Selasa, 07 Juni 2016

Sungguh Menyedihkan...!!! Kamu Pasti Menangis Setelah Baca Kisah Nyata Penyesalan Sang Suami Kepada Istri (Setelah Istri Meninggal Dunia)

 

Nina dan Herman adalah sepasang suami istri yang telah menjalani hubungan pacaran 10 tahun lamanya. Akhirnya mereka menikah dan menjalani bahtera rumah tangga sebagaimana orang lainnya. Di tahun pertama, kedua dan ketiga, kisah cinta ini begitu manis. Apalagi keduanya dikaruniai seorang putra bernama Lilo.

Tahun keempat rumah tangga Nina dan Herman mulai terasa agak berat. Mengasuh anak menjadi hal yang harus mereka pelajari bersama. Namun berbekal dukungan orang tua dan rasa cinta mereka, apapun selalu ada solusinya dan mereka bisa melewati masa sulit tersebut.



Beberapa tahun berlalu hingga Lilo sudah menginjak kelas empat SD. Mengasuh satu anak hingga sebesar ini rupanya membuat Herman ingin memiliki anak lagi. Namun Nina agak menolak, dengan alasan masih ingin mengecek ke dokter perihal kondisinya.

Namun kondisi ini beberapa kali terjadi hingga setengah tahun lamanya. Membuat Herman sedikit berpaling dari Nina. Apalagi di kantor, ada seorang sekretaris baru yang membuat Herman merasa nyaman bernama Jenny. Sedikit demi sedikit Jenny mulai menguasai pikiran dan hidup Herman. Membuatnya jarang pulang tepat waktu dan membuat Nina heran.

“Kok sering pulang telat, Mas?” tanya Nina.

“Lembur..” Herman menjawab pendek sambil mengganti pakaiannya. Ia sebenarnya masih mencintai Nina, namun di sisi lain ia makin dekat dengan Jenny. Ia merasa hubungannya dengan Nina hambar serta membosankan akhir-akhir ini. Kali ini bukan karena Nina menolak punya anak lagi, namun kesibukan Nina dan Herman membuat pria ini merasa jarak mereka makin jauh dan Nina seolah tak melihat hal itu sama sekali.

Kehidupan pernikahan Nina dan Herman makin menjemukan. Nina makin bekerja keras dalam karirnya sehingga fokusnya seringkali hanya pada anak dan karir. Nina memang lebih pendiam setelah Lilo masuk sekolah, tapi Herman pikir mungkin hal ini disebabkan oleh keperluan anak mereka yang makin banyak. tetapi sebenarnya Nina menyimpan rahasia yang agak dalam, karena tidak mau suaminya sampai bersedih. Ia benar-benar sangat menjaga perasaan suaminya. Sesekali hubungan Nina dan Herman menegang oleh pertengkaran-pertengkaran kecil. Herman sering pulang malam dan Nina mulai curiga dengan apa yang dilakukan Herman di luar rumah.

“Aku kerja. Aku kan juga nggak pernah protes ketika kamu pulang malam, Nina,” kata Herman dengan nada tinggi.

“Kamu berubah, Mas. Kerja juga nggak mungkin pulang malam terus kan?” Nina membalas.

Herman mendengus sebal dan menyahut, “Kamu tanya saja sendiri pada dirimu, kenapa aku jadi nggak betah. Kamu terlalu sibuk dengan karirmu, aku juga bisa kalau begini caranya.” Ia sebenarnya sakit mengucapkan hal ini pada Nina. Namun emosinya sudah lama tertahan dan kali ini ia merasa muak pada omelan istrinya.

Jenny juga mulai berani mempengaruhi Herman untuk menceraikan istrinya. Awalnya Herman ragu, namun makin sering ia dan Nina bertengkar di belakang anaknya. Hal ini mulai membuat Herman merasa tidak nyaman. Ia pun mulai menyampaikan keinginannya untuk bercerai. Tentu saja hal ini membuat Nina hancur setengah mati. Ia menolak perceraian itu karena tidak ingin Lilo merasakan keluarga yang retak dan tentu saja perceraian adalah hal yang sangat dibenci Allah SWT.

Namun Herman makin menghancurkan hatinya karena menyodorkan surat pengajuan cerai beberapa hari setelah ia menyampaikan keinginannya itu. Semalaman Nina memandangi surat cerai terhampar di meja kerjanya, sementara Herman tidur dengan tidak nyenyak di ranjangnya. Keesokan paginya, Nina menyerahkan surat itu pada Herman dengan mata sembab karena sesekali berdoa sambil menangis meminta petunjuk kepada Allah SWT, hingga belum tidur semalaman. Ia berfikir tidak ada gunanya ia marah ataupun kecewa, karena tugas seorang istri dalam Islam adalah untuk mentaati suaminya dan mencoba bersabar dengan segala ujian yang diberikannya.

Ia sadar betul sesungguhnya Allah-lah yang maha membolak-balikkan hati manusia. Allah memberikan petunjuk kepada yang Dia kehendaki ataupun juga menyesatkan kepada siapa yang Dia kehendaki, seperti firman Allah:

” Sesungguhnya kamu tidak akan dapat


memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang.

www.aceh4d.com/link.php?member=lahan888





0 komentar:

Posting Komentar