba tempek muuu,, owwhhh,,,” Rahadi mendengus disela belahan vagina Nabila, menggerak-gerakkan hidungnya seolah ingin membelah vagina Nabila yang masih tertutup kain.
Kini justru Nabila yang kelimpungan, gerakan Rahadi membuat vaginanya begitu cepat basah, berusaha sekuat tenaga menahan lenguhan agar Bandi yang berada beberapa meter darinya tidak mendengar dan menoleh.
“Ooooggghhh,, RahAdiii,,, jangan digigiiiit,,,” Nabila terpekik tertahan, Rahadi yang memegangi pinggulnya tiba-tiba menekan pantat montoknya hingga wajah pemuda menghilang sepenuhnya, dan tanpa diduga mengigit bibir vaginanya.
Nabila berusaha mengangkat tubuhnya, tapi tenaga Rahadi mampu menahan.
“Diii,,, jangaaaan,, Oooowwwhh,, Aku bisaaa keluar kalooo diginiiin teruusss,,”
“Suuudaaaahhh,,,”
Nabila semakin kaget, disaat bibirnya merintih akibat ulahnya sendiri, saat itulah Bandi menoleh, pandangan mata mereka bertemu,,,”
“Maaaasss,, aku dikerjai Rahadi.,,,”
“Eeeeeenghhhhkkss,,Ooooowwhhhhhsss,,,,” Nabila melenguh menghantar orgasme dihujung tatapan suaminya.
Ingin sekali Nabila menerangkan bahwa dirinya tengah dikerjai Rahadi, tapi sulit baginya untuk berkelit, tubuhnya yang menggelinjang orgasme telah menerangkan segalanya. Bu Sofie yang melihat permainan mulai panas justru tertawa.
“Ayooo,,, cepaaaat,,, habiskan sosisnya,,, Yang cowok jangan nakal yaa,,,hahahaaa,,”
“Aku hitung sampaai sepuluh,,, kalo ga habis bakal aku kasih sosisnya Mang Kholil lhoo,, hahahaa,,,”
Mendengar nama nya disebut untuk ditawarkan, membuat Mang Kholil tertawa girang.
“Waaahh,, bener nih punya aku mau dikasihin keteman-teman ibu?,,,heheee,,makasih Buu,,,”
“Yeee,, jangan girang dulu,, bukan buat yang cewek,, tapi buat cowok yang kalah,,”
“Anjrit,,,”
“Asseeemm,,,”
Serentak para cowok yang mendengar obrolan Mang Kholil dan Bu Sofie mengumpat, bergegas menghabiskan sosisnya. Zahra tersenyum kecut, saat Pak Tama menghentikan kenakalannya, kain celana leggins nya tampak sangat basah, entah oleh ludah Pak Tama, entah oleh rembesan cairan vaginanya, tapi yang pasti Dokter cantik itu mampu bertahan. Begitu juga dengan Hanif dan Rahadi, sambil tertawa kedua orang itu mengunyah habis sosisnya. Lidah Darto yang tengah asik menikmati labia mayora milik guru cantik bernama Aida, mengumpat berkali-kali. Yaaa Aida dengan sukarela menyibak celana dalamnya kesamping karena tak mampu bertahan atas rayuan Darto.
“Asseeem,,, emang aku Maho,,,” umpat Darto, setelah menarik lidahnya dari lorong vagina Aida yang baru saja mendapat orgasme, tapi sosisnya masih utuh, belum digigit sedikitpun.
Sambil tersenyum nakal, dengan bibirnya Darto menarik lepas sosis yang masih utuh menggantung, lalu dengan mulutnya memasukkan sosis yang memiliki potongan cukup besar itu ke vagina Aida. Membuat wanita itu menjerit kaget.
“Akuu,, titip dulu,,, ntar setelah lomba baru kuambil,,,” bisik Darto, sementara Aida cuma bisa mengangguk, lalu mengangkat tubuhnya untuk berdiri.
Kakinya terlihat gemetar, menahan geli akibat sosis yang bersemayam di dalam vagina. Tersisa Bandi yang kelimpungan, terpaksa mengais-ngais vagina Anjani, berusaha menarik keluar sosis yang masuk semakin dalam ke vagina Anjani.
“Ooowwhhsss,,Ni Paaak,,, aku bantu ngeluarin,,,” ucap Anjani disela desahannya, mengencangkan otot vaginanya, hingga membuat batangan sosis yang tersisa sedikit itu meloncat keluar, seiring dengan cairan orgasme yang menghambur.
“Ooowwhhhh,,,” kaki Anjani gemetar, orgasme diatas wajah Bandi yang kelimpungan, di bawah tatapan Nabila dan peserta lomba lainnya.
Terlihat jelas wajah malu Nabila, meski ia tau suaminya tengah dikerjai, tapi tidak bagi yang lainnya, yang hanya menonton prosesi hebohnya orgasme Anjani. Jika yang lainnya justru tertawa dan bersorak menganggap itu adalah kemenangan Bandi sebagai seorang lelaki, tidak begitu halnya dengan Zahra, wanita cantik itu terlihat sangat kecewa. Menggenggam erat ujung kaosnya untuk meredam emosi, cemburu, marah yang membaur menjadi satu. Tapi wanita itu cuma bisa terdiam, sedikitpun dirinya tidak memeliki hak untuk marah, Bandi bukan suaminya, bukan pula kekasihnya, karena masa bagi dirinya dan Bandi telah habis beberapa tahun yang lalu.
“Okeee,,, permainan selesai,,”
“Sambil menunggu Mang Kholil mengambil minuman, kita istirahat sebentar,,,” Seru Bu Sofie, tanpa rasa bersalah setelah memberikan permainan yang begitu gila.
“Ingat,,, permainan selanjutnya bakal lebih gila,,, tapi bagi mereka yang menang akan mendapatkan mobil aku sebagai kenang-kenangan,,,” Sambungnya, lalu berjalan menuju kesebuah pohon.
Mereka yang awalnya ingin protes menjadi tertawa, saling pandang, tertantang untuk mendapatkan Honda CRV milik Bu Sofie.
cerita sex 2016, cerita sex terbaru, cerita sex, cerita seks 2016, cerita seks terbaru, cerita seks,

Daftar Agen Poker Acehpoker Online terpercaya

Agen Acehpoker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
 http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
 



mengecup pipi wanita

ACEHPOKER hadir untuk Anda semua pecinta permainan kartu Poker Online yang khususnya berada di Asia

 http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888 
 ezgif.com-resize (6)

Situs Acehpoker Online Terpercaya - Darto memejamkan matanya, coba meresapi hangatnya air dalam bathtub. Pikirannya jauh menerawang tentang asa yang terbangun akan sebuah kehidupan rumah tangga yang bahagia. Namun Darto tidak sendiri, di atas tubuhnya berbaring Nabila, wanita yang pikirannya juga tengah menerawang, mencoba memahami apa yang tengah terjadi pada hidupnya. ( Baca : Bonus New Member 10,000,- )

“Tooo,, Koq bisa sih kamu kepikiran ngadain liburan seperti ini?,,

“Ngga tau juga Bill,,,,, meski awalnya aku hanya ingin mencari sebuah pembenaran atas apa yang kulakukan selama ini,, tapi aku tidak menyangka bakal seperti ini?,,”

Hidung Darto mencium rambut Nabila, sesekali bibirnya mengecup pipi wanita yang berbaring di atas tubuhnya, menyandarkan kepala wanita itu dipundaknya. Dua tubuh dengan kelamin berbeda, terendam dalam busa yang melimpah.

“Tapi kau egois Too,,, kau sudah menjadikan honey moon ku hancur berantakan,,, tapi ya sudahlah,,, tak perlu dibahas,,”

“Maaf Bill,,,” hanya itu yang keluar dari bibir Darto yang tengah membenamkan wajahnya di leher yang jenjang dan mulus.

Nabila menghela Nafas, memejamkan matanya, menikmati ulah Darto dengan hasrat tak penuh, telapak yang kasar menjamah payudara, perut hingga selangkangan yang dibiarkan seolah tanpa pemilik. Hening,,, hanya suara kecipak air yang sesekali terdengar, ulah dari kekaguman tangan seorang lelaki yang mencumbu kulit mulus seorang wanita cantik.

“Apa kau ingat saat pertama kita bertemu,,,” tanya Darto tiba-tiba.

“Hahahahaa,,, ngapain mbahas itu,,, dasar cowok mesum,,,” Nabila tertawa, setiap ingat bagaimana tingkah konyol Darto saat berusaha berkenalan dengan dirinya.

“Tapi sampai sekarang, yang aku masih bingung, koq bisa sih kamu dapet name tag ku?,,” sambung Nabila, hingga kini ia tidak tau, bagaimana bisa Darto yang belum dikenalnya bisa memegang name tag yang selalu terpasang di dadanya.

“Hahahaaa,, jadi Mba Sri ngga pernah cerita padamu?,,,”

“Hehh?,,, Mba Sri?,,” Nabila coba mengingat-ingat kronologi beberapa tahun yang lalu, saat Darto berpura-pura mengembalikan name tag miliknya, hanya untuk mengajak makan siang.

“Yup,,, Mba Sri yang ngambil name tag kamu, waktu kamu kekamar mandi, terus ngasih ke aku,,, hahahaa,,,”

“OMG,,, aku kira name tag ku memang jatuh di jalan,,, sialan kau To,,,, Huuhh,, kasian banget Zahra, padahal saat itu kamu tinggal menunggu hari untuk menikah dengan Zahra,”

“Hehehee,,, kamu kan tau kalo aku emang bajingan,,, hahahaa,,” Darto tertawa tergelak sambil meremasi payudara Nabila lebih kuat.

“Aaauuuhh,,, puting ku lagi nyeri tauuu,,, dari kemaren ni balon diremes dan diisep terus ama kalian,,, ampe heran koq ngga bosan-bosan,,” Wanita itu menepis tangan Darto.

“Hehehee,,, Sorry,,, habisnya Zahra sulit diajak bercanda seperti ini,,,”

“Mungkin kamu aja yang ngga nemu caranya,,, ayolah,, bukankah kamu si penakluk wanita, masa ngadepin istri sendiri ga bisa,,,” Nabila berusaha menjadi pendengar yang baik. Memberi semangat meski hatinya juga berusaha bangkit dari kepedihan yang sama.

“Ngga tau lah Bil,, tapi aku banyak belajar dari liburan ini,,, aku ingin tobat, setidaknya mengurangi kenakalan ku,,, ternyata aku belum mengenal sifat Zahra sepenuhnya, mungkin aku harus belajar menjadi cowok yang lebih romantis,,,”

“Tobat? Yang beneer?,,,”

“Iya beneeer,, sueeer,,, pake lima jari nih,,,”jawab Darto mengangkat telapak tangan dengan jari terentang.

“Terus,,, yang lagi nyundul-nyundul di pantatku apaan?,,, hahahaa,,,” Nabila tergelak, merasakan batang Darto yang keras, menusuk bongkahan pantatnya, sesekali menyelinap diantara belahan pahanya.

“Hahahaa,, kalo itu reaksi alami laaahh,,,” tawa lelaki itu pecah, lalu membisik mesra, meminta izin untuk bertandang kedalam tubuh si wanita.

“aku masukin yaa,,,”

“Tumben pake minta izin, masukin aja,,, tapi aku lagi ngga mood, lagi ngga pengen,,, aku pengen istirahat, kepalaku agak pusing,,,” jawab si wanita, kembali meletakkan kepalanya dipundak Darto.

“Pijitin lagi dong,,,”

“Lhooo,,, badan mu agak panas Bill,,,” ucap Darto ketika sadar suhu tubuh Nabila yang lebih panas, bukan karena hangatnya air.

“Kan tadi aku bilang lagi ngga enak badan,,, mungkin karena kecapean,,,”

“Yaa,, smoga,,, ya udah,,, istirahat ya,,,”

Darto mengurungkan niatnya, meski saat itu penisnya yang sudah mengeras berada tepat di depan vagina Nabila. Lebih memilih menuruti keinginan si cantik, memijit tubuh mulus itu. Meski sesekali tangannya tak mampu untuk menahan bergerak nakal meremas payudara membusung yang muncul di permukaan, di antara busa yang lembut.

“Bill,,, punyamu koq dibiarin rimbun gini sih,,, kan cowok lebih senang ama yang gundul dan mulus,,,” bisik Darto sambil mengusap-usap rambut kemaluan Nabila yang lebat.

“Hehehee,,, ngga apa-apa,, seneng aja ngeliatnya kalo lebat gitu,,, lagian Bandi ngga pernah komplain koq,,,” Nabila bermain mengumpulkan buih dengan tangannya, mengumpulkan di atas gundukan payudara.

“Aaaiiihhh,,, Dartoo,,, ngapain sihh,,, turunin,,,,” tiba-tiba bibir tipis nya terpekik, Darto mengangkat pantatnya hingga membuat selangkangan Nabila yang ada di atasnya muncul kepermukaan. Ada rasa malu dihati wanita itu bila kemaluannya yang dipenuhi oleh rambut kemaluan diperhatikan oleh orang lain.

“Ststsss,,,, katanya kamu seneng ngeliat, aku mau ikut ngeliat koq malah malu sih,,,” tangan kanan Darto berusaha menepis kedua tangan Nabila, sementara tangan kirinya menyibak buih yang menutupi selangkangan wanita itu.

“Hhmmm,,, emang mantap sih,,,” komentar Darto, saat menangkap pemandangan hutan rimbun yang menyembunyikan liang surga yang didamba oleh kaum adam.

“Mantap apanya?,,,”

“Mantap sangar nya,,, bener-bener terlihat seperti hutan misteri, bikin cowok makin penasaran,,, hahahaaa,,”

“Tuuu kan,, malah diledekin,,, udah dong,, turuniiin,,,” kaki Nabila berusaha menekan pantatnya ke bawah, membuat Darto mengalah, tapi tangan lelaki itu masih mengusap rimbunnya kemaluan Nabila.

“Tooo,,, potongin dong,,,”

“Bener?,,, ntar Bandi malah komplain lho,,, lagian lama lho kalo mau digondrongin lagi,,, hahahaa,,,”

“Iiishh,,, seneng banget sih ngeledekin,,, lagian Kalo Bandi nanya ya bilang aja aku pengen nyobain style baru,,,hehehe,,, itung-itung surprise lah,,”

“Hahahaa,, sini dah aku potongin,, mau dibikin mohawk atau gimana nih,,hahaha,,, tapi kamu turun dulu dong,, lama-lama badanmu berat juga Bill,,,”

“Hahahaa,, dasar Dartooo,,, iyaa,, iyaaa,,aku turun niihh,,,” kedua insan itu beranjak keluar dari bathtub. Lebih terlihat seperti sepasang suami istri dibanding ikatan persahabatan. Nabila melenggang mengambil pisau cukur kumis milik Bandi, dibawah tatapan nanar Darto yang menganggumi bulatan pantat yang kencang, bergerak dinamis mengikuti langkah kaki yang jenjang.

“Pake ini bisa kan?,,,” ucap Nabila, berpaling sambil mengacungkan pisau cukur, tapi dirinya justru mendapati Darto yang terbengong memandangi tubuh telanjangnya.

“Iiihhh,,, ngga bosan-bosan melototin pantat bini orang,,,”

“Hehehee,,,, habisnya pantatmu sekel banget,,, jadi inget semalam, waktu nusuk di belakang,,, minta lagi dong,,”

“Aaahh,, ngga-ngga,, potongin dulu punyaku,,,,” Nabila duduk ditoilet, menyerahkan pisau cukur kepada Darto.

Baca JUga Cerita Sex Lain nya di gelorabirahi.com

Baru saja membuka kedua pahanya, wanita itu kembali mengatup rapat menyembunyikan kemaluan di depan Nabila, membuka paha yang mulus. Sesaat mengamati pintu vagina yang masih tertutup rapat meski kedua pahanya sudah terbuka.

“Pantes legit, rapat banget kaya gini,,,” ucap hati Darto, mengagumi alat kelamin milik istri sahabatnya itu. Jari-jarinya menguak bibir vagina.

Sementara si wanita membuang pandangannya ke arah bathtub, memandangi buih yang perlahan mulai berkurang. Menutupi rasa malu, meski lelaki yang bersimpuh di depannya itu sudah beberapakali dimanjakan oleh liang senggamanya.

“Cepet dong,,, jangan dimainin kaya gitu,,,”

“Aaauuu,,, pelan-pelan,,, geli,, hati-hati ya,,, ntar luka lho,,,” kening Nabila mengernyit, menahan geli dan khawatir kulit nya terluka. Tetapi wanita itu percaya, sahabat suaminya itu akan melakukan yang terbaik untuk mahkotanya.

Paha yang berakselerasi dengan tungkai yang indah itu terbuka semakin lebar, mengikuti segala kehendak sang teknisi, bibirnya berkali-kali mendesis saat jari Darto mengambil potongan rambut kemaluan yang jatuh di belahan bibir kemaluan.

“Aaauuuwwhhh,,, Sssshh,,,, To,,, knapa ngga bilang kalo udah selesai,,, Auuuhh,,,” tangan Nabila menjambak rambut Darto. Tanpa disadarinya selangkangannya kini sudah bersih. Menampilkan sepasang daging gemuk yang saling berhimpit di antara dua paha yang sekal.

“Cantik banget Bill,,,” ucap Darto, menjulurkan lidahnya, mengusap klitoris yang memerah.

“Aaahhhssss,,, To,,, kamu seneng ngoral juga yaa,,,eemmhhh,,,” Mata Nabila menatap wajah lelaki yang tengah mencumbu selangkangannya, mengusapi rambutnya dengan rasa yang sedikit berbeda.

“To,,, kalo menurutku, bersetubuh dengan rasa sayang itu lebih nikmat dibanding sekedar mengejar hasrat,,, kalo menurutmu gimana?,,,” wanita itu bertanya sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran toilet, sementara tangannya mengusapi rambut Darto, membiarkan lelaki itu bermain-main dengan alat senggamanya.

Darto menghentikan aksi lidahnya, menyandarkan kepala di paha kiri Nabila, matanya menatap bibir vagina yang terlihat begitu indah tanpa rambut kemaluan, sesekali jarinya menguak lipatan, sambil mengusapi dua kulit tipis yang menjadi pintu menuju lorong, membuat si empunya menggeliat menahan geli.

“Sama,,, kalo disuruh memilih,, aku lebih suka mencumbu wanita yang kusayangi dengan rasa penuh cinta,,,” ucap Darto pelan. Kembali mendekatkan lidahnya, menyambut aliran kalenjar bening yang perlahan keluar dari bibir vagina.

Mata lelaki itu terpejam, seiring lidahnya yang mengais cairan cinta kedalam lorong yang kemerahan. Tangannya dengan lembut mengusapi paha Nabila. Perlahan matanya terbuka, menatap Nabila yang memandangi ulahnya dengan pandangan sayu.

“Boleh aku,, emmhh boleh aku memiliki hati mu,, walau hanya untuk sesaat,,” bibir Darto terbata. Kaku, Sesuatu yang sangat jarang terjadi pada lelaki itu.

“Apa kau baru saja menembakku, Hahahaa,,, aku sudah bersuami lho,,, dan tadi ada yang bilang pengen tobat,, hehehee,,,” mata Nabila mengerling genit, menggoda Darto.

Darto tersenyum kecut,

“Haahahahaaa,,, Iya,, aku sadar koq,, lagian aku cuma bercanda,,, sudah yuk, keringin tubuhmu,, ntar malah tambah masuk angin lho,, lagian sebentar lagi kita ada dinner party,,,” Lelaki itu berdiri, mengacak-acak rambut Nabila yang masih basah, sebelum berpaling Darto menyempatkan menoel puting Nabila sambil tertawa.

“To,,, tunggu” Seru Nabila, menahan tangan Darto.

“Kamu boleh berhenti menggoda wanita, tapi tidak denganku,,” ucap Nabila sambil tersenyum, lalu memeluk tubuh Darto dari belakang, dengan pasti wanita menggiring Darto keluar kamar mandi.

“Kita kawin yuuk,,,” bisik Nabila sambil merapatkan pelukan kepunggung Darto.

“Hahahaa,,, kalo tubuh sedang fit, sudah dari tadi aku perkosa kamu,,, mending istirahat aja deh sanaa,,, ntar aku yang disalahin sama Bandi,,”

“Aahh,, kalo cuma ngeladenin kamu sih kecil,,, sampai dua ronde aku juga masih sanggup koq,,, tapi kalo emang ngga mau ya udah,, ntar dikira aku yang keganjenan pengen dientot,,,

“Iiisshhh,,, ni mulut,, kalo udah pengen vulgarnya langsung keluar,,,”

“Eemmmpphh,,,” bibir Nabila yang ingin tertawa tertahan oleh lumatan bibir Darto, membopong tubuhnya ke kamar.

Tiba di tepi tempat tidur, Nabila menahan Darto yang ingin merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Menatap tajam mata Darto.

“To,,, aku ingin ini lebih dari sekedar seks,,,” ucapnya lirih, lalu berbaring dengan senyum yang sangat lembut.

Darto terdiam, berusaha mencerna ucapan wanita cantik yang kini berbaring pasrah di depannya.

“Apa kamu ingin terus memandangi tubuh istrimu mu ini,, waktu kita ngga banyak lho,,,” lagi-lagi Nabila tersenyum genit, melepas cincin kawinnya lalu meletakkan di meja kecil di samping kasur.

“Istrikuu?,,, hahahaa,,, dasar nakal,”

Dengan cepat Darto menaiki tubuh mulus si teller bank yang cantik, mengusapi payudara yang tetap membusung meski pemiliknya sedang berbaring. Menciumi leher yang jenjang, lalu menghisap layaknya seorang vampire, memberi beberapa tanda di kulit yang mulus.

“Kooo,,, Ooowwhh,,, janggannn,,,” Nabila berusaha mengelak, menghindari adanya tanda merah yang pasti akan dengan mudah dikenali oleh orang lain.

“Bukankah kamu istriku?,,,” celetuk Darto sambil nyengir nakal.

“Huuhh,,, dasar Dartoo,,, ooowwhhhss,,,, dineneen aja dooong,,,” pinta wanita itu, tapi tak lagi berusaha menghindar, lebih memilih untuk membiarkan lelaki itu mencumbu tubuhnya sesuka lelaki itu.

“tooo,,, owwhhhss,,, geliii,,, cupangin di situ juga dong,,, hihihi,,,” goda Nabila, sambil memandangi Darto yang menciumi ketiaknya.

“Eeenggghhh,,, geliii gilaaa,,, Aaawwwssshhh,,, Dartooo,,jangan kuat-kuat ngiseepnyaaa,,geliii bangeeet,,, Aaahh,,,” wanita itu merintih semakin kuat, tidak menduga Darto benar-benar berusaha membuat cupang diketiaknya.

“Eddaaaan kamu Too,, Ooowwhhss,,,”

“Heemm,, koq ngga merah ya,,,” seru Darto dengan cueknya, memandangi karyanya di lipatan tangan wanita itu lalu kembali membenamkan wajahnya dan kembali membuat wanita itu terpekik.

“Hahahaa,,, udaahh,,, geli taauuu,,, Awwhhss,, udaahh,,, awas yaaa,, ku balaaasss,,,” Nabila berkelit, mendorong kepala Darto menjauh dari ketiaknya, lalu dengan cepat bangkit menindih tubuh Darto.

“Sekarang giliranku,,, hehehee,,”

“Emang kamu bisa apa?,,, palingan ngisep batangku,, hahahaa,,,” celetuk Darto, membuat Nabila yang tengah bersiap melumat batang Darto menjadi keki.

“Asseeemm,,, liat aja ntar,,, aku punya surprise buat suami baruku,, hehehee,,” jawab nya sambil mengocoki batang yang sudah mengeras.

Perlahan tapi pasti, bibir wanita itu melumat batang yang sudah mengeras. Setelah puas lidahnya beralih pada kantong testis, lalu dengan rakus melumat kedua biji kelereng, lalu menyedot dengan kuat..

“Ooowwhh,,, boleeehh juga,,” kening Darto berkerut menahan nyeri tapi juga terasa nikmat.

“Hehehee,,, gimana? Enak?,,,” tanya Nabila, tanpa berhenti mengocok batang Darto.

“Heemmm,,, Lumayan,,,”

Lagi-lagi jawaban Darto membuat wanita itu keki. Tangannya mendorong paha Darto agar lebih terbuka. Lalu kembali melumat batang dan testis Darto dengan lebih ganas.

“Ooowwwhhhss,, Hahahaa,,,, Sudaaah yaaant,,, ntar aku keluaaaar,,, Aaarrrgghhh,,,”

Lelaki itu menarik paksa tangan Nabila lalu membanting kesamping, dengan sigap Darto mengambil posisi di antara kedua kaki yang jenjang, lalu membenamkan wajahnya diselangkangan yang sudah basah.

“Aaaww,,, Dartoooo,,, Eeemmmpphh pelaaan-pelaaan,,”

“Sakiiit Tooo,, janggann digigiiit,, Aaaww,,,

“Eemmpp,, iyaaa,, jilaaatin ajaa,, Ooowhhss,, Dartooo gilaaa,,, hahaahaaa,,”

Teriakan, desahan dan rintihan memenuhi kamar, kedua tubuh itu terus bergumul, saling menggoda, silih berganti saling tindih menindih, hingga Nafas kedua nya terasa begitu berat.

“Udaahh,, Aahh,, capek akuu,,,” ucap Nabila menjatuhkan tubuhnya disamping Darto setelah lelah melumat batang Darto yang masih mengeras. Keringat membasahi tubuhnya.

“Nabila,,,”

Wanita itu menoleh kesamping, sambil mengatur Nafasnya.

“Yaa,,, ada apa?”

Darto yang sudah membuka bibir untuk mengucap kata, mengurungkan niatnya. Matanya menatap wajah Nabila dengan mimik lebih serius.

“Kenapa? pengen ngentotin aku sekarang?,,, ayoo,, siapa takut,,”

Darto tertawa mendengar pertanyaan Nabila. Wanita yang berbaring disampingnya tanpa busana itu memang selalu blak-blakan kalo bicara. Wajahnya pun selalu terlihat ceria, seakan tak pernah memiliki masalah. Begitu berbeda dengan Zahra. Nabila ikut tertawa. Tangannya terhulur mengusap pipi Darto.

“Sayang,,, tadi aku sudah bilang, aku ingin merasakan sensasi yang sedikit berbeda. Bukan sekedar seks,,” ucapnya sambil merapat ketubuh Darto seakan meminta untuk dipeluk.

Wanita itu tau, pemilik tangan kekar yang mencoba memeluk tubuh telanjangnya dengan erat itu masih bingung dengan apa yang Annginnya. Bibirnya mendekat ke telinga Darto, lalu berbisik lembut.

“Aku ingin selingkuh,,, setubuhi aku sepuasmu, tapi pake cinta,,,”

Darto tertegun. Dirinya memang sudah beberapa kali mencicipi kenikmatan dari tubuh wanita bernama Nabila, tapi semua atas dasar Nafsu dan tualang birahi. Dan kini wanita itu mengajak untuk bermain hati, tidak berbeda jauh dengan gelora yang mengusik dirinya, ingin mencumbu Nabila dalam balutan kasih.

Kunjungi JUga beritaseks.com

Perlahan Darto mengecup bibir Nabila, berlanjut dengan lumatan bibir yang lembut. Nabila memejamkan matanya, seiring usaha Darto memenuhi lorong senggamanya dengan batang yang sudah mengeras. Wanita itu mencoba menerima sepenuhnya kenikmatan yang ingin diberikan oleh sang pejantan. Bibirnya mendesah, meluahkan getar nikmat yang merambati saraf dan memberi pesan keotak tentang rasa yang dikecap oleh lorong senggamanya. Hentakan-hentakan lembut yang menggeseki liang sensitifnya membuat wanita itu menggeliat. Hentakan Darto terhenti membuat wanita cantik itu membuka matanya, menatap sang pejantan yang memandangi liang senggama yang tengah di isi perkakas tempur.

“Nih,, pandangin puas-puas,,, Hehehe,,,” Nabila tertawa, lalu memeluk kedua kakinya. Mencoba mengekspos bagian bawah tubuhnya yang tengah menjepit benda sekeras kayu.

“tembem banget punyamu Billl,,,” bisik Darto, menggerakkan batangnya keluar masuk. Lalu menindih tubuh Nabila, membuat kaki wanita itu semakin tertekuk. Dengan merentangkan kakinya lelaki itu kembali menghentak layaknya orang sedang push-up.

“Koq ketawa terus sih,,,” ucap Darto sambil terus menggerakkan pantatnya.

“Ngga apa-apa, cuma lucu aja ngeliat kamu, pengen nyoba semua gaya ya? Hihihihi,,,”

“ngga juga, aku cuma sepuas-puasnya ngerasain punyamu,,,”

“Hahahaa,, mau nyoba doggy?,,,”

“Doggy? Hhmmm boleeh,, tapi kalo nyasar kelubang belakang jangan marah ya,,,” jawab Darto.

“Wuuu,,, mau nyaaa,,,” bibir Nabila manyun lalu memutar tubuhnya.

“Pelan-pelan ya nusuknya, ntar balonnya pecah lhoo,,,” mata cantiknya mengerling genit, sambil memeluk guling wanita itu mengangkat pantatnya tinggi, memamerkan dua lorong kemaluan yang ditawarkan kepada si penjantan.

“Yaaant,,, eemmpphh,, sempit banget,,” ucap Darto yang tak tahan melihat liang anus Nabila yang mengerucut imut.

“Pelan Too,,, Eeengghh,,, Aaauuu,,,” rintihan tertahan, jari-jari yang lentik mencengkram guling dengan kuat, meredam rasa perih, meski sudah beberapa kali melakukan anal, tetap saja liang bagian belakangnya terasa sulit setiap menerima tusukan pertama.

“Gimanaa?,,, Uuuuhhhhssss,,, Aaaahh,,, geliiii Tooo,,,”

“Billl,, sempit bangeeet,,, Oooowwhhh,,,”

Hentakan-hentakan kembali mengalir dengan ritme yang teratur, pantat Nabila ikut bergerak menyambut setiap tusukan. Tubuh keduanya mengkilat oleh keringat.

Beberapakali bibir tipis si wanita terpekik ketika si lelaki dengan usil menghentak dengan keras. Membuat tubuh ramping nya menggeliat makin liar namun tertahan oleh jari-jari kokoh yang mencengkram bulatan pantatnya dengan kuat.

“Dartooo aku keluaaaar,,, Aaaagghhh,,,” Nabila mengangkat pantatnya semakin tinggi, telapak tangannya menggosoki bibir vagina yang sudah sangat becek, dan tak lama kemudian cairan bening menghambur deras dari bibir vagina, membasahi guling dan kasur yang ada dibawahnya.

“Dartooo,,, nikmat banget sayaang,,, ooowwhhh,,,”

Dengan terengah-engah Nabila mengangkat tubuhnya, meminta Darto memeluknya dari belakang.

Perlahan Darto kembali menggerakkan pantatnya, bibirnya menjilati telinga, memaksa libido si empunya kembali bangkit.

“Nabilll,,, aku juga maaauuu keluaaarrr,,, Oohh,, ohh,, ooohh,,,”

“Mau dikeluarin dimana?,,, depan apa belakang? Pilih aja,,, hihihi,,,” goda Nabila, pantatnya bergerak ke kiri dan ke kanan, memanjakan batang yang masih bersemayam di liang anus.

“Plop!!!” Darto menarik batangnya keluar. Tanpa diminta Nabila membaringkan tubuhnya merentang kedua kakinya, mengerti apa yang dikehendaki sipejantan yang bertualang dengan tubuhnya, mempersilahkan untuk menciduk kenikmatan dari liang senggamanya.

“Ayoo papah cayaaang,, mamah udah siaap di hajar lagi nih,,,”

Nabila merentang kedua tangannya, menggoda Darto untuk melumat semua kenikmatan yang disajikan.

“Hahahaa,, bisaa ajaa,, kamu tambah ngegemesin yan,,” Darto menaiki tubuh Nabila. Melumat bibir si wanita dengan ganas.

Tangan Nabila menangkap batang Darto yang justru berusaha kembali menerobos lubang belakangnya.

“Paaahh,,, jangan curang dong,, yang depan juga minta diisi tauu,,” dengan sigap jari-jari lentik mengarahkan batang yang keras kebibir vaginanya.

“Aaahhhh,,, eemmpphhh,,, keluarin disini aja yaa saayaaaang,,, kita bikin anaaak,,,”

Mendengar ucapan Nabila, Darto berubah lembut, lidahnya menjelajah mulut basah Nabila semakin dalam. Tapi tidak dengan batang yang merojoki vagina si wanita. Pantat lelaki itu bergerak semakin cepat.

“Aaahh,,, papaaahh,,, maaamaaah udaaah siaaaap,,,” ucapnya tertahan.

Darto bertumpu di kedua lututnya, mengganjal pantat Nabila dengan bantal, pasrah menyambut setiap hentakan. Bibir keduanya mulai menggeram mengejar orgasme.

Hingga akhirnya dua tubuh yang menyatu itu mengejan dengan kuat. Masing-masing berusaha memaksimalkan kenikmatan yang didapat.

“Oooowwwhhsss,,, Bill,,, aku semprrrooot sayaang,,, Ooogghh,,,”

“Aaagghhh,,, Dartooo,, tusuuuk yaaaang daaaalaaam,, Aaahhh,,,”

Tubuh montok Nabila melengkung, kepalanya tertengadah dengan mulut terbuka lebar menggeram dengan liar, menyorong pantatnya begitu kuat, mempersilahkan Darto yang mencengkram pinggulnya dengan kuat, mengisi setiap rongga rahim dengan cairan sperma yang mengalir deras.

Sesekali pantat Darto masih mengejat, menghantar sisa-sisa sperma, lalu ambruk di atas tubuh si wanita yang tersenyum dengan Nafas kembang kempis. Tapi entah kenapa, ada sesuatu yang mengganjal di hati Nabila, perasaan ganjil yang mengusik nikmat orgasme yang didapat.

“Bandi,,” bibirnya menyebut nama sang suami tanpa bersuara.

Lalu memeluk tubuh lelaki yang baru saja mengisi tubuhnya dengan sperma. Wajahnya perlahan berubah murung. Termenung.

“Kamu lagi subur Bill?,, kamu benar ingin punya anak dariku?,,” celetuk Darto, mengagetkan Nabila.

“hehehe,, ngga koq,,, aku udah suntik tiga bulanan,, punyamu cuma numpang lewat,,” jawab Nabila dengan tawa dipaksakan, gairahsex.com terus memeluk dan membenamkan wajah Darto di leher jenjangnya, tak ingin lelaki itu membaca raut wajah yang kali ini tak mampu disembunyikan.

“Mas Bandi,, Aku kangen kamu mas,,, kangen banget,,” bisik hatinya, perlahan air matanya mengalir, seiring sperma pejantan yang mengalir keluar dari liang senggama. Cerita sex

Heart Labirin

“Heeyyy Bill,, Ayo bangun,, kita siap-siap,,, ntar dicariin bu Sofie lhoo,,” Zahra coba membangunkan Nabila yang masih tertidur.

Tangan wanita itu mengusap lembut rambut Nabila yang masih agak lembab. Memandang wajah cantik sahabatnya yang terlelap. Terbersit rasa bersalah di hati Zahra atas permainan hati yang tengah dilakoninya bersama Bandi.

“Eehh,, Zahraa,,,”

Nabila terbangun, kaget, dengan panik menutupi bagian atas tubuh yang terbuka dengan selimut.

“kamu sudah pulang?,,,” bangkit, lalu bersandar didinding. Tangannya berusaha menutupi beberapa tanda merah di sekitar leher dan dada dengan selimut.

“Ya sudah pulanglaaah,, emang ini jam berapa,, hampir jam tujuh sayang,,, diluar sudah mulai gelap,,” jawab Zahra sambil tersenyum melihat tingkah Nabila yang panik.

Matanya sudah terlanjur melihat tanda merah itu, dan menebak-nebak siapa yang membuat ulah, memberi tanda bibir begitu banyak di tubuh sahabatnya.

“Sayaang,,, aku pinjam celana pendek Bandi dong,,,”

Tiba-tiba Zahra mendengar suara suaminya, Darto, dari arah kamar mandi. Reflek wanita itu menoleh. Benar saja, suaminya tampak keluar dari kamar mandi tanpa sehelai pakaian, terkaget. Zahra diam membisu, nalarnya dengan cepat memberi isyarat tentang apa yang baru saja terjadi. Nabila yang mengira Darto sudah kembali ke kamarnya tak kalah kaget, wajahnya seketika pucat, memandang Zahra dengan rasa bersalah. Seketika hening tercipta, Keasaman merambati tiga hati. Darto dengan kikuk menutupi kemaluannya dengan tangan. Entah merasa malu pada siapa.

“Zahraa,,, maaf,, kami,,,”

“hahaha,,, ngga apa-apa sayang,,, kita impas koq” sela, Zahra. Raut wajah kikuknya berubah menjadi senyum malu-malu, tapi rona bahagia tak mampu disembunyikan wanita berjilbab itu.

Nabila balas tersenyum, tersenyum kecut, tersenyum bersama rasa ngilu yang menusuk jauh ke dasar hati, mendengar penuturan sahabatnya yang tampak bahagia.

“Mas,, koq bengong sih, cepet sana ganti baju,,,” celetuk Zahra membuat Darto kaget, matanya celingak-celinguk mencari pakaian tapi nihil.

Sambil terus menutupi selangkangannya dengan tangan, lelaki itu ngacir ke arah pintu keluar, setelah yakin tidak ada orang dengan cepat berlari ke kamarnya.

“Hahahaa,,, dasar Mas Darto,,,” Zahra tergelak melihat tingkah suaminya yang seperti maling ketangkap basah.

Nabila ikut tertawa, lalu beralih mengamati wajah Zahra yang terlihat begitu ceria, wajah bahagia yang diciptakan oleh suaminya. Meski sakit, Nabila merasa tidak tega untuk memberangus senyum diwajah sahabatnya.

Setelah mengambil Nafas panjang, perlahan tubuhnya beringsut mendekati Zahra, memeluk sahabatnya dari samping.

“Mba,,, aku pengen ngomong sesuatu, tapi bingung harus memulai dari mana,,” ucap Nabila, lebih sopan dengan memanggil mba kepada Zahra, yang memang lebih tua darinya, meski usia mereka hanya terpaut tiga tahun.

“Ada apa Bill?,,, ngomong aja,,,” Zahra bingung dengan sikap sahabatnya yang sedikit berbeda dari biasanya.

“Dulu,,, waktu kalian menjodohkan aku dengan Bandi, aku percaya bahwa kalian memilihkan pasangan yang terbaik untukku, tapi aku tidak tau jika ada,,, emmhh,,, ada cerita yang rumit antara kalian bertiga,,,”

Zahra kaget dengan kata-kata yang keluar dari bibir wanita yang bertelanjang dada itu, selimut yang menutupi tubuhnya dibiarkan jatuh. Memeluk tubuhnya erat, layaknya seorang kekasih.

“Maaf Bil,,, itu hanya cerita masa lalu, tapi harus kuakui,,, eengghh,,,” bibir wanita berjilbab itu terdiam, tidak yakin dengan apa yang ingin diucap oleh bibirnya, matanya menatap baju yang berserakan di lantai, celana Darto tampak terselip di antara baju Nabila.

“Karena aku sempat terbuai oleh kisah masa lalu itu,,,” Sesaat mata Zahra beralih menatap wajah Nabila melalui cermin,

“Tapi,, Kau memiliki hati lelaki itu,,, sepenuhnya,, percayalah padaku,,” ucap Zahra meyakinkan.

“Terimakasih mba,,,” Nabila memeluk Zahra erat, air mata perlahan menggenangi pelupuk.

“Aku percaya, Bandi akan menjagamu lebih baik dari siapapun,,, kumohon,,jangan nakal lagi ya, sayang,,,”

Nabila mengangguk, air mata tak lagi mampu dibendungnya.

“Aku janji mbaak,,, aku janji,,,”

“Bill,,, kamu sakit ya?,,,” tanya Zahra tiba-tiba. Melepas pelukan, lalu memeriksa kening Nabila yang agak panas.

“Ngga mba,,, mungkin cuma kecapean aja koq,,, ngga usah dipikirin,, hehehe,,,” jawab Nabila, beranjak menuju meja, mengambil cincin nikahnya yang tergeletak.

“Mau bertukar?,,, hanya untuk malam ini,,”

“Maksudmu?,,,” wanita berjilbab itu bingung hingga keningnya mengkerut, menatap lekat wajah Nabila.

Tapi Nabila hanya tersenyum, menarik tangan kiri Zahra, menukarkan cincinnya dengan cincin wanita itu.

“Malam ini, kita bertukar peran, aku ingin mengucapkan terimakasih pada Darto atas pertolongannya selama ini,, begitupun sebaliknya, Mas Bandi jadi milik Mba,,, So,, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,,, hehehe,,, Deal?,,”

Zahra tertawa.

“Kamu ini ada-ada aja Bill,, mana bisa seperti itu,, sini balikin cincinku,,,,”

“Kenapa ngga?,,, ini hanya antara kita,” ucap Nabila dengan wajah serius, namun perlahan wajah itu tersenyum, lalu mengerling genit.

“Kita buktiin, siapa yang paling jago di antara kita,, jangan marah kalo nanti Darto sering menyebut namaku waktu kalian bercinta,,,” sambungnya sambil memeletkan lidah.

Zahra ikut tertawa mendengar ajakan nakal. Tapi wanita yang terlihat cantik dalam balutan jilbab itu tau, permintaan Nabila yang ingin mengucap terimakasih kepada suaminya hanya alasan yang dibuat-buat. Sahabatnya itu ingin memberinya kesempatan terakhir bersama Bandi. Sebuah penawaran yang pastinya sangat sulit bagi Nabila sendiri, membagi seseorang yang dicintai kepada orang lain, meski itu untuk seorang sahabat.

“hhmmm,,, kamu ini,,, Terimakasih Bill,,,” bibir Zahra tertawa sekaligus menangis, air mata yang meleleh dipipi semakin deras mengalir. Sesenggukan dipelukan Nabila. Tak mampu berkata, hanya ucapan trimakasih yang diucapkannya berulang-ulang.

“Nakal-nakalan yuk malam ini,,,” ajak Nabila.

Zahra mengangguk,,,

“Tapi aku ngga berani nyobain punya yang lain, Bill,,,”

“Hhmmm,,, kalo cuma sama Bandi namanya belum nakal Cint,, cobain aja sambil ngumpet-ngumpet,,, pasti seru,, hihihi,,,”

“Hahahaa,,, Nakal kamu Bill,,,” Zahra melepaskan pelukannya, menatap wajah sahabatnya, lalu memandangi beberapa cupang di payudara Nabila. “Mas Darto nakal ya Bill,,,” ucapnya sambil mengusap cupang di payudara Nabila.

DEEG,,, Nabila kaget, tubuhnya menggelinjang,,,

“Ihh,,,, geli tauu,,, Emangnya tadi Mas Bandi ngga ngusilin punyamu,,, sini aku liat,,,”

“Eeehh,,, mau ngapain kamu Bill,,,” Zahra berusaha menahan tangan Nabila yang berusaha mengangkat kaosnya ke atas. Tapi usahanya sia-sia.

“Ckckckck,,, koq bisa mancung seperti ini sih, Zaa,,,” Nabila tak mampu menahan tangannya untuk menyentuh sepasang payudara yang ada didepan.

“Eemmpphh,,, Billl,,, tapi punya mu lebih besar dari punyaku,,,” Zahra melengug geli. Tangannya merambat, kembali meremas payudara yang sedikit lebih besar dari miliknya.

Keduanya membisu, Saling mengagumi, saling meremas, sama-sama menahan desahan yang bisa saja keluar dari bibir yang berusaha dikatup rapat. Malu untuk mengakui apa yang dilakukan oleh lawannya berhasil memberi sensasi birahi

“Eeeengghhh bill,,, jangan-jangan keras,,,”

“Sakit?,,,”

Zahra menggeleng,

“Geli,,,hihihi,,, Bill,,, mau ngapain lagi?,,” tawanya terhenti, menatap wajah yang mendekat bongkahan payudaranya.

“Eeeempphhh,,, Bill,,,,” Zahra menggeleng-gelengkan kepala, menaha geli yang merambat dari sapuan lidah Nabila.

“Janggann curaaang, sayaang,,,”

Wanita berjilbab itu terengah,,, balik mendorong Nabila hingga tertelentang, lalu tertawa nakal, dengan cepat menaiki tubuh dan menyambar payudara yang penuh dengan cupang dari suaminya.Cerpen Sex

“Aaawwwhh,,, koq digigit mbaaa,,” pekik Nabila.

“hahahaa,,, Habisnya aku gemes,,,” jawab Zahra sambil tertawa.

Keduanya bergulat di atas kasur, saling meremas, bergantian saling menghisap, mendesah bersahutan. Hingga keduanya kelelahan. Dan sepakat bersama-sama menghentikan kenakalan mereka.

“Baru kali ini aku menyentuh milik wanita selain punyaku sendiri,,, hahahaa,,,,,” Nabila tertawa melihat ulahnya sendiri, Nafasnya masih memburu, menindih tubuh Zahra.

“Kalo aku sering,, waktu memeriksa pasien,,, tapi tidak dalam kondisi seperti ini,,, hehehe,,,” Zahra, memeluk tubuh sahabatnya, membiarkan payudara mereka bertemu, tergencet oleh tubuh yang saling menindih.

“Kalo nyobain ciuman sesama cewek pernah?,,,”

“Kalo itu sama sekali ngga pernah,,, ngapain ciuman sama cewek,,, hahaha,, ada-ada saja kamu ini Bill,,, hahahaa,,,”

“Mbaa,,,” panggil Nabila, menghentikan tawa Zahra. Keduanya saling tatap, wajah mereka begitu dekat.

“Mbaa,,, aku pengen nyobain yaa,,,”

Zahra tidak menjawab, jantungnya berdebar melihat bibir Nabila yang mendekat, otaknya memberi perintah untuk membuka bibir, menyambut lidah Nabila yang merambat masuk.

“Eeemmmpphhh,,, eemmmhhh,,,”

“Eeeengghhh,,,,”

Lidah lembut kedua wanita itu saling membelit, berkejaran di dalam mulut Zahra. Tampak Nabila lebih dominan, mengajak lidah Zahra menari, mengaduk ludah mereka yang terkumpul di mulut. Bibir Nabila mengatup rapat mulut Zahra, lalu dalam sekali hisapan yang kuat menyedot semua ludah kedalam mulutnya,,, membuat lidah Zahra ikut tersedot, masuk ke dalam mulutnya. “Slluuurrpphhh,,,”

“emmm Billl,,,,” wanita berjilbab itu terkaget, menatap wajah syahdu yang memancar birahi. Lalu membalas bermain-main dimulut Nabila. Berlari dari lidah yang berusaha membelit, saling menghisap cairan yang ada dilidah mereka.

Setelah merasa paru-paru mereka kepayahan memasok oksigen, kembali mereka sepakat untuk melepas. Saling pandang, lalu tertawa bersamaan.

“Baru tau aku,,, ternyata mba ganas juga,,, pantes aja Mas Bandi mpe klepek-klepek,,, aku aja sampai merinding tauuu,, hahahaa,,,”

“Hahahaa,,, jangan ngomong gitu ahh,,, bikin aku malu aja,,, kamu tuh yang ganas banget nyedotnya,,,, coba kita lamaan sedikit lagi,,, pasti keluar nih punyaku,,, hahahaa,,,”

“Mbaa,,, pengen keluar ?,,, hihihi,,, diem aja yaa,,, jangan protes,,,” Nabila menyelusup kan tangannya ke dalam celana Zahra.

“Jangan Billl,,, aku maluuu,,, Aaawwhhhhsss,,, jangannn,,,”

Wajah wanita berjilbab itu bersemu merah, ketika tangan Nabila mendapati vagina yang sangat basah.

“Awaaas kamuuu yaaa,,,” tangannya membuka selimut Nabila lalu merogoh bibir vagina yang lebih basah dari miliknya.

“Billl,,, ini punya suamiku ya,,, hihihi,,,”

“Iyaaaa,,, mbaaa,,, tadi Darto banyak banget buang di dalem,,,” jawab Nabila yang kini ikut terengah-engah, liang vaginanyanya diobok-obok oleh jari lentik Zahra.

“Mbaaa,,,, ciuman lagi yuuuk,,,” pintanya.

Kembali kedua wanita cantik yang memiliki tubuh indah yang didamba para wanita itu saling meraba, silih berganti menindih, meremas, bertukar ludah, mengayuh vagina yang basah. Memburu orgasme yang berbeda dari biasanya. Berbeda dengan Nabila yang membuka lebar pahanya dan membiarkan jari-jari Zahra bermain-main diliang kemaluan, Zahra justru mengapit rapat pahanya, menjepit jari-jari yang masuk begitu dalam, merogoh tepian yang tidak dapat dilakukan oleh batang penis.

“Billl,,, Aku mau keluar,,, aku mau keluar,,,”

Wajah Zahra pucat pasi, menjepit tangan Nabila semakin kuat.

Begitu pun dengan Nabila yang menggerakkan pinggul mengejar kemanapun jari Zahra menari. Nafasnya semakin berat. Hingga akhirnya kedua tubuh itu mengejat, gemetar, menghambur cairan yang membasahi jari-jari yang lentik.

“Mbaaa,,, aku keluaaaarr,,,, oowwhhh,,, mbaaa,,,” Nabila berteriak-teriak histeris, melumat bibir Zahra yang juga gemetar, mengangkat tinggi pinggulnya.

“Billl,,, jarimu pinter banget,,, aku sampai gemetar gini,,,” ucap Zahra setelah Nabila menjatuhkan tubuhnya ke samping.

“Mba juga,,,” ucap Nabila, masih tersengal-sengal tak bisa berbicara banyak.

* * *

I’m so lonely broken angelI’m so lonely listen to my heartOne and only broken angelCome and save me before I fall apart

Suara Zahra yang menemani Pak Tama berduet, mengalun lembut. Membawakan ‘Broken Angel’ dari Arash feat Helena. Sebuah lagu dengan lyric timur tengah, yang memapar jalinan sepasang kekasih, namun terhalang oleh belenggu pernikahan yang mengikat si wanita. (ini salah satu lagu favorit ts lho,, mpe sekarang ngga bosen dengerin tu lagu,,,) Siapa menyangka, Pak Tama mampu membawakan lagu itu dengan cukup baik, meski beberapa kali lidahnya keliru dalam mengucap syair yang cukup sulit. Namun bagi Rahadi yang memang piawai memainkan organ tak begitu kesulitan untuk mengiringi. Pesta kecil itu memang sengaja mengambil tempat di tepian kolam renang yang memang cukup luas, dengan sinaran cahaya lampu hias yang remang-remang, membuat suasana malam itu terlihat begitu romantis.

Tubuh Zahra yang dibalut long dress putih ketat, meliuk gemulai mengikuti alunan musik, suaranya terdengar lirih, diatas panggung yang hanya setinggi 30 cm. Seolah ingin menyampaikan pesan dari hati. Layaknya seorang bidadari yang menari diantara rintik hujan, berharap ada malaikat yang menemani. Di keremangan, mata Zahra menatap tiga sosok yang duduk di meja yang sama. Nabila yang selalu melemparkan senyum saat mata mereka bertemu, lalu beralih pada Darto yang berusaha melemparkan senyum serupa. Dan Bandi,,, Bandi, entah kenapa Zahra merasakan ada sesuatu yang berubah pada lelaki itu. Hati Zahra memang tengah gundah melihat perubahan Bandi, tak ada yang menyadari selain dirinya, karena ini memang antara dirinya dan Bandi. Senyum lelaki itu terlihat begitu hambar. Sesekali matanya menatap cincin milik Nabila yang melingkar di jari manis. Sebuah pertukaran posisi yang terasa begitu ganjil tapi begitu diharapkannya. Teringat akan ajakan nakal sahabatnya, tapi sepertinya hal itu tak akan terjadi malam ini. Zahra sadar, Walau bagaimanapun, hubungan nya dengan Bandi tak lebih dari kilas balik masa lalu. Seindah apapun cerita yang terukir pasti akan berujung pada kepedihan.

Tak mungkin dirinya merebut Bandi dari sahabatnya, Nabila. Dan tidak mungkin dirinya meninggalkan Darto, untuk mengejar ego cinta. gairahsex.com Mungkinkah Bandi mulai menjaga jarak untuk cerita yang memang harus mereka akhiri? Sekuat hati Zahra berusaha menetralisir rasa, kebahagiaan yang tadi siang menyapa dengan paksa diberangus, karena hanya dengan cara itu pula lah dirinya dapat bertahan dari rasa sakit. Tanpa disadari wanita itu, Darto dan Nabila menangkap setiap perubahan ekspresi yang sebenarnya tidak ingin ditunjukkan oleh Zahra. Tapi Zahra adalah sicantik yang tak pandai bersandiwara. Selalu kesulitan untuk menyembunyikan suasana hatinya. Lagu yang dinyanyikan membuat hati Zahra semakin terhanyut dalam kepedihan. Pak Tama yang memeluk pinggang rampingnya dengan erat, seakan menjadi penopang untuk menguatkan pijakan hatinya yang tengah melemah. Zahra sendiri tak habis pikir, kenapa selalu Pak Tama yang ada di sampingnya, di saat hatinya tengah berkecamuk.

Sesekali dirasakannya telapak tangan Pak Tama yang turun ke bawah pinggulnya, mengusap lembut bulatan pantatnya. Mengusap punggungnya dengan lembut, lalu kembali memeluk erat pinggang yang ramping. Dengan pelan, Zahra menepis tangan Pak Tama , saat lagu telah usai. Berusaha untuk tidak membuat lelaki itu malu, karena selama berduet tangan itu tak lepas dari tubuhnya.

“Terimakasih,,,” ucapnya, saat menerima tepuk tangan dari mereka yang ada disitu.

“Ternyata suara istri Darto ini merdu banget,, senang berduet dengan Bu Dokter,” ucap Pak Tama, membungkuk dengan gaya formal memberi hormat sambil tertawa renyah.

“Bila ibu mengizinkan, malam ini aku ingin menagih janji yang kemarin ibu tawarkan,,”

“DEEGG,,,” Zahra sangat kaget mendengar ucapan Pak Tama yang begitu pelan, hanya terdengar oleh mereka berdua. Zahra tersenyum kikuk, balas membungkuk. Turun dari panggung mendekati Nabila yang menghampirinya, lalu kembali menuju meja dimana Bandi dan Darto duduk.

“Kalian mau minum apa? Biar aku ambilkan,” ucap Bandi menawarkan minuman dengan suara datar, tanpa ekspresi.

“Terserah,,, yang penting bisa menghangatkan tubuh,” jawab Darto.

“Aku apa aja boleh,,,” sambung Zahra, matanya menatap Bandi yang cepat berbalik sebelum kata-katanya selesai terucap.

“Aku tau minuman spesial untukmu Cint,,, hehehe,,, Ayo mas, aku temenin,” celetuk Nabila, menyusul suaminya.

“Suaramu memang indah sayang,,, Aku selalu bangga memilikimu,,” ujar Darto, saat mereka tinggal berdua di meja itu.

“Haahahaha,,, Mas seperti tidak mengenal aku saja,,” jawab Zahra, berusaha naik ke atas kursi yang cukup tinggi.

“Apa kau bisa menikmati liburan ini?,,,”

Zahra tak langsung menjawab, berusaha membaca maksud pertanyaan suaminya dari raut wajah.

“Lumayan, tapi sebenarnya apa tujuan Mas Darto mempertemukan aku dengan Bandi dalam situasi seperti ini?,,” wanita itu balik bertanya dengan suara datar.

Darto menggenggam tangan Zahra, bibirnya tersenyum tulus, seakan mengatakan bahwa situasi ini dicipta memang untuk Zahra.

Wanita itu tertawa pelan, entah menertawakan gaya Darto yang begitu romantis, entah menertawakan dirinya yang terpuruk pada nostalgia masa lalu yang justru membuatnya semakin terpuruk.

“Aku tau, pasti ini sulit bagi Mas Darto, Mas tidak perlu melakukan hal gila seperti ini, apa Mas tidak takut kehilangan aku?,, atau Mas memang tidak percaya pada hatiku?,,,” ucap Zahra, begitu terbuka sekaligus tajam. Seakan menyimpulkan segala isi yang ada dihati Darto.

“Heeyy Cint,,,” seru Nabila yang membawa dua gelas cocktail, disusul Bandi yang menenteng dua botol chivas regal, menyelamatkan Darto yang bingung harus menjawab pertanyaan istrinya.

“Suaramu tadi mantap banget lho, bikin aku minder mau nyumbang lagu,,,” ucap Nabila. Menyerahkan gelas.

“Hehehe,, biasa aja koq Bill,,,” jawab Zahra yang diam-diam kembali menatap cincin milik Nabila. Otaknya tengah mengkaji ulang tentang tawaran Nabila. Walau bagaimanapun hatinya sulit untuk menerima pertukaran itu.

“Bill,,, tentang yang tadi sore,, sepertinya aku tidak bisa untuk,,,,”

“Owwhh,, iya,,,” seru Nabila tiba-tiba, memotong ucapan Zahra.

“Mas Bandi,, Darto,,,Tadi sore aku dan Zahra sepakat untuk bertukar cincin, dan itu artinya,,, Emmhh,,,” Nabila dengan wajah jenaka menghentikan kata-katanya, bergantian menatap tiga pasang mata yang tertuju padanya,

“Artinya adalah sebuah,,, sebuah pertukaran pasangan, Apa kalian para suami bisa menerima?,,,”

Sontak Bandi dan Darto mengamati cincin yang melingkar dijari manis Nabila dan Zahra. Tidak menyadari bila cincin yang dikenakan oleh pasangannya bukanlah cincin yang mereka berikan saat menikah.

“Kalo aku tidak masalah,” jawab Darto cepat, tersenyum lebar, membuat Bandi kaget dan bingung, lalu dengan terpaksa mengangkat kedua pundaknya, sebagai tanda menyerahkan keputusan kepada yang lain.

“Okeee,,, Deal,,,” seru Nabila. Menghentikan usaha Zahra yang ingin mengutarakan keberatan. Wanita berjilbab itu akhirnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat ulah sahabatnya.

Ting,, Ting,, Ting,,

”Maaf,,, minta perhatiannya sebentar,,,” ucap Pak Tama tiba-tiba, mengetuk gelus dengan cincin akiq yang ada dijarinya. Lampu sorot yang terang mengarah ke tempat lelaki berdiri, di atas panggung, ditemani istrinya Bu Sofie.

“Sebelumnya, boleh aku meminta Shita untuk ikut naik ke atas sini,, biar komplit laahh,,”

“Hahahaa,,, mantap,,,”

“Sing rukun yooo,,, hahaha,,,”

Teriakan dan tawa seketika menggema. Rupanya Pak Tama sudah berterus terang tentang status Shita kepada Bu Sofie, dan hebatnya Bu Sofie dengan lapang dada bisa menerima. Itu terlihat bagaimana Bu Sofie menyambut Shita yang naik ke atas panggung dengan senyum dan tangan terbuka, berpelukan dan saling cipika-cipiki, membuat para lelaki yang ada di situ menjadi iri.

“Harap tenang,,,” ucap Pak Tama dengan gaya cool yang dibuat-buat, menegakkan kerah bajunya, lalu menggandeng Shita dan Bu Sofie, begitu pongah menggoda para lelaki yang ada ditempat itu. Tak ayal suara tawa semakin menggema.

“Agar tidak mengganggu acara kita, Langsung to the poin saja,,, Jadi begini,,,” ucap Pak Tama, saat suara tawa mulai mereda.

“Aku tadi pagi ditelpon Pak Andre Diaz, tentang rotasi mutasi manager empat tahunan, mungkin dalam minggu ini aku akan ke Jakarta untuk memastikan hal tersebut,” saat membicarakan hal-hal yang serius, wibawa Pak Tama sebagai seorang pemimpin muncul seketika, Bandi, Darto, Hanif dan Rahadi serius memperhatikan.

“Tapi aku mendapatkan bocoran tentang rotasi kali ini, yang bagi aku sendiri cukup mengejutkan. Seperti yang kita ketahui, aku memang mendapatkan promosi untuk untuk menduduki salah satu jabatan penting dipusat, dan posisi aku akan digantikan oleh Bandi sebagai pimpinan cabang. Tapi berdasarkan pencapaian prestasi kita semua,,,” Pak Tama menarik Nafas panjang, bibirnya tersenyum lebar.

“Rahadi dipromosikan untuk memegang tampuk wakil pimpinan cabang, menemani Bandi,, selamat,,,” Cerpen Sex

Tepuk tangan dan ucapan selamat segera mengalir, sementara Rahadi sendiri tersenyum lebar, tak menyangka dengan karirnya yang begitu cepat naik. Bahkan terlalu cepat untuk remaja seusianya.

“Dan untuk Pak Hanif, kemungkinan besar akan menggantikan Pak Andree Jeff, yang pensiun dari pimpinan Cabang Kota Surabaya.”

“Whooo,,, selamaat,, selamaaat,,,”

“Akhirnyaaa,,, naik juga,, selamaat,,”

Tepuk tangan semakin riuh, jabatan pimpinan cabang itu memang pantas untuk Hanif yang terbilang cukup senior.

“Sedangkan Darto,,,” suasana seketika menjadi hening saat Pak Tama mulai melanjutkan pengumumannya, “Dengan pertimbangan perlunya perusahaan ini melebarkan akup, jajaran direksi mempercayakan kepada Darto untuk merintis pembukaan cabang central untuk daerah Kalimantan,, selamaat!!!,,,”

“Yeeaaahhh,,,” Darto mengepalkan tangannya, berteriak girang, tertawa lebar, menerima jabat tangan Bandi dan Nabila yang mengucapkan selamat. Lalu berpaling ke arah Zahra dan memeluknya erat, kita akan pindah ke Kalimantan sayang, seperti yang memang aku inginkan,,,” bisik Darto.

“Ok,,, untuk sementara mungkin hanya itu yang bisa aku sampaikan, tapi bocoran ini dapat dipercaya, karena disampaikan langsung oleh Pak Andre, selanjutnya,, silahkan melanjutkan party kita,,,” ucap Pak Tama menutup pengumumannya sambil mengangkat gelas di tangan, mengajak untuk bersulang.

Kebahagiaan begitu nyata terlihat, masing-masing mengucapkan selamat kepada rekannya. Berkelakar tentang daerah yang akan mereka tempati. Sambil memainkan jari-jari di atas Yamaha Keyboard PSR-E433, Rahadi membawakan lagu dari Daniel Bedingfield dengan pelan.

If your not the one then way does my soul feel glad today…

If your not the one then way does my hand fit yours this way…

If you are not mine then way does your heart return my call…

If you are not mine would i have the strenght to stand at all…

Pak Tama mengajak Bu Sofie untuk berdansa, memeluk sang pejantan sambil memamerkan senyum kepada yang lain.

“Pah,, mending papah nemenin Shita, kasian dia sendiri,,,” ucap Aida saat melihat raut wajah gadis itu berubah ketika Pak Tama mengajak Bu Sofie berdansa. Memang tidak mudah untuk menjadi yang kedua.

“Iya,,, Boleh koq,,, tapi jangan dinakalin, kasian dia,,,” ucap Aida, menjawab tatapan tak percaya dari Hanif. Seketika lelaki itu tersenyum lebar, mengecup kening Aida, lalu mendekati Shita.

“Nabila,,, mau berdansa dengan ku?,,,”

Nabila tersenyum mendengar ajakan Darto, sesaat menatap Bandi dan Zahra meminta izin, lalu dengan gaya yang gemulai mengangkat tangan kanan nya yang dengan cepat disambut oleh Darto. Berjalan mendekati Hanif dan Pak Tama yang ada didepan panggung.

“Zaa,,,” panggil Bandi lembut, mengagetkan Zahra, meski dirinya memang tengah menunggu ajakan Bandi, tetap saja suara yang terdengar lembut itu mengagetkannya.

Zahra tersenyum canggung, menyambut Bandi yang meletakkan tangan di pinggul yang ramping. Tubuh kedua insan berlainan jenis itu bergerak mengikuti lagu, di tempat yang sama, tidak bergabung dengan yang lain. Gerakan keduanya terlihat kaku, padahal beberapa jam yang lalu mereka bercinta dengan mesranya. Membisu, masing-masing sibuk dengan pikirannya. Malam semakin larut, beberapa pasangan terlihat saling bertukar, kini Hanif terlihat tengah menggandeng Anjani, sementara Pak Tama begitu mesra bersama Shita. Dan Bu Sofie,,, wanita itu kini terlihat sibuk di meja bar mini, meracik minuman dari beberapa botol beraneka warna yang berbentuk unik. Sebuah hobby baru yang didapatnya setelah lama menetap di Paris. Nabila dan Darto pun tampak beristirahat, keduanya terlihat seperti sepasang kekasih baru, duduk dengan saling pangku, tangan Darto yang nakal tak henti menggarayangi paha Nabila yang hanya dibalut mini dress warna merah muda. Sesekali Nabila menuangkan whiskey ke gelas mereka. Dan terlihat jelas bagaimana keduanya mulai mabuk.

Daftar Agen Poker Acehpoker Online terpercaya
Agen Acehpoker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
 http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888