Jumat, 18 Maret 2016

Janda Muda Yang Cantik


http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888

Paling membuatku tidak tahan. Habis, Sasa punya pantat yang aduhai sangat merangsangku.

Apalagi kalau dia memakai celana panjang. Wuah.. kejantananku ini tegang minta ampun

sampai maksimum 18cm dengan diameter 5cm. Aku suka membayangkan melakukan senggama

dengannya dari belakang dengan menungging.

Aku juga ingin menikmati sex dengan adik ipar istri bossku, Nina. Aku terobsesi menikmati

tubuhnya yang sangat seksi. Adik ipar bossku ini lebih seksi segalanya dibandingkan Sasa

dan Ima manager keuangan. Kalau ke kantor.. wah selalu berpakaian seksi dan ketat.

Tubuhnya yang memang berbodi gitar, buah dadanya besar, ukuran 38B. Wah aku ngiler kalau

dia menemuiku dan bicara soal internet dan komputer. Aroma tubuh dan polah tingkahnya

sangat menantangku. Aku juga ingin menikmati tubuh Nia. Nia karyawan di bagian pemasaran.

Aku baru sampai pegang-pegangan tangan saja dengan Nia. Rambutnya sebahu, aku paling suka

dengan kedua buah dadanya yang besar juga.

Dengan Iama, aku baru sampai pegang paha dan cubit bagian atas buah dadanya dan dia diam

saja atau membalas manja kalau kami naik mobil. Dengan Sasa, aku baru sampai pada tahap

pegang-pegang tangan dan pinggang ketika aku mengoreksi pakaiannya yang seksi padahal aku

pengen memegang pinggang dan tubuhnya tiga minggu lalu. Sasa adalah peragawati di

kantorku. Tapi bak durian runtuh, aku malah bisa menikmati tubuh istri bossku yang tak

pernah kuduga.

Dengan kekasihku sekarang, aku belum pernah melakukan hubungan seks. Paling bercumbu

sampai aku telanjang dan dia tinggal celana dalamnya saja. Kuharap ini kekasihku yang

terakhir. Terus terang aku ingin menikahinya. Makanya aku tahan seksku padanya sampai

pernikahan nanti.

Dua bulan lalu, kira-kira jam sembilan malam, aku ditelepon istri bossku untuk menemuinya

di hotel Delima. Dari suaranya, pasti ada masalah dengan suaminya. Hampir jam sepuluh

malam aku baru sampai di lobby hotel. Dari lobby, aku kontak Mayang dan menyarankan aku

lewat lift dari basement dan langsung masuk ke kamarnya. Aku turun ke bawah dan dari sana

aku dengan lift naik ke lantai 9.

Aku memencet bel kamarnya dan dibuka oleh Mayang sendiri yang memakai kaos dengan bukaan

rendah dan celana pendek. Wah, aku terkesiap melihat bukaan dadanya yang makin montok

sehingga membuatku berpikir yang bukan-bukan dengannya. Di kantor, kalau aku menghadapnya

(Mayang juga direktur keuangan) aku seolah dibiarkannya melihat belahan dadanya. Bukannya

ditutup (mestinya bisa) dengan blasernya, tapi blaser diregakkan saja dan dibuka lagi

seolah membiarkan kedua belahan dadanya untuk kunikmati. Belahannya putih agak kecoklatan

dengan leher panjang. Wah.. aku menelan ludahku sendiri. Aku dipersilahkannya masuk dan

duduk.

“Dimana Edward, May..” kataku.

“Ooo suamiku ke Jakarta,” katanya.

“Ada apa sih May kok malam-malam begini?” Tanyaku.

Mayang mengambil dua minuman coke dan mematikan TV kemudian duduk di kursi dia menariknya

ke arah tempat tidur agak mengahadapku. Mayang menerahkan Coke padaku dan aku minum hampir

setengahnya. Mayang mulai gelisah dan aku bertanya lagi, “Ada apa May?”. Dengan menahan

tangis Mayang menceritakan WIL suaminya yang di Jakarta.

Mayang memang sudah tahu perselingkungan suaminya itu. Tadi sebelum ke Jakarta, Mayang

pesan agar Edward hati-hati. “Kurang apa sih aku ini,” katanya. “Aku istri baik,

memberikan padanya tiga anak.” Mayang menikah sangat muda dengan tiga anak. Anak yang

bungsu sudah kelas 1 SD. “Aku juga ikut senam dan membuat tubuhku tambah seksi,” katanya

melanjutkan sambil menangis. “Sejak suamiku punya WIL, aku dibiarkannya merana dua tahun

terakhir ini,” lanjutnya sambil menangis.

Aku terpaku mendengar itu semua, tidak tahu apa yang harus kukerjakan. Apalagi ketika dia

tambah menangis keras. Kedua tangannya menutup wajahnya yang tertunduk. Wah, untung

ruangannya kedap dan terkunci. Lalu kutarik kursiku dan duduk lebih dekat dengannya, di

depannya.

“May,” kataku memecah kesunyian. “Mayang sabar ya? Pasti ini akibat Puber ke dua,” kataku.

Aku memberanikan memegang pundaknya dan kepalanya. Mayang terdiam mendengar perkataanku

seolah membenarkan. Ko Edward usianya 45 tahun, Mayang 37 tahun usianya. Jadi kupikir

puber kedua setelah membaca buku psikologi yang pernah kupelajari.

Mayang memandangiku sebentar dan kemudian meledak tangisnya dan ya ampun, dia merebahkan

kepalanya di pahaku. Aduh, mati aku. Aku nggak bisa menahan sesuatu yang bergerak mengeras

di balik celanaku. Kuelus lagi kepalanya dan beberapa nasehat meluncur dari mulutku

sementara pikiranku macam-macam. Apalagi aku bisa melihat belahan pungungnya (karena pakai

kaos rendah). “Kok nggak pakai BH,” batinku. Kuraba kepala dan pundaknya, kulihat

tangisnya mereda walau belum selesai benar. Karena aku tidak tahan dengan birahi di

dadaku, aku telusurkan saja tanganku ke arah punggungnya yang terbuka bagian atas.

Aku saat itu sudah sangat sengaja melakukannya dengan takut-takut. Oh my God, Mayang diam

saja ketika aku melakukannya. Kuelus leher belakang, kepala belakangnya dan kuberanikan

mengangkat kepalanya dengan memegang kedua pipi dan telinganya dari samping. “Mayang,”

kataku sambil mata kami berpandangan. Kuambil sapu tanganku dan kuusap air mata di

wajahnya. “Bibirnya bagus sekali,” pikirku. Ini kali pertama aku melihatnya sedekat ini,

apalagi dia adalah direktur keuanganku. Kami berpandangan dan ya ampun, dia memejamkan

matanya dan membuka sedikit mulutnya. Aku ingat kekasihku kalau kami mau bercumbu, dia

pejamkan matanya dan bibirnya dibuka sedikit.

Kasihan Mayang, aku pikir pastilah suaminya sudah lama sekali tidak menjamahnya,

menyetubuhinya. Karena kesempatan itu datang, kuraih saja bibir Mayang. Kukecup beberapa

kali sebelum akhirnya aku mengulum bibirnya dan Mayang membalasnya. Oh God, aku dapat

durian runtuh malam ini. Pikiranku sudah dipenuhi dengan birahi dan ingin menikmati tubuh

Mayang di Hotel Santika malam ini. Ahh, lembut sekali bibirnya, kami menikmatinya dan

lidahnya, lidahku menari-nari. Kutelusuri lehernya yang panjang dengan mulutku sementara

tanganku memegangi tangannya, meremasnya.

Ahh, Mayang kegirangan menyambut cumbuanku. Dia pasrah. Apalagi ketika tanganku mulai

merambati pinggang dan menggapai kedua bukitnya, kuelus dari luar kaosnya yang tanpa BH

itu. Aku menikmati sementara mulutku menelusuri lehernya dan turun lagi memutari dada

atasnya. Mayang mendesah-desah dan mendesis kegirangan. Lalu kami berdekapan, kutuntun

Mayang ke arah tombol musik yang tersedia dan kuraih chanel yang tersdia di hotel. Kami

berdekapan lama sambil berdiri mengikuti irama musik instrument.

“Aku milikmu Jo, malam ini.” kata Mayang memecah kesunyian. Aku dipanggilnya dengan Jo,

seperti yang biasa dia lakukan di kantor. Dia berkata begitu sambil tangannya melepas

celanaku, bajuku dan semua yang melekat padaku. Aku telanjang di depannya. Didekapnya aku,

diraba dan elusnya batang kejantananku yang sudah mengejang keras. Jantungku serasa lepas.

Lalu kami bercumbuan lagi. Aku membalikkan tubuhnya dan kucumbui Mayang dari

belakang.Mulutku menelusuri lehernya, punggungnya, pipinya, telinganya dan dilingkarkannya

tangan Mayang di kepalaku, kulumat bibirnya.

Tanganku meremas kedua bukitnya dengan lembut dan membuat gumpalan itu makin mengeras.

Mayang menggeliatkan tubuhnya, melengkung ke depan. Ahh, pemandangan yang indah kulihat.

Kulepas kaos merahnya dan betapa indahnya kulihat buah dada Mayang, masih kencang dan

cukup besar, puntingnya berwarna coklat sangat ranum dan membuatku lebih terangsang untuk

memetik kedua buah dadanya yang siap panen dan kunikmati dengan mulutku.

Kubiarkan Mayang menikmati sensasi-sensasi yang kustimulasikan pada tubuhnya. Mayang

membiarkan aku meremasi lembut kedua buah dadanya. Kulihat Mayang memejam dan menggeliat-

geliat melengkung ke depan. Aku ingin menelanjanginya. Kuraih celana pendeknya dan

kulorotkan ke bawah, Mayang melepas sendiri. Aku sekarang melihat gundukan pink di balik

celana dalamnya. Kuraba gundukan itu dan Mayang bertambah menikmati dengan desah dan

geliatnya. Kustimulasi dengan kedua tanganku sesaat dan akhirnya tanganku kumasukkan ke

celana dalamnya, kulepaskan dan sekarang aku benar-benar melihat Mayang telanjang di

dekapanku.

“Basah May,” kataku.

“Iya, aku sudah nggak tahan Jo. Aku sangat menikmati cumbuanmu sampai sekarang, dan aku

ingin kau membuatku terpuaskan Jo. Ayo lakukanlah..” Pinta Mayang dengan manja padaku.

“Tapi May.. aku..” aku ingin katakan bahwa aku belum pernah melakukannya pada wanita.

Gelora birahi di dadaku memuncak dan batang kejantananku sudah tidak tertahankan lagi.

Mayang kupeluk erat dan membiarkan kepalanya bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali

Mayang ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya. Kukecup telinganya dan Mayang sangat

menikmati sensasi gelora seks yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Mayang

berhadapan denganku. Aku mencumbuinya lagi.

Dibiarkannya mulutku menelurusi leher dan dadanya. Aku hampir tidak tahan menahan geliat

tubuhnya. Apalagi ketika aku sampai di dadanya. Ahh, aku sangat menikmati kedua buah

dadanya. Kuputar lembut dan membuat Mayang membusungkan dadanya sehingga aku semakin

leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin membuat birahiku meledak-ledak. Kupaguti

bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua puntingnya bergantian dan membuat tubuh

Mayang makin menggeliat dan akhirnya aku tidak kuat lagi menahan tubuhnya, kubiarkan

terjatuh di tempat tidur.

Kubiarkan Mayang makin ke tengah tempat tidur, aku memandangi tubuhnya yang indah. Mayang

membuat gerakan-gerakan yang menandakan letupan birahinya sehingga membuatku sangat

terangsang. Apalagi ketika dibukanya kedua kakinya dengan diangkat pahanya. Betapa

menggairahkan. Kulihat gundukan hitam di puncak selangkangannya. Malam ini, pastilah akan

menjadi malam pertamaku menyetubuhi wanita dan Mayang lah yang akan membuatku tidak

perjaka lagi. Ini tekadku malam ini. Aku ingin memberinya kesan dan sensasi yang mendalam

tentang diriku.

Kudekati tubuh Mayang dari samping. Tangannya menarikku. Kucumbui Mayang lagi. Aku

mencumbuinya dari atas ke bawah dengan tubuhku merambat di atasnya. Kunikmati kedua

bukitnya dengan leluasa dan tanganku menggapai kedua kakinya menelusuri liang senggamanya,

membuat Mayang menggeliat mendesah lagi. Kutelusuri perutnya akhirnya aku sampai di liang

senggamanya. “Oh, wangi sekali,” pikirku. Tapi belum sempat aku bertindak lebih lanjut,

diraihnya batang kejantananku dan dikulumnya. Aku mendesis kenikmatan. Disedotnya batang

kejantananku hingga masuk penuh di mulutnya. Ohh, ini pertama kali mulut wanita mengulum

batang kejantananku. Betapa nikmatnya sampai aku hanya bisa berkata “Ooohh May.. ahh..”

dan pinggulku tergoyang-goyang mengikuti sensasi yang Mayang berikan melalui batang

kejantananku.

“Oooh May, saya nggak kuat, mau keluar May,” kataku.

Tapi tak ada sahutan. Yang ada hanya hisapan dan kuluman yang makin membuat batang

kejantananku mengeras. Aku mencoba menahan diri dengan menikmati liang senggamanya dengan

mulutku. Akhirnya aku tidak tahan dan kumuntahkan sperma hangatku penuh di dalam mulut

Mayang. Aku terdiam.. inikah namanya orgasme? Kulihat Mayang sangat menikmati dengan apa

yang baru saja terjadi.

“Thanks ya May,” kataku. Dia hanya tersenyum tipis dan memelukku. Kucumbui lagi Mayang dan

aku sangat suka menikmati kedua buah dadanya dengan putingnya yang ranum. Hal ini membuat

Mayang bergelinjang kenikmatan. Kalau mulutku memaguti dan menggulumi yang kiri, tangan

kananku meremas lembut yang kiri, begitu sebaliknya. Aku seperti bayi yang menikmati ASI

dari samping. Kulihat gerakan kakinya yang merangsangku. Lalu sambil mulutku mengulum buah

dadanya, kujulurkan tanganku menggapai liang senggamanya. Mayang makin menikmati

permainanku ini. Kuelus liang senggama dan sekitarnya, membuat gerakan kakinya membuka

lebar, semakin lebar menantiku menyetubuhinya.

Kurasakan liang senggamanya yang makin membasah dan akhirnya ketika kedua kakinya masih

mengangkang, aku bergerak dan berada diantara kedua kakinya. Kupandangi liang senggamanya

dan kunaikkan kaki kirinya, aku menciumi pahanya lembut menukik ke bawah dan akhirnya aku

mencumbui liang senggamanya. Kepalaku diremas-remas dan ditekannya, kudengar geliat dan

desahnya makin menjadi-jadi. Kedua kakinya terbuka lebar di depanku. Aku sangat menikmati

liang senggamanya. Ini kali pertama aku mencumbui liang senggama wanita. Aku mulai

merasakan cairan dan membuatku makin terangsang dan Mayang memintaku agar aku segera

menyelesaikannya.

Ditaruhnya kedua kakinya di pundakku dan batang kejantananku yang sudah kembali menegang

kutuntun memasuki liang senggamanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit dan kuputarkan di

seputar liang senggama Mayang yang membuatnya melenguh kenikmatan sejadi-jadinya. Aku

memasukkan lagi dan lebih dalam lagi dan akhirnya tertanam penuh di liang senggama Mayang.

Kupegangi kedua tangannya, aku diam sejenak merasakan sensasi kenikmatan di sekeliling

batang kejantananku, lalu kugoyangkan lembut sementara mulutku menikmati kedua puting

susunya bergantian.

Aku terus menggoyang lembut di seputar dinding kemaluannya. Aku merasakan Mayang mau

orgasme. Kupercepat goyanganku dan kudengar suara teriakan tertahan, tubuh Mayang

mengejang dan menjepit batang kejantananku kuat-kuat. Seketika itu aku merasakan spermaku

mau keluar lagi. Akhirnya aku menikmati saat akhir yang sangat menggairahkan. Mayang

mencapai orgasme, juga aku. Aku merasakan sangat kenikmatan. Aku tidak perjaka lagi.

“Thanks ya May,” kataku. Kukatakan itu ketika aku mengecup telinganya, bibirnya, dahinya

dan menelusuri lehernya juga dadanya yang meninggalkan warna kemerahan. Tangannya masih

agak menggelepar di kanan kiri seperti pelepasan.

“May, ini kali pertama aku menyetubuhi wanita,” kataku melanjutkan. Mayang tersentak dan

aku meyakinkannya.

“Mayang lah yang merenggut keperjakaanku malam ini,” kataku sambil mengecup dahi dan

pipinya.

Aku dipeluknya erat lagi dan aku membalasnya.

Malam itu aku tidur di hotel sampai pagi dengan kehangatan tubuh Mayang di pelukanku.

Rasanya tubuh Mayang menjadi selimut hangat buatku. Pagi-pagi aku pulang ke rumah dan

masuk kerja seperti biasanya walau aku merasa ngantuk. Tapi aku minum obat penguat agar

tidak ngantuk dan terbukti cukup kuat menahan rasa kantukku. Apalagi juga dengan

kedatangan Mayang. Senyumnya sungguh beda. Aku suka. Dan lagi-lagi aku sangat tertarik

dengan kedua buah dadanya yang pagi itu nampak lebih mempesona buatku. Mayang sepertinya

bangga. Aku diteleponnya dari ruangannya dan berkata terima kasih dan senang karena dapat

membuatku tidak perjaka lagi.

“Gila!” Pikirku. Pengalaman dengan Mayang membuatku makin terobsesi menikmati tubuh gadis

dan istri orang di kantorku. Aku ingin menikmati tubuh Sasa. Aku ingin menyetubuhi Ima,

Nia dan Nina adik ipar Mayang. Aku ingin menikmatinya. Dan sudah kurencanakan di hotel

dekat dengan rumahnya. Aku sudah belikan dia daster hitam untuk dipakai nanti dan dia

menerimanya dengan suka hati. Ada hotel berbintang disana.

http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888
http://www.acehpoker.com/ref.php?ref=LAHAN888


0 komentar:

Posting Komentar